Definisi Geografi
Pengertian Geografi Menurut Para Ahli. Perbedaan pendapat mengenai sesuatu, merupakan hal yang sangat wajar bagi manusia, demikian juga dengan definisi atau pengertian geografi. Banyak para ahli, para tokoh dunia yang memaparkan berbagai pengertian/definisi geografi, namun pada dasarnya mempunyai inti yang sama.
Istilah geografi untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Erastothenes pada abad ke 1. Menurut Erastothenes geografi berasal dari kata geographica yang berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi. Berdasarkan pendapat tersebut, maka para ahli geografi (geograf) sependapat bahwa Erastothenes dianggap sebagai peletak dasar pengetahuan geografi.
Pada awal abad ke-2, muncul tokoh baru yaitu Claudius Ptolomaeus mengatakan bahwa geografi adalah suatu penyajian melalui peta dari sebagian dan seluruh permukaan bumi. Jadi Claudius Ptolomaeus mementingkan peta untuk memberikan informasi tentang permukaan bumi secara umum. Kumpulan dari peta Claudius Ptolomaeus dibukukan, diberi nama ‘Atlas Ptolomaeus’.
Menjelang akhir abad ke-18, perkembangan geografi semakin pesat. Pada masa ini berkembang aliran fisis determinis dengan tokohnya yaitu seorang geograf terkenal dari USA yaitu Ellsworth Hunthington. Di Perancis faham posibilis terkenal dengan tokoh geografnya yaitu Paul Vidal de la Blache, sumbangannya yang terkenal adalah “Gen re de vie”. Perbedaan kedua faham tersebut, kalau fisis determinis memandang manusia sebagai figur yang pasif sehingga hidupnya dipengaruhi oleh alam sekitarnya. Sedangkan posibilisme memandang manusia sebagai makhluk yang aktif, yang dapat membudidayakan alam untuk menunjang hidupnya.
Di bawah ini duniabaca.com sajikan beberapa definisi geografi yang akan saling melengkapi dan dengan demikian diharapkan dapat menyingkap inti masalah atau pokok kajian geografi.
Perkembangan Pandangan Geografi
Ilmu geografi mengalami perkembangan dalam sudut pandangnya, secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
-
1. Geografi Ortodoks
Bidang kajiannya adalah suatu wilayah (region) dan analisis terhadap sifat sistematiknya, meliputi :
a. Geografi Fisik
Mempelajari tentang gejala fisik dari permukaan bumi yang meliputi tanah, air dan udara dengan segala prosesnya. Ilmu penunjang geografi fisik antara lain geologi, geomorfologi, pedologi, meteorologi, klimatologi dan oseanograsi.
b. Geografi Manusia
Mempelajari tentang kependudukan, aktivitas ekonomi, politik, sosial dan budaya. Ilmu penunjang geografi manusia antara lain geografi ekonomi, geografi penduduk, geografi perdesaan dan geografi perkotaan.
c. Geografi Regional
Mempelajari perwilayahan, misalnya daerah tropik, arid, kutub. Kajian ini menitikberatkan pada kultur suatu wilayah misalnya Afrika Utara, Eropa Barat, Asia Utara.
d. Geografi Teknik
Kajian ini merupakan kajian geograi yang lebih bersifat teknis dan babyak memanfaatkan teknologi dan metode-metode penelitian. lmu penunjang pada kajian ini misalnya Sistem Informasi Geografis, Kartografi, Penginderaan Jauh
-
2. Geografi Terintegrasi
Merupakan kajian geografi dengan pendekatan terpadu, yaitu integrasi elemen-elemen geografi sistematik yang terdiri dari geografi fisik dan geografi manusia dengan geografi regional. Dalam mengkaji suatu fenomena/gejala alam menggunakan pendekatan analisis keruangan, ekologi dan wilayah.
Hakikat dan Ruang LIngkup Studi Geografi
Pada hakikatnya studi geografi adalah pengkajian keruangan tentang fenomena dan masalah kehidupan manusia yang disusun dari hasil obeservasi dengan melakukan analisis fenomena manusia, fenomena alam serta persebaran dan interaksinya dalam ruang. untuk menunjukkan dan menjelaskan fenomena di permukaan bumi diawali dengan mengajukan 6 (enam) pertanyaan pokok, yaitu what, where, when, why, who(m) dan how (5W1H).
Pertanyaan pokok tersebut untuk menjelaskan:
1. Fenomena apa yang terjadi
2. Di mana fenomena itu terjadi
3. Kapan fenomena tersebut terjadi
4. Mengapa fenomena itu terjadi
5. Siapa saja yang mengalami
6. Bagaimana usaha-usaha mengatasi
Rhoads Murphey (1966) dalam bukunya The Scope of Geography menjelaskan bahwa pokok-pokok ruang lingkup ilmu geografi adalah :
1. Persebaran dan keterkaitan antara penduduk di permukaan bumi dan aspek-aspek keruangan, serta usaha manusai untuk memanfaatkannya.
2. Interelasi antara manusia dengan lingkungan fisik sebagai bagian dari studi perbedaan wilayah.
3. Kerangka wilayah dan analisis wilayah secara khusus.
Daftar Suku Bangsa di Indonesia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Lihat pula: Suku Bangsa di Indonesia
Halaman ini merupakan daftar suku bangsa yang hidup di Indonesia, diikuti dengan nama wilayah yang dijadikan tempat tinggal mayoritas suku masing-masing. Daftar berikut ini diurutkan berdasarkan nama suku, bukan nama wilayah:
Daftar ini belumlah lengkap. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya.
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
Menurut abjad
A
Suku Aceh di Aceh: kabupaten Aceh Besar
Suku Alas di kabupaten Aceh Tenggara
Suku Alor di NTT: kabupaten Alor
Suku Ambon di kota Ambon
Suku Ampana di Sulawesi Tengah
Suku Anak Dalam di Jambi
Suku Aneuk Jamee di kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Barat Daya
Suku Arab-Indonesia
Suku Aru di Maluku: Kepulauan Aru
Suku Asmat di Papua
Suku Abung di Lampung
B
Suku Bali di Bali terdiri :
Suku Bali Majapahit di sebagian besar Pulau Bali
Suku Bali Aga di Karangasem dan Kintamani
Suku Balantak di Sulawesi Tengah
Suku Banggai di Sulawesi Tengah: Kabupaten Banggai Kepulauan
Suku Baduy di Banten
Suku Bajau di Kalimantan Timur
Suku Bangka di Bangka Belitung
Suku Banjar di Kalimantan Selatan
Suku Batak di Sumatera Utara terdiri :
Suku Karo di kabupaten Karo
Suku Mandailing di kabupaten Mandailing Natal
Suku Angkola di kabupaten Tapanuli Selatan
Suku Toba di kabupaten Toba Samosir
Suku Pakpak di kabupaten Pakpak Bharat
Suku Simalungun di kabupaten Simalungun
Suku Batin di Jambi
Suku Bawean di Jawa Timur: Gresik
Suku Belitung di Bangka Belitung
Suku Bentong di Sulawesi Selatan
Suku Berau di Kalimantan Timur: kabupaten Berau
Suku Betawi di Jakarta
Suku Bima NTB: kota Bima
Suku Boti di kabupaten Timor Tengah Selatan
Suku Bolang Mongondow di Sulawesi Utara: Kabupaten Bolaang Mongondow
Suku Bugis di Sulawesi Selatan
Orang Bugis Pagatan di Kalimantan Selatan, Kusan Hilir, Tanah Bumbu
Suku Bungku di Sulawesi Tengah: Kabupaten Morowali
Suku Buru di Maluku: Kabupaten Buru
Suku Buol di Sulawesi Tengah: Kabupaten Buol
Suku Buton di Sulawesi Tenggara: Kabupaten Buton dan Kota Bau-Bau
Suku Bonai di Riau: Kabupaten Rokan Hilir
D
Suku Damal di Mimika
Suku Dampeles di Sulawesi Tengah
Suku Dani di Papua: Lembah Baliem
Suku Dayak terdiri :
Suku Punan di Kalimantan Tengah
Suku Kanayatn di Kalimantan Barat
Suku Iban di Kalimantan Barat
Suku Mualang di Kalimantan Barat: Sekadau, Sintang
Suku Bidayuh di Kalimantan Barat: Sanggau
Suku Mali di Kalimantan Barat
Suku Seberuang di Kalimantan Barat: Sintang
Suku Sekujam di Kalimantan Barat: Sintang
Suku Sekubang di Kalimantan Barat: Sintang
Suku Ketungau di Kalimantan Barat
Suku Desa di Kalimantan Barat
Suku Kantuk di Kalimantan Barat
Suku Ot Danum atau Dohoi di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat
Suku Limbai di Kalimantan Barat
Suku Kebahan di Kalimantan Barat
Suku Pawan di Kalimantan Barat
Suku Tebidah di Kalimantan Barat
Suku Bakumpai di Kalimantan Selatan Barito Kuala
Orang Barangas di Kalimantan Selatan Barito Kuala
Suku Bukit di Kalimantan Selatan
Orang Dayak Pitap di Tebing Tinggi, Balangan, Kalsel
Suku Dayak Hulu Banyu di Kalimantan Selatan
Suku Dayak Balangan di Kalimantan Selatan
Suku Dusun Deyah di Kalimantan Selatan: Tabalong
Suku Ngaju di Kalimantan Tengah: Kabupaten Kapuas
Suku Siang Murung di Kalimantan Tengah: Murung Raya
Suku Bara Dia di Kalimantan Tengah: Barito Selatan
Suku Ot Danum di Kalimantan Tengah
Suku Lawangan di Kalimantan Tengah
Suku Dayak Bawo di Kalimantan Tengah: Barito Selatan
Suku Tunjung, Kutai Barat, rumpun Ot Danum
Suku Benuaq, Kutai Barat, rumpun Ot Danum
Suku Bentian, Kutai Barat, rumpun Ot Danum
Suku Bukat, Kutai Barat
Suku Busang, Kutai Barat
Suku Ohong, Kutai Barat
Suku Kayan, Kutai Barat, rumpun Apo Kayan
Suku Bahau, Kutai Barat, rumpun Apo Kayan
Suku Penihing, Kutai Barat, rumpun Punan
Suku Punan, Kutai Barat, rumpun Punan
Suku Modang, Kutai Timur, rumpun Punan
Suku Basap, Bontang-Kutai Timur
Suku Ahe di Kabupaten Berau
Suku Tagol, Malinau, rumpun Murut
Suku Brusu, Malinau, rumpun Murut
Suku Kenyah, Malinau, rumpun Apo Kayan
Suku Lundayeh, Malinau
Suku Pasir di Kalimantan Timur: Kabupaten Pasir
Suku Dusun di Kalimantan Tengah
Suku Maanyan di Kalimantan Tengah: Barito Timur
Orang Maanyan Paju Sapuluh
Orang Maanyan Paju Epat
Orang Maanyan Dayu
Orang Maanyan Paku
Orang Maanyan Benua Lima Maanyan Paju Lima
Orang Dayak Warukin di Tanta, Tabalong, Kalsel
Suku Samihim, Pamukan Utara, Kotabaru, Kalsel
Suku Dompu NTB: Kabupaten Dompu
Suku Donggo, Bima
Suku Duri Terletak di bagian utara Kabupaten Enrekang berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja, meliputi tiga kecamatan induk Anggeraja, Baraka, dan Alla di Sulawesi Selatan
E
Suku Eropa-Indonesia (orang Indo atau peranakan Eropa-Indonesia)
F
Suku Flores di NTT: Flores Timur
G
Suku Gayo di Aceh: Gayo Lues Aceh Tengah Bener Meriah
Suku Gorontalo di Gorontalo: Kota Gorontalo
Suku Gumai di Sumatera Selatan: Lahat
I
Suku India-Indonesia
J
Suku Banten di Banten
Suku Cirebon di Jawa Barat: Kota Cirebon
Suku Jawa di Jawa Tengah, Jawa Timur
Suku Tengger di Jawa Timur
Suku Osing di Jawa Timur: Banyuwangi
Suku Samin di Jawa Tengah: Purwodadi
Suku Jambi di Jambi: Kota Jambi
K
Suku Kei di Maluku Tenggara: Kabupaten Maluku Tenggara dan Kota Tual
Suku Kaili di Sulawesi Tengah: Kota Palu
Suku Kaur di Bengkulu: Kabupaten Kaur
Suku Kayu Agung di Sumatera Selatan
Suku Kerinci di Jambi: Kabupaten Kerinci
Suku Komering di Sumatera Selatan: Kabupaten Ogan Komering Ilir, Baturaja
Suku Konjo Pegunungan, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan
Suku Konjo Pesisir, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan
Suku Kubu di Jambi dan Sumatera Selatan
Suku Kulawi di Sulawesi Tengah
Suku Kutai di Kalimantan Timur: Kutai Kartanegara
Suku Kluet di Aceh: Aceh Selatan
Suku Krui di Lampung
L
Suku Laut, Kepulauan Riau
Suku Lampung di Lampung
Suku Lematang di Sumatera Selatan
Suku Lembak, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu
Suku Lintang, Sumatera Selatan
Suku Lom, Bangka Belitung
Suku Lore, Sulawesi Tengah
Suku Lubu, daerah perbatasan antara Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Sumatera Barat
M
Suku Madura di Jawa Timur
Suku Makassar di Sulawesi Selatan: Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Bulukumba (sebagian), Kabupaten Sinjai (bagian perbatasan Kab Gowa)Kabupaten Maros (sebagian) Kabupaten Pangkep (sebagian)Kota Makassar
Suku Mamasa (Toraja Barat) di Sulawesi Barat: Kabupaten Mamasa
Suku Mandar Sulawesi Barat: Polewali Mandar
Suku Melayu
Suku Melayu Riau di Riau
Suku Melayu Tamiang di Aceh: Aceh Tamiang
Suku Mentawai di Sumatera Barat: Kabupaten Kepulauan Mentawai
Suku Minahasa di Sulawesi Utara: Kabupaten Minahasa terdiri 9 subetnik :
Suku Babontehu
Suku Bantik
Suku Pasan Ratahan
Suku Ponosakan
Suku Tonsea
Suku Tontemboan
Suku Toulour
Suku Tonsawang
Suku Tombulu
Suku Minangkabau, Sumatera Barat
Suku Mori, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah
Suku Muko-Muko di Bengkulu: Kabupaten Mukomuko
Suku Muna di Sulawesi Tenggara: Kabupaten Muna
Suku Muyu di Kabupaten Boven Digoel, Papua
Suku Mekongga di Sulawes Tenggara: Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Kolaka Utara
N
Suku Nias di Sumatera Utara: Kabupaten Nias, Nias Selatan
O
Suku Osing di Banyuwangi Jawa Timur
Suku Ogan di Sumatera Selatan
P
Suku Papua/Irian
Suku Asmat di Kabupaten Asmat
Suku Biak di Kabupaten Biak Numfor
Suku Dani, Lembah Baliem, Papua
Suku Ekagi, daerah Paniai, Abepura, Papua
Suku Amungme di Mimika
Suku Bauzi, Mamberamo hilir, Papua utara
Suku Arfak di Manokwari
Suku Kamoro di Mimika
Suku Palembang di Sumatera Selatan: Kota Palembang
Suku Pamona di Sulawesi Tengah: Kabupaten Poso
Suku Pasemah di Sumatera Selatan
Suku Pesisi di Sumatera Utara: Tapanuli Tengah
Suku Pasir di Kalimantan Timur: Kabupaten Pasir
R
Suku Rawa, Rokan Hilir, Riau
Suku Rejang di Bengkulu: Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Lebong, dan Kabupaten Rejang Lebong
Suku Rote di NTT: Kabupaten Rote Ndao
Suku Rongga di NTT Kabupaten Manggarai Timur
S
Suku Saluan di Sulawesi Tengah
Suku Sambas (Melayu Sambas) di Kalimantan Barat: Kabupaten Sambas
Suku Sangir di Sulawesi Utara: Kepulauan Sangihe
Suku Sasak di NTB, Lombok
Suku Sekak Bangka
Suku Sekayu di Sumatera Selatan
Suku Semendo di Bengkulu, Sumatera Selatan: Muara Enim
Suku Serawai di Bengkulu: Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Seluma
Suku Simeulue di Aceh: Kabupaten Simeulue
Suku Sigulai di Aceh: Kabupaten Simeulue bagian utara
Suku Sumbawa Di NTB: Kabupaten Sumbawa
Suku Sumba di NTT: Sumba Barat, Sumba Timur
Suku Sunda di Jawa Barat
T
Suku Talaud di Sulawesi Utara: Kepulauan Talaud
Suku Talang Mamak di Riau: Indragiri Hulu
Suku Tamiang di Aceh: Kabupaten Aceh Tamiang
Suku Tengger di Jawa Timur Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo lereng G. Bromo
Suku Ternate di Maluku Utara: Kota Ternate
Suku Tidore di Maluku Utara: Kota Tidore
Suku Timor di NTT, Kota Kupang
Suku Tionghoa-Indonesia
Orang Cina Parit di Pelaihari, Tanah Laut, Kalsel
Suku Tojo di Sulawesi Tengah: Kabupaten Tojo Una-Una
Suku Toraja di Sulawesi Selatan: Tana Toraja
Suku Tolaki di Sulawesi Tenggara: Kendari
Suku Toli Toli di Sulawesi Tengah: Kabupaten Toli-Toli
Suku Tomini di Sulawesi Tengah: Kabupaten Parigi Moutong
U
Suku Una-una di Sulawesi Tengah: Kabupaten Tojo Una-Una
Suku Ulu di Sumatera utara: mandailing natal
W
Suku Wolio di Sulawesi Tenggara: Buton
Konsep Suku Bangsa
-
Konsep Suatu Ras Dan Ciri Masing-Masing Ras
Ras adalah sekelompok orang yang tinggal terisolasi di suatu daerah yang menampilkan suatu bentuk ciri tubuh tertentu. Bentuk ciri khas ini menjadi kuat karena perkawinan yang cenderung dalam kelompok sendiri atau terisolasi. Ras merupakan kumpulan manusia yang memiliki sejumlah ciri khas yang tampak dalam presentase besar. Ciri khas yang dijadikan tolak ukur pembedaan suatu ras sebagian besar berdasarkan ciri-ciri fenotif yang terdiri dari ciri kualitatif (misalnya warna kulit, bentuk hidung, dan bulu atau rambut, serta mata) dan ciri kuantitatif (misalnya berat badan dan indeks cephalicus) yang dapat dihitung menggunakan metode antropometri. Untuk beberapa hal, dibawah ini terdapat beberapa contoh yang membahas bentuk hidung, mata dan bulu di tubuh.
- Hidung
Orang beranggapan bahwa setiap ras memiliki bentuk hidung yang berbeda-beda. Misalnya ras negroid cenderung memiliki bentuk hidung yang besar dan lubang hidung yang lebar dan ras kaukasoid yang memiliki hidung kecil dengan lubang hidung sempit. Terdapat beberapa bukti bahwa bentuk hidung berhubungan dengan kondisi alam sekitar ras tersebut. Misalnya bentuk hidung pada ras kaukasoid yang hidup pada kondisi alam dengan suhu dingin dan lembab justru membantu dalam proses menyeimbangkan suhu udara yang masuk dengan suhu normal tubuh.
- Mata
Mata sebagai focus penelitian antropologi ragawi dipandang sebagai ciri penanda atas kelompok ras. Lipatan sudut mata yang menutupi mata dibeberapa kelompok telah lama menjadi bahan penelitian yang menarik bagi antropologi. Misalnya ras negroid yang memiliki kelopak matalurus.
- Rambut Badan
Rambut diketahui terdapat di tubuh berbagai makhluk kera. Rambut di manusia hanya diketahui berada di bagian kepala. Kehadiran rambut ini dapat ditafsirkan berfungsi untuk melindungi kulit kepala manusia. Ada penandaan yang melihatnya sebagai kejur dan keriting, serta tebal dan tipis. Pembagian dan ketebalan rambut biasanya dihubungkan sebagai suatu bentuk penyesuaian terhadap panas. Rambut keriting di kepala dianggap memberi suatu pengamanan yang mengucilkan udara panas melalui gelombang atau rambut dan kulit di kepala, tetapi kemudian ada anggapan bahwa tidak ada hubungan langsung antara rambut dan iklim.
Ketika ras muncul maka dimulailah upaya untuk mengategorisasikannya, dan beberapa ahli menyarankan dasar dari klasifikasinya menggunakan pengklasifikasian oleh Carolus Linnaeus (1725) yang mengajukan warna kulit sebagai acuannya. Hal ini dapat dimengerti karena hal pertama yang terlihat berbeda adalah warna kulit yang mudah diinderai. namun J.F Blumenbach (1755) kemudian mengombinasikan ciri-ciri morfologi ditambah dengan geografi tempat satu ras tersebut tinggal.
Pengklasifikasian kemudian ditambahkan oleh J. Deniker (1889) yang menggunakan warna rambut sebagai ciri-ciri penting. Sedangkan metode pengklasifikasian berdasarkan filogenetik yaitu pengklasifikasian berdasarkan persamaan dan perbedaan ras serta hubungan asal-usul ras baru muncul pada 1990-an. Metode pengklasifikasian berdasarkan unsur-unsur filogenetik yang paling terkenal adalah metode E.von Eickted dan meyode E.a. Hooton.
Berikut ini sebuah klasifikasi yang dibuat oleh A.L.Kroeber, yang dengan jelas menggambarkan garis besar penggolongan ras-ras yang terpenting di dunia dan hubungannya satu sama lain.
1. Kaukasoid (Eropa)
a) Nordic (Eropa Utara sekitar laut Baltik)
b) Alpine (Eropa Tengah dan Timur)
c) Mediterranean (penduduk sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab dan Iran)
d) Indic (Pakistan, India Bangladesh dan Sri Lanka)
2. Mongoloid (Asia)
a) Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Tengah dan Timur)
b) Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Kep.Indonesia, Malaysia, Filipina dan pendudukl Taiwan)
c) American Mongoloid(penduduk asli Amerika Utara san Selatan yaitu orang eskimo hingga penduduk Terra del Fuego)
3. Negroid (Afrika)
a) African Negroid (benua Afrika)
b) Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Melayu, Filipina)
c) Melanesian (Irian,Melenesia)
4. Australoid (penduduk asli Australia)
5. Ras-ras khusus
a) Bushman (penduduk daerah Gurun Kalahari, Afrika Selatan)
b) Veddoid (penduduk pedalaman Sri Lanka dan Sulawesi Selatan)
c) Polynesian (penduudk kepulauan Mikronesia dan Polynesia)
d) Ainu (penduduk Pulau Karafoto dan Hokkaido, Jepang)
Sejarah Geografi
Balikpapan merupakan sebuah kota yang ada di Kalimantan Timur, Indonesia. Kota ini mempunyai perekonomian paling besar di Kalimantan, total PDRB mencapai Rp79,65 triliun pada 2016. Dari sisi kependudukan, Balikpapan merupakan kota paling besar kedua di Kalimantan Timur dengan total penduduknya mencapai 778.908 jiwa yang dari 21.6 % keseluruhan penduduk Kaltim. Balikpapan juga kota dengan biaya hidup paling mahal se-Indonesia. Logo kota sering disebut Kota Minyak dan Bumi Manuntung ini merupakan beruang madu, maskot Balikpapan yang sudah mulai di ambang kepunahan. Nama asli dari Balikpapan ialah Billipapan atau Balikkappan.
Beberapa hikayat populer menceritakan asal usul dari kota yang berada di pesisir timur Kalimantan berikut ini:
- Sebanyak 10 keping papan kembali ke Jenebora dari jumlah 1.000 keping diminta oleh Sultan Kutai sebagai sumbangan bahan pembangunan Istana Baru Kutai Lama. Kesepuluh papan yang kembali disebut orang Kutai Balikpapan Tu. Sehingga daerah sepanjang Teluk Balikpapan, tepatnya terletak di Jenebora disebut Balikpapan.
- Suku Pasir Balik merupakan keturunan dari kakek dan nenek yang bernama Kayun Kuleng dan Papan Ayun. Sehingga wilayah sepanjang Teluk Balikpapan oleh keturunannya disebut dengan Kuleng-Papan yang artinya Balikpapan.
- Legenda lain juga menyebutkan asal usul dari Balikpapan, yaitu seorang putri yang dilepas oleh ayahnya yaitu seorang raja yang tak mau putrinya jatuh ke tangan musuh. Sang putri yang masih balita itu diikat di atas pada beberapa keping papan dalam keadaan terbaring. Karena terbawa oelh arus dan diterpa gelombang air, papannya kemudian terbalik. Dan ketika papannya terdampar di tepi pantai dan ditemukan oleh seorang nelayan dan begitu papannya dibalik ternyata terlihat seorang putri dalam keadaan terikat. Konon putri itu bernama Putri Petung dari Kerajaan Pasir. Sehingga wilayah ditemukannya dinamakan Balikpapan.
- Hari jadi kota Balikpapan ialah pada tanggal 10 Februari 1897. Penetapan tanggal tersebut adalah hasil Seminar Sejarah Balikpapan pada 1 Desember 1984. Pada 10 Februari 1897 adalah tanggal dimana pengeboran minyak pertama kali di Balikpapan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan Mathilda sebagai bentuk realisasi pasal-pasal kerja sama antara J.H. Menten dengan Mr. Adams dari perusahaan Firma Samuel dan Co.
Definisi Geografi
Kota Balikpapan mempunyai daerah yang 85% berbukit-bukit dan 12% berupa wilayah datar sempit seperti di Daerah Aliran Sungai, sungai kecil dan pesisir pantai. Kondisi tanah bersifat asam atau gambut dan dominan tanah merah yang notabene kurang subur. Seperti layaknya wilayah lain Indonesia, kota Balikpapan ini memiliki iklim tropis. Kota ini terletak di pesisir timur Kalimantan dan berbatasan langsung dengan Selat Makassar, mempunyai teluk yang bisa dimanfaatkan sebagai pelabuhan minyak dan pelabuhan laut komersial.
Suku Bangsa Di Kota Balikpapan
Suku asli masyarakat kota Balikpapan ialah Suku Balik yaitu merupakan suku minoritas. Suku Balik biasanya digabung dalam Suku Paser karena dianggap serumpun yang kemudian disebut Paser-Balik, padahal Suku Balik tidak ingin disamakan dengan Suku Paser, karena termempunyai beberapa perbedaan. Seperti halnya yang terjadi di daerah Kalimantan lain, Suku Banjar yang masuk ke Balikpapan menyerap unsur-unsur dari suku lokal melalui perkawinan campur antar suku yaitu seperti Suku Paser dan Suku Balik yang kemudian memunculkan komunitas bernama Banjar-Balik.
Secara garis besar total ada sebanyak lima budaya dasar sukubangsa yang berasal dari Kalimantan yang biasa disebut dengan Rumpun Kalimantan, empat di antaranya berada di Kalimantan Timur, khususnya daerah Balikpapan seperti: Banjar, Kutai, Dayak, Paser yang disingkat menjadi Komunitas BAKUDAPA dan bila ditambah etnis Tidung maka menjadi BAKUDAPATI yaitu akronim Banjar, Kutai, Dayak, Paser dan Tidung. Bila dihitung mencapai jumah sebanyak 31,39% populasi pada tahun 2000. Dan di antara keempat suku yang berasal dari Kalimantan ini, Suku Banjar adalah yang paling banyak di hitung sejak masa kolonial. Tapi selain keempat suku tersebut, banyak juga suku-suku yang berasal dari pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan pulau-pulau lainnya sehingga awal pertumbuhan kota Balikpapan setidaknya terbentuk dari tiga kantong permukiman Jawa , Bugis, dan Banjar.
Macam Suku Bangsa Di Indonesia
-
Suku Sasak
Suku Sasak adalah penduduk asli dan suku mayoritas di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Sebagai penduduk asli, suku Sasak telah mempunyai sistem budaya sebagaimana terekam dalam kitab Nagara Kartha Gama karangan Empu Nala dari Majapahit. Dalam kitab tersebut, suku Sasak disebut “Lomboq Mirah Sak-Sak Adhi.” Jika saat kitab tersebut dikarang suku Sasak telah mempunyai sistem budaya yang mapan.
Nenek moyang Suku Sasak berasal dari campuran penduduk asli Lombok dengan para pendatang dari Jawa Tengah yang terkenal dengan julukan Mataram, pada jaman Raja yang bernama Rakai Pikatan dan permaisurinya Pramudhawardani. Kata sasak itu sendiri berasal dari kata sak-sak yang artinya sampan.
Dalam masyarakat Sasak, kelompok kekeraatan terkecil adalah keluarga inti (nuclear family) yang disebut kuren. Keluarga inti umumnya keluarga monogami, meskipun adat membenarkan keluarga inti poligami. Adat menetao sesudah nikah adalah virilokal, meskipun ada yang uxorilokal dan neolokal. Garis keturunan suku Sasak ditarik menuruk sistem patrilineal.
Adat istiadat suku sasak dapat anda saksikan pada saat resepsi perkawinan, dimana perempuan apabila mereka mau dinikahkan oleh seorang lelaki maka yang perempuan harus dilarikan dulu kerumah keluarganya dari pihak laki laki, ini yang dikenal dengan sebutan merarik atau selarian. Sehari setelah dilarikan maka akan diutus salah seorang untuk memberitahukan kepada pihak keluarga perempuan bahwa anaknya akan dinikahkan oleh seseorang, ini yang disebut dengan mesejati atau semacam pemberitahuan kepada keluarga perempuan. Setalah selesai makan akan diadakan yang disebut dengan nyelabar atau kesepakatan mengenai biaya resepsi.
-
Suku Bima
Suku Bima tinggal di daerah dataran rendah, wilayah kabupaten Bima, Donggo dan Sangiang, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Suku Bima telah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Lingkungan alam suku Bima berbeda-beda karena di daerah utara Lombok tanahnya sangat subur sedangkan sebelah selatan tanahnya gundul dan tidak subur.Kebanyakan dari mereka bermukim sekitar 5 km atau lebih dari pesisirpantai. Mereka juga disebut suku “Oma” (artinya “berpindah-pindah”)karena sering hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yanglain. Suku Bima memiliki hubungan dengan suku Sasak yang tinggalberdekatan di Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Suku ini menggunakan Bahasa Bima atau Nggahi Mbojo. Menurut sejarahnya, suku Bima mempunyai 7 pemimpin di setiap daerah yang disebut Ncuhi. Pada masa pemberontakan di Majapahit, salah satu dari Pandawa Lima, Bima, melarikan diri ke Bima melalui jalur selatan agar tidak ketahuan oleh para pemberontak dan langsung diangkat oleh para Ncuhi sebagai Raja Bima pertama. Namun Sang Bima langsung mengangkat anaknya sebagai raja dan beliau kembali lagi ke Jawa dan menyuruh 2 anaknya untuk memerintah di Kerajaan Bima. Oleh karena itu, sebagian bahasa Jawa Kuna kadang-kadang masih digunakan sebagai bahasa halus di Bima.
-
Suku Sumbawa
Suku Sumbawa adalah suku bangsa yang mendiami pulau Sumbawa dan menggunakan bahasa Sumawa. Suku yg berpopulasi 1,3 juta ini sebagian besar beragama Islam, uniknya pada sebagian kecil masyarakat suku Sumbawa, terdapat praktik agama Islam yang agak berbeda dengan Islam pada umumnya yakni Islam Wetu Telu, namun hanya berjumlah sekitar 1% yang melakukan praktek ibadah seperti itu.
Populasi Suku Sumbawa yang terus berkembang saat ini merupakan campuran antara keturunan etnik-etnik pendatang atau imigran dari pulau-pulau lain yang telah lama menetap dan mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya serta sanggup berakulturasi dengan para pendatang lain yang masih membawa identitas budaya nenek moyang mereka, baik yang datang sebelum maupun pasca meletusnya Gunung Tambora tahun 1815.
Para pendatang ini terdiri atas etnik Jawa, Madura, Bali, Sasak, Bima, Sulawesi (Bugis,Makassar, Mandar), Sumatera (Padang dan Palembang), Kalimantan (Banjarmasin),dan Cina (Tolkin dan Tartar), serta Arab yang rata-rata mendiami dataran rendah dan pesisir pantai pulau ini, sedangkan sebagian penduduk yang mengklaim diri sebagai pribumi atau tau Samawa asli menempati wilayah pegunungan seperti Tepal, Dodo, dan Labangkar akibat daerah-daerah pesisir dan dataran rendah yang dulunya menjadidaerah pemukiman mereka tidak dapat ditempati lagi pasca bencana alam Tamborayang menewaskan hampir dua pertiga penduduk Sumbawa kala itu.
demikianlah artikel dari duniapendidikan.co.id mengenai Sejarah Geografi Dan Suku Bangsa : Pengertian, Perkembangan, Dafar, Konsep, Definisi, Macam, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semuanya.