Cara Mengajarkan Anak Menulis

Diposting pada

Pengertian Pembelajaran Menulis Permulaan

Kaitan antara membaca dan menulis sangat erat, sehingga tidak dapat dipisahkan. Pada waktu guru mengajarkan kata atau kalimat, siswa tentu akan membaca kata atau kalimat tersebut. Kemampuan membaca diajarkan sejak dini, sejak siswa masih di kelas I, maka kamampuan menulis pun diajarkan sejak dini pula.

Menulis adalah melahirkan pikiran atau gagasan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993:968). Menurut pengertian ini menulis merupakan hasil, yaitu melahirkan pikiran dalam perasaan kedalam tulisan. Menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca (Tarigan, 1986:21). Dari pengertian menulis tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah proses mengungkapkan gagasan, pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan.

Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran menulis pada tingkat awal.Pembelajaran menulis pada tingkat awal ini tidak mudah, dikarenakan siswa pada tingkat tersebut belum memiliki bekal pengetahuan yang cukup. Kemampuan menulis diajarkan di sekolah dasar sejak kelas I sampai kelas VI. Di sekolah dasar menulis dibagi menjadi dua bagian, yaitu menulis permulaan yang diajarkan di kelas I dan II, dan menulis lanjut, diajarkan di kelas III, IV,V, VI.

Kemampuan menulis merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat produktif yang merupakan kemampuan yang menghasilkan tulisan. Menulis merupakan kegiatan yang memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks, yaitu kemampuan berpikir secara teratur dan logis, kemapuan mengungkapkan pikiran atau gagasan secara jelas dengan menggunakan bahasa yang efektif, dan kemampuan menerapkan kaidah tulis-menulis dengan baik.


Metode Yang Digunakan Dalam Pembelajaran Menulis Permulaan

Dalam pembelajaran menulis ada beberapa metode yang dapat digunakan antara lain : metode abjad, metode kupas rangkai suku kata, metode kata lembaga, dan metode struktural analitik sintetik ( SAS ). Selain keempat metode tersbut, pembelajaran menulis juga dapat menggunakan metode seperti berikut :


  • Metode Eja

Metode eja di dasarkan pada pendekatan harfiah, artinya belajar membaca dan menulis dimulai dari huruf-huruf yang dirangkaikan menjadi suku kata. Oleh karena itu pengajaran dimulai dari pengenalan huruf-huruf.


  • Metode kata lembaga

Metode kata lembaga di mulai mengajar dengan langkah-langkah sebagai berikut:

  • Mengenalkan kata.
  • Merangkaikan kata antar suku kata.
  • Menguraikan suku kata atas huruf-hurufnya.
  • Menggabungkan huruf menjadi kata.

  • Metode Global

Metode global memulai pengajaran membaca dan menulis permulaan dengan membaca kalimat secara utuh yang ada di bawah gambar. Menguraikan kalimat dengan kata-kata, menguraikan kata-kata menjadi suku kata.


  • Metode SAS

Menurut (Supriyadi, 1996: 334-335) pengertian metode SAS adalah suatu pendekatan cerita di sertai dengan gambar yang didalamnya terkandung unsur analitik sintetik. Teknik pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni keterampilan menulis kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat, sementara sebagian siswa mencari huruf, suku kata dan kata, guru dan sebagian siswa menempel kata-kata yang tersusun sehingga menjadi kalimat yang berarti (Subana).


Media Yang Digunakan Dalam Pembelajaran Menulis Permulaan

Untuk mengajarakan menulis permulaan ada beberapa jenis media yang dapat digunakan antara lain :

  1. Papan tulis, digunakan guru untuk memberikan contoh, dan oleh siswa digunakan untuk menuliskan apa yang ditugaskan oleh guru. Misalnya menulis kata, kalimat, nama sendiri, dan sebagainya.
  2. Papan selip digunakan oleh guru untuk menyelipkan gambar atau kartu kata, kartu kalimat yang harus disalin oleh siswa atau gambar yang harus dituliskan judulnya oleh siswa.
  3. Papan tali, digunakan untuk menggantungkan kartu kalimat, kartu-kartu kata, dan huruf yang harus disalin oleh siswa, atau gambar yang perlu dituliskan judulnya.
  4. Majalah anak-anak dapat digunakan untuk tugas menyalin kalimat sederhana yanga da didalamnya atau menyalin judul
  5. Papan nama, kartu nama, label, dan sebaginya digunakan untuk tugas menyalin.

Langkahlangkah Pembelajaran Menulis Permulaan

Langkah-langkah kegiatan menulis permulaan terbagi ke dalam dua kelompok, yakni pengenalan huruf dan latihan. Pengenalan huruf kegiatan ini dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran membaca permulaan. Penekanan pembelajaran diarahkan pada pengenalan bentuk tulisan serta pelafalannya dengan benar. Fungsi pengenalan ini dimaksudkan untuk melatih indra siswa dalam mengenal dan membeda-bedakan dan lambang-lambang tulisan.

Mari kita perhatikan salah satu contoh pembelajaran pengenalan bentuk tulisan untuk murid kelas 1 SD. Misalnya guru hendak mengenalkan huruf a, i, dan n. Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut.

  1. Guru menunjukkan gambar seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki. Dua anak tersebut diberi nama “nani” dan “nana”.
  2. Guru mengenalkan nama kedua anak itu sambil menunjuk tulisan “nani” dan “nana” yang tertera di baawah masing-masing gambar.
  3. Melalui proses tanya-jawab secara berulang-ulang, anak diminta menunjukkan mana “nani” dan mana “nana” sambil diminta menunjukkan bentuk tulisannya.
  4. Selanjutnya, guru memindahkan dan menuliskan kedua bentuk tulisan tersebut di papan tulis, anak diminta memerhatikannya. Guru hendaknya menulis secara perlahan-lahan dan anak diminta untuk memerhatikan gerakan-gerakan tangan, serta contoh pengucapan dari bentuk tulisan yang sedang ditulis guru.
  5. Setiap tulisan itu kemudian dianalisis dan disintesiskan kembali. Perhatikan contoh tulisan berikut.
Baca Juga :  Jelaskan Terjadinya Angin Musom Barat

Latihan Menulis

Ada beberapa bentuk latihan menulis permulaan yang dapat kita lakukan, antara lain berikut ini:


  1. Latihan memegang pensil dan duduk dengan sikap dan posisi yang benar.

Tangan kanan berfungsi untuk menulis, tangan kiri untuk menekan buku tulis agar tidak mudah tegeser. Pensil diletakkan di antara ibu jari dan telunjuk. Ujung jari, telunjuk, dan jari tengah menekan pensil dengan luwes, tidak kaku. Posisi badan ketika duduk hendaknya tegak, dada tidak menempel pada meja, jarak anatara mata dengan buku kira-kira 25-30 cm.


  1. Latihan gerakan tangan.

Mula-mula melatih gerakan tangan di udara dengan telunjuk sendiri, atau dengan bantuan alat seperti pensil. Kemudian dilanjutkan dengan latihan dalam buku latihan. Agar kegiatan ini menarik, sebaiknya disertai dengan kegiatan bercerita. Misalnya, untuk melatih membuat garis tegak lurus, guru dapat berceriya yang ada kaitannya dengan pagar, bulatan dengan telur, dan sebagainya.


  1. Latihan mengeblat

Menirukan atau menebalkan suatu tulisan dengan menindas tulisan yang sudah ada. Ada beberapa cara mengeblat yang bisa dilakukan anak, misalnya dengan menggunakan karbon, menggunakian kertas tipis, menebalkan tulisan yang sudah ada. Sebelum anak melakukan kegiatan ini, guru hendaknya memberi contoh cara menulis dengan benar di papan tulis, kemudian anak menirukan gerakan tersebut dengan telunjuknya di udara. Setelah itu, barulah kegiatan mengeblat dimulai. Pengawasan dan bimbingan harus dilakukan secara individu sampai seluruh anak terperhatikan.


  1. Latihan menghubung-hubungkan tanda titik yang membentuk tulisan.

Latihan dapat dilakukan pada buku-buku yang secara khusus menyajikan latihan semacam ini untuk menambah pengetahuan.


  1. Latihan menatap bentuk tulisan

Latihan ini dimaksudkan untuk melatih kordinasi antara mata, ingatan, dan jemari anak ketika menulis, sehingga anak dapat mengingat bentuk kata/huruf dalam benaknya, dan memindahkannya ke jemari tangannya. Dengan demikian, gambaran kata yang hendak ditulis tergores dalam ingatan dan pikiran siswa pada saat dia menuliskannya.


  1. Latihan menyalin baik dari buku pelajaran maupun dari tulisan guru pada papan tulis.

Latihan ini hendaknya diberikan setelah dipastikan bahwa semua anak telah mengenal huruf dengan baik. Ada beragam model variasi latihan menyalin, di antaranya menyalin tulisan apa adanya sesui dengan sumber yang ada, menyalin tulisan dengan cara berbeda, misalnya dari huruf cetak ke huruf tegak sambung, atau sebaliknya dari huruf bersambung ke huruf cetak.


  1. Latihan menulis halus/indah.

Latihan dapat dilakukan dengan menggunakan buku bergaris untuk latihan menulis atau buku otak. Ada petunjuk berharga yang dapat Anda ikuti, jika murid-murid Anda tidak memiliki fasilitas seperti itu. Perhatikan petunjuk berikut dengan cermat.

Untuk tulisan/huruf cetak, bagilah setiap baris halaman buku menjadi dua. Untuk ukuran dan bentuk tulisan, perhatikan contoh berikut. Ukuran tulisan tegak bersambung, bagilah setiap baris halaman buku menjadi tiga. Untuk ukuran dan bentuk tulisan, perhatikan contoh berikut.


  1. Latihan dikte/imla.

Latihan ini dimaksudkan untuk melatih siswa dalam mengordinasikan ucapan, pendengaran, ingatan, dan jari-jarinya (ketika menulis), sehingga ucapan seseorang itu dapat didengar, diingat, dan dipindahkan ke dalam wujud tulisan dengan benar.


  1. Latihan melengkapi tulisan (melengkapi huruf, suku kata, atau kata) yang secara sengaja dihilangkan.

Perhatikan contoh berikut. Menuliskan nama benda yang terdapat dalam gambar dan mengarang sederhana dengan bantuan gambar, dengan langkah sebagai berikut. Guru menunjukkan suatu susunan gambar berseri, guru bercerita dan bertanya-jawab tentang tema, isi, dan maksud gambar serta siswa diberi tugas untuk menulis karangan sederhana dan menyebutkan nama benda, sesuai dengan penafsirannya mengenai gambar tadi, atau sesuai dengan cerita gurunya 2.


Pendekatan Pengajaran Menulis: Tradisional dan Proses

Pembelajaran menulis dengan pendekatan tradisional lebih menekankan pada hasil berupa tulisan yang telah jadi, tidak pada apa yang dikerjakan pembelajar ketika menulis. Pembelajar berpraktik menulis, mereka tidak mempelajari bagaimana cara menulis yang baik.

Temuan penelitian mengenai menulis menyebabkan bergesernya penekanan pembelajaran menulis dari hasil (tulisan) ke proses menulis yang terlibat dalam menghasilkan tulisan. Peran pengajar dalam pembelajaran menulis dengan pendekatan proses tidak hanya memberikan tugas menulis dan menilai tulisan para pembelajar, tetapi juga membimbing pembelajar dalam proses menulis (Tompkins, 1990: 69).


Proses Kreatif  dalam Menulis

Menulis merupakan suatu proses kreatif  yang banyak melibatkan cara berpikir divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat) (Supriadi, 1997). Menulis tidak ubahnya dengan melukis. Penulis memiliki banyak gagasan dalam menuliskannya. Kendatipun secara teknis ada kriteria-kriteria yang dapat diikutinya, tetapi wujud yang akan dihasilkan itu sangat bergantung pada kepiawaian penulis dalam mengungkapkan gagasan.

Banyak orang mempunyai ide-ide bagus di benaknya sebagai hasil dari pengamatan, penelitian, diskusi, atau membaca. Akan tetapi, begitu ide tersebut dilaporkan secara tertulis, laporan itu terasa amat kering, kurang menggigit, dan membosankan. Fokus tulisannya tidak jelas, gaya bahasa yang digunakan monoton, pilihan katanya (diksi) kurang tepat dan tidak mengena sasaran, serta variasi kata dan kalimatnya kering.

Sebagai proses kreatif yang berlangsung secara kognitif, penyusunan sebuah tulisan memuat empat tahap, yaitu: (1) tahap persiapan (prapenulisan), (2) tahap inkubasi, (3) tahap iluminasi, dan (4) tahap verifikasi/evaluasi. Keempat proses ini tidak selalu disadari oleh para pembelajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Namun, jika dilacak lebih jauh lagi, hampir semua proses menulis (esai, opini/artikel, karya ilmiah, artistik, atau bahkan masalah politik sekali pun) melalui keempat tahap ini. Harap diingat, bahwa proses kreatif tidak identik dengan proses atau langkah-langkah mengembangkan laporan tetapi lebih banyak merupakan proses kognitif atau bernalar.

Baca Juga :  Contoh Bisnis E-Commerce

Pertama, tahap persiapan atau prapenulisan adalah ketika pembelajar menyiapkan diri, mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan fokus, mengolah informasi, menarik tafsiran dan inferensi terhadap realitas yang dihadapinya, berdiskusi, membaca, mengamati, dan lain-lain yang memperkaya masukan kognitifnya yang akan diproses selanjutnya.

Kedua, tahap inkubasi adalah ketika pembelajar memproses informasi yang dimilikinya sedemikian rupa, sehingga mengantarkannya pada ditemukannya pemecahan masalah atau jalan keluar yang dicarinya. Proses inkubasi ini analog dengan ayam yang mengerami telurnya sampai telur menetas menjadi anak ayam.

Proses ini seringkali terjadi secara tidak disadari, dan memang berlangsung dalam kawasan bawah sadar (subconscious) yang pada dasarnya melibatkan proses perluasan pikiran (expanding of the mind). Proses ini dapat berlangsung beberapa detik sampai bertahun-tahun. Biasanya, ketika seorang penulis melalui proses ini seakan-akan ia mengalami kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Oleh karena itu, tidak jarang seorang penulis yang tidak sabar mengalami frustrasi karena tidak menemukan pemecahan atas masalah yang dipikirkannya. Seakan-akan kita melupakan apa yang ada dalam benak kita. Kita berekreasi dengan anggota keluarga, melakukan pekerjaan lain, atau hanya duduk termenung. Kendatipun demikian, sesungguhnya di bawah sadar kita sedang mengalami proses pengeraman yang menanti saatnya untuk segera “menetas”.

Ketiga, tahap iluminasi adalah ketika datangnya inspirasi atau insight, yaitu gagasan datang seakan-akan tiba-tiba dan berloncatan dari pikiran kita. Pada saat ini, apa yang telah lama kita pikirkan menemukan pemecahan masalah atau jalan keluar. Iluminasi tidak mengenal tempat atau waktu. Ia bisa datang ketika kita duduk di kursi, sedang mengendarai mobil, sedang berbelanja di pasar atau di supermarket, sedang makan, sedang mandi, dan lain-lain.

Jika hal-hal itu terjadi, sebaiknya gagasan yang muncul dan amat dinantikan itu segera dicatat, jangan dibiarkan hilang kembali sebab momentum itu biasanya tidak berlangsung lama. Tentu saja untuk peristiwa tertentu, kita menuliskannya setelah selesai melakukan pekerjaan. Jangan sampai ketika kita sedang mandi, misalnya, kemudian keluar hanya untuk menuliskan gagasan. Agar gagasan tidak menguap begitu saja, seorang pembelajar menulis yang baik selalu menyediakan ballpoint atau pensil dan kertas di dekatnya, bahkan dalam tasnya ke mana pun ia pergi.


Kesulitan Belajar Menulis

Seperti telah dikemukakan, bahwa pelajaran menulis mencakup menulis dengan tangan atau menulis perulaan, mengeja, dan menulis ekspresif.


  1. Menulis Dengan Tangan Atau Menulis Permulaan.

Menurut lerner (1985 :402) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan anak untuk menulis, antara lain : Motorik, perilaku, persepsi, memori, kemampuan melaksanakan cross modal, penggunaan tangan yang dominan,dan kemampuan memahami insting.

Anak yang perkembangan motoriknya belum matang akan mengalami kesulitan dalam menulis. Tulisannya tidak jelas, terputus-putus, tidak mengikuti garis. Anak yang hiperaktif atau anak yang perhatiannya mudah teralihkan, dapat menyebabkan pekerjaannya terhambat termasuk pekerjaan menulis. Anak yang terganggu persepsinya dapat menimbulkan kesulitan dalam menulis. Jika persepsi visualnya terganggu, anak mungkin akan kesulitan untuk membedakan bentuk-bentuk huruf.yang hampir sama seperti \d\ dan \b\, \p\ dengan \q\, \h\ dengan \n\ atau \m\ dengan \w\. Jika persepsi auditori yang terganggu, mungkin anak akan mengalami kesulitan untuk menulis kata-kata ynag diucapkan oleh guru.

Gangguan memori juga dapat dijadikan sebagai penyebab terjadinya kesulitan belajar menulis karena anak tidak mampu mengingat apa yang akan ditulis. Jika gangguan menyangkut ngatan visual, maka anak akan sulit untuk mengingat huruf atau kata; dan jika gangguan tersebut menyangkut memori auditori anak akan mengalami kesulitan menulis kata-kata yang baru diucapkan oleh guru.

Kesulitan belajar menulis sering disebut juga disgrafia. Disgrafia menunjukkan kepada ketidakmampuan mengingat cara membuat huruf atau simbol-simbol matematika. Kesulitan belajar menulis sering terkait dengan cara anak memegang pensil. Ada 4 macam cara anak memegang pensil yang dapat dijadikan sebagai petunjuk bahwa anak berkesulitan menulis, yaitu ; sudut pensil terlalu besar, sudut pensil terlalu kecil, menggenggam pensil dan menyangkutkan pensil ditangan atau menyeret.


  1. Menulis Mengeja.

Mengeja adalah suatu bidang yang tidak memungkinkan adanya kratifitas atau berfikir defergen. Hanya ada satu pola susuan huruf-huruf untuk suatu kata yang dapat dianggap benar, tidak ada kompromi. Sekelompok huruf yang sama akan memiliki makna yang berbeda jika disusun secara berbeda. Kelompok huruf \b\, \i\, dan \u\ misalnya, dapat disusun menjadi ibu, ubi, bui dan iub, tiga susunan pertama mengandung makna yang berbeda sedang susunan terakir tidak mengandung makna.


  1. Menulis ekspresif

Menulis ekspresif adalah mengungkapkan pikiran dan atau perasaan kedalam suatu bentuk tulisan, sehingga dapat difahami oleh orang lain yang sebahasa. Kesulitan menulis ekspresif banyk dialami oleh anak dan orang dewasa. Agar dapat menulis ekspresi seseorang harus terlebih dulu memiliki kemampuan berbahasa ujaran, membaca, mengeja, menulis dengan jelas, dan memahami berbagai aturan yang berlaku bagi suatu jenis penulisan,dengan menggunakan kata-kata sendiri.


Cara Mengajarkan Anak Menulis

Cara Mengajarkan Anak Menulis Dengan Benar

  1. Mengajarkan cara Memegang Pensil

Hal pertama yang perlu Anda latih kepada anak ialah cara untuk memegang pensil yang benar. Mulailah dengan pensil bukan dengan pena karena anak bisa mengerti jika mereka melakukan kesalahan dan bekas pensil dapat dihapus.

Cara memegang pensil harus dicontohkan dengan baik oleh orang tua. Cara yang selama ini bisa memberikan tulisan yang baik ialah dengan memegang bagian pensil dengan ibu jari dan jari telujuk. Sementara ketiga jari ada dibagian belakang telunjuk mengikuti arahnya tangan. Lalu tentukan jarak antara jari tangan dengan ujung pensil, serta tekanan dari pensil ke kertas tak terlalu kuat dan tidak terlalu lemah. Mulailah dengan gerakan ini selama beberapa kali sampai anak paham cara untuk memegang pensil.

Baca Juga :  Asal Usul Sungai Mahakam


  1. Menulis Sesuai Dengan Garis yang ada Di Kertas

Untuk pelajaran pertama maka Anda harus memberikan kertas bergaris untuk menulis anak. Untuk tulisan biasa ada 2 garis yang berurutan sebagai tanda untuk mulai menulis huruf besar atau huruf kecil. Kemudian ajari si anak untuk mengetahui dimana titik menulis huruf besar serta huruf kecil.

Setelah anak tau maka ajari anak untuk menulis dengan huruf yang sejajar. Jika ada huruf yang miring atau tidak rata maka Anda dapat meminta anak untuk menghapus dan mengulanginya lagi. Intinya ialah si anak harus membuat tulisan sesuai dengan garis. Kemampuan motorik anak sangat dibutuhkan dalam mendukung proses ini. Anda dapat mengikuti perkembangan anak secara dasar selama 1 tahun penuh.


  1. Melatih dengan Mulai dengan Satu Huruf

Kemudian Anda harus mencoba untuk mengajari anak dengan cara yang pelan dan perlahan. Pertama cobalah meminta anak untuk menulis 1 huruf saja di satu lembar kertas. Ulangi langkah ini selama beberapa kali sampai anak bisa menulis satu huruf dengan rapi. Kemudian lanjutkan dengan menulis huruf lain sampai semua huruf dapat dipraktekkan dengan baik. Setelah anak bisa menulis semua huruf dengan rapi dan baik maka minta si anak untuk menulis beberapa kata.


  1. Mengajari penuh dengan Kesabaran dan Perlahan

Jika Anda langsung meminta anak untuk menulis dengan rapi maka hal itu sulit untuk terjadi. Biasanya anak perlu mengulang latihan selama beberapa kali sampai mendapatkan bentuk yang sempurna. Pada saat anak harus selalu menghapus tulisan mereka maka cobalah untuk bersabar. Minta anak untuk bersabar atau istirahat sampai tangan mereka tidak terlalu lelah. Ketika anak sudah mempunyai niat untuk belajar kembali, maka Anda dapat membimbingnya.


  1. Berikan contoh Tekanan yang Benar ketika Menulis

Anak-anak pasti berpikir bahwa menulis dengan pensil harus memberikan tekanan yang kuat. Karena mereka berpikir jika tekanan tidak kuat maka tulisan tak akan jelas. Dan ternyata inilah yang membuat tulisan tidak rapi karena bekas pensil yang terlalu hitam. Anda dapat menjelaskan dan memberi contoh pada anak supaya menulis tidak terlalu keras. Kemudian lihat apakah anak terlalu keras ketika memegang pensil. BIla terlalu keras maka ini juga bisa menyebabkan tangan cepat lelah dan hasil tulisan terlalu hitam.


  1. Latihan memperkuat otot tangan anak agar terbiasa

Memberikan latihan untuk membuat otot tangan si anak menjadi terbiasa dapat dilakukan dengan cara yang mudah. Anda bisa mencoba untuk meminta anak menulis kata sesuai yang Anda sebutkan atau memberikan latihan. Kemudian periksa apakah latihan itu telah benar atau belum sampai Anda tahu tingkat kerapian anak. Dan jika anak salah saat berlatih maka beri contoh yang baik supaya latihan bisa menjadi kebiasan anak.


  1. Latihan Menulis Dipapan Tulis

Beberapa anak memang merasa bosan saat harus berlatih di kertas bergaris atau buku tulis. Bola anak sudah merasa malas maka tulisan mereka menjadi tidak bagus. Untuk mengatasi anak yang merasa bosan dan malas maka Anda dapat mencoba memakai papan tulis. Papas tulis baik itu dengan model spidol di papan putih maupun dengan kapur tulis. Kebiasaan menulis di berbagai alat yang berbeda dapat melatih kekuatan otot tangan anak supaya lebih lembut. Tekadang anak-anak juga akan merasa lebih senang berlatih dengan cara ini daripada harus memakai buku tulis terus menerus.


  1. Latihan Menulis dengan Permainan

Beberapa anak mempunyai cara belajar yang berbeda, sampai mereka membutuhkan tehnik khusus ketika belajar. Kebiasaan ini sebenarnya bisa sangat baik jika dilakukan berulang ulang. Anda dapat membiasakan anak untuk memilih permainan menulis seperti yang mereka inginkan. Contohnya ialah permainan sekolah, dimana Anda menjadi guru lalu bergantian dengan anak yang menjadi murid. Minta anak untuk menulis satu kata kemudian bergantian dengan Anda. Saat Anda menjadi murid maka berikan contoh yang baik sampai anak dapat mencontoh.


9.Memberitahu Anak bahwa Menulis Memiliki Tujuan

Memberikan sebuah pandangan yang positif sangat baik untuk si anak. Anda dapat mencoba menerapkan sebuah pengertian bahwa menulis harus mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan dari menulis yang rapi ialah bahwa tulisan itu bisa dibaca dengan baik oleh orang lain. Pada Saat anak sekolah maka tulisan itu harus dapat dibaca oleh diri sendiri dan guru. Kemudian menulis juga bisa menjadi cara untuk mencatat pelajaran sehingga anak mempunyai motivasi untuk menulis dengan rapi. Dengan cara ini maka cara mengajari anak menulis rapi dapat dilakukan dengan lebih mudah.


  1. Membiasakan Anak untuk Mencatat dengan Tulisan

Saat ini anak-anak memang lebih sering memakai gadget dibandingkan alat lain. Gadget memang dapat membantu anak untuk mengenali huruf dan membaca dengan baik. Tapi Anda juga harus mencoba untuk membiasakan anak mencatat semua hal di kertas tulis. Ini memang terlihat seperti cara yang kuno karena anak sekarang tak suka mencatat di kertas. Mereka lebih senang memakai gadget untuk mencatat sehingga lebih mudah. Tetapi Anda dapat mencoba untuk menyuruh anak menulis di buku seperti menulis diary.


demikianlah artikel dari duniapendidikan.co.id mengenai Cara Mengajarkan Anak Menulis : Pengertian, Metode, Media, Langkah, Latiha, Pendekatan, Proses Kreatif, Kesulitan, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semuanya.

Posting pada SD