Sinopsis Timun Mas
Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri petani. Mereka tinggal di sebuah desa di dekat hutan. Mereka hidup bahagia. Sayangnya mereka belum saja dikaruniai seorang anak pun.
Setiap hari mereka berdoa pada Yang Maha Kuasa. Mereka berdoa agar segera diberi seorang anak. Suatu hari seorang raksasa melewati tempat tinggal mereka. Raksasa itu mendengar doa suami istri itu. Raksasa itu kemudian memberi mereka biji mentimun.
“Tanamlah biji ini. Nanti kau akan mendapatkan seorang anak perempuan,” kata Raksasa. “Terima kasih, Raksasa,” kata suami istri itu. “Tapi ada syaratnya. Pada usia 17 tahun anak itu harus kalian serahkan padaku,” sahut Raksasa. Suami istri itu sangat merindukan seorang anak. Karena itu tanpa berpikir panjang mereka setuju.
Suami istri petani itu kemudian menanam biji-biji mentimun itu. Setiap hari mereka merawat tanaman yang mulai tumbuh itu dengan sebaik mungkin. Berbulan-bulan kemudian tumbuhlah sebuah mentimun berwarna keemasan.
Buah mentimun itu semakin lama semakin besar dan berat. Ketika buah itu masak, mereka memetiknya. Dengan hati-hati mereka memotong buah itu. Betapa terkejutnya mereka, di dalam buah itu mereka menemukan bayi perempuan yang sangat cantik. Suami istri itu sangat bahagia. Mereka memberi nama bayi itu Timun Mas.
Tahun demi tahun berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik. Kedua orang tuanya sangat bangga padanya. Tapi mereka menjadi sangat takut. Karena pada ulang tahun Timun Mas yang ke-17, sang raksasa datang kembali. Raksasa itu menangih janji untuk mengambil Timun Mas.
Petani itu mencoba tenang. “Tunggulah sebentar. Timun Mas sedang bermain. Istriku akan memanggilnya,” katanya. Petani itu segera menemui anaknya. “Anakkku, ambillah ini,” katanya sambil menyerahkan sebuah kantung kain. “Ini akan menolongmu melawan Raksasa. Sekarang larilah secepat mungkin,” katanya. Maka Timun Mas pun segera melarikan diri.
Suami istri itu sedih atas kepergian Timun Mas. Tapi mereka tidak rela kalau anaknya menjadi santapan Raksasa. Raksasa menunggu cukup lama. Ia menjadi tak sabar. Ia tahu, telah dibohongi suami istri itu. Lalu ia pun menghancurkan pondok petani itu. Lalu ia mengejar Timun Mas ke hutan.
Raksasa segera berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin dekat. Timun Mas segera mengambil segenggam garam dari kantung kainnya. Lalu garam itu ditaburkan ke arah Raksasa. Tiba-tiba sebuah laut yang luas pun terhampar. Raksasa terpaksa berenang dengan susah payah.
Timun Mas berlari lagi. Tapi kemudian Raksasa hampir berhasil menyusulnya. Timun Mas kembali mengambil benda ajaib dari kantungnya. Ia mengambil segenggam cabai. Cabai itu dilemparnya ke arah raksasa. Seketika pohon dengan ranting dan duri yang tajam memerangkap Raksasa. Raksasa berteriak kesakitan. Sementara Timun Mas berlari menyelamatkan diri.
Tapi Raksasa sungguh kuat. Ia lagi-lagi hampir menangkap Timun Mas. Maka Timun Mas pun mengeluarkan benda ajaib ketiga. Ia menebarkan biji-biji mentimun ajaib. Seketika tumbuhlah kebun mentimun yang sangat luas. Raksasa sangat letih dan kelaparan. Ia pun makan mentimun-mentimun yang segar itu dengan lahap. Karena terlalu banyak makan, Raksasa tertidur.
Timun Mas kembali melarikan diri. Ia berlari sekuat tenaga. Tapi lama kelamaan tenaganya habis. Lebih celaka lagi karena Raksasa terbangun dari tidurnya. Raksasa lagi-lagi hampir menangkapnya. Timun Mas sangat ketakutan. Ia pun melemparkan senjatanya yang terakhir, segenggam terasi udang. Lagi-lagi terjadi keajaiban. Sebuah danau lumpur yang luas terhampar. Raksasa terjerembab ke dalamnya. Tangannya hampir menggapai Timun Mas. Tapi danau lumpur itu menariknya ke dasar. Raksasa panik. Ia tak bisa bernapas, lalu tenggelam.
Timun Mas lega. Ia telah selamat. Timun Mas pun kembali ke rumah orang tuanya. Ayah dan Ibu Timun Mas senang sekali melihat Timun Mas selamat. Mereka menyambutnya. “Terima Kasih, Tuhan. Kau telah menyelamatkan anakku,” kata mereka gembira.
Sejak saat itu Timun Mas dapat hidup tenang bersama orang tuanya. Mereka dapat hidup bahagia tanpa ketakutan lagi.
Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri petani. Mereka tinggal di sebuah desa di dekat hutan. Mereka hidup bahagia. Sayangnya mereka belum saja dikaruniai seorang anak pun.
Setiap hari mereka berdoa pada Yang Maha Kuasa. Mereka berdoa agar segera diberi seorang anak. Suatu hari seorang raksasa melewati tempat tinggal mereka. Raksasa itu mendengar doa suami istri itu. Raksasa itu kemudian memberi mereka biji mentimun.
“Tanamlah biji ini. Nanti kau akan mendapatkan seorang anak perempuan,” kata Raksasa. “Terima kasih, Raksasa,” kata suami istri itu. “Tapi ada syaratnya. Pada usia 17 tahun anak itu harus kalian serahkan padaku,” sahut Raksasa. Suami istri itu sangat merindukan seorang anak. Karena itu tanpa berpikir panjang mereka setuju.
Suami istri petani itu kemudian menanam biji-biji mentimun itu. Setiap hari mereka merawat tanaman yang mulai tumbuh itu dengan sebaik mungkin. Berbulan-bulan kemudian tumbuhlah sebuah mentimun berwarna keemasan.
Buah mentimun itu semakin lama semakin besar dan berat. Ketika buah itu masak, mereka memetiknya. Dengan hati-hati mereka memotong buah itu. Betapa terkejutnya mereka, di dalam buah itu mereka menemukan bayi perempuan yang sangat cantik. Suami istri itu sangat bahagia. Mereka memberi nama bayi itu Timun Mas.
Tahun demi tahun berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik. Kedua orang tuanya sangat bangga padanya. Tapi mereka menjadi sangat takut. Karena pada ulang tahun Timun Mas yang ke-17, sang raksasa datang kembali. Raksasa itu menangih janji untuk mengambil Timun Mas.
Petani itu mencoba tenang. “Tunggulah sebentar. Timun Mas sedang bermain. Istriku akan memanggilnya,” katanya. Petani itu segera menemui anaknya. “Anakkku, ambillah ini,” katanya sambil menyerahkan sebuah kantung kain. “Ini akan menolongmu melawan Raksasa. Sekarang larilah secepat mungkin,” katanya. Maka Timun Mas pun segera melarikan diri.
Suami istri itu sedih atas kepergian Timun Mas. Tapi mereka tidak rela kalau anaknya menjadi santapan Raksasa. Raksasa menunggu cukup lama. Ia menjadi tak sabar. Ia tahu, telah dibohongi suami istri itu. Lalu ia pun menghancurkan pondok petani itu. Lalu ia mengejar Timun Mas ke hutan.
Raksasa segera berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin dekat. Timun Mas segera mengambil segenggam garam dari kantung kainnya. Lalu garam itu ditaburkan ke arah Raksasa. Tiba-tiba sebuah laut yang luas pun terhampar. Raksasa terpaksa berenang dengan susah payah.
Timun Mas berlari lagi. Tapi kemudian Raksasa hampir berhasil menyusulnya. Timun Mas kembali mengambil benda ajaib dari kantungnya. Ia mengambil segenggam cabai. Cabai itu dilemparnya ke arah raksasa. Seketika pohon dengan ranting dan duri yang tajam memerangkap Raksasa. Raksasa berteriak kesakitan. Sementara Timun Mas berlari menyelamatkan diri.
Tapi Raksasa sungguh kuat. Ia lagi-lagi hampir menangkap Timun Mas. Maka Timun Mas pun mengeluarkan benda ajaib ketiga. Ia menebarkan biji-biji mentimun ajaib. Seketika tumbuhlah kebun mentimun yang sangat luas. Raksasa sangat letih dan kelaparan. Ia pun makan mentimun-mentimun yang segar itu dengan lahap. Karena terlalu banyak makan, Raksasa tertidur.
Timun Mas kembali melarikan diri. Ia berlari sekuat tenaga. Tapi lama kelamaan tenaganya habis. Lebih celaka lagi karena Raksasa terbangun dari tidurnya. Raksasa lagi-lagi hampir menangkapnya. Timun Mas sangat ketakutan. Ia pun melemparkan senjatanya yang terakhir, segenggam terasi udang. Lagi-lagi terjadi keajaiban. Sebuah danau lumpur yang luas terhampar. Raksasa terjerembab ke dalamnya. Tangannya hampir menggapai Timun Mas. Tapi danau lumpur itu menariknya ke dasar. Raksasa panik. Ia tak bisa bernapas, lalu tenggelam.
Timun Mas lega. Ia telah selamat. Timun Mas pun kembali ke rumah orang tuanya. Ayah dan Ibu Timun Mas senang sekali melihat Timun Mas selamat. Mereka menyambutnya. “Terima Kasih, Tuhan. Kau telah menyelamatkan anakku,” kata mereka gembira.
Sejak saat itu Timun Mas dapat hidup tenang bersama orang tuanya. Mereka dapat hidup bahagia tanpa ketakutan lagi.
Cerita Rakyat – Timun Mas
Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri petani. Mereka tinggal di sebuah desa di dekat hutan. Mereka hidup bahagia. Sayangnya mereka belum saja dikaruniai seorang anak pun.
Setiap hari mereka berdoa pada Yang Maha Kuasa. Mereka berdoa agar segera diberi seorang anak. Suatu hari seorang raksasa melewati tempat tinggal mereka. Raksasa itu mendengar doa suami istri itu. Raksasa kemudian memberi mereka biji mentimun.
“Tanamlah biji ini. Nanti kau akan mendapatkan seorang anak perempuan,” kata Raksasa. “Terima kasih, Raksasa,” kata suami istri itu. “Tapi ada syaratnya. Pada usia 17 tahun anak itu harus kalian serahkan padaku,” sahut Raksasa. Suami istri itu sangat merindukan seorang anak. Karena itu tanpa berpikir panjang mereka setuju.
Suami istri petani itu kemudian menanam biji-biji mentimun itu. Setiap hari mereka merawat tanaman yang mulai tumbuh itu dengan sebaik mungkin. Berbulan-bulan kemudian tumbuhlah sebuah mentimun berwarna keemasan.
Buah mentimun itu semakin lama semakin besar dan berat. Ketika buah itu masak, mereka memetiknya. Dengan hati-hati mereka memotong buah itu. Betapa terkejutnya mereka, di dalam buah itu mereka menemukan bayi perempuan yang sangat cantik. Suami istri itu sangat bahagia. Mereka memberi nama bayi itu Timun Mas.
Tahun demi tahun berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik. Kedua orang tuanya sangat bangga padanya. Tapi mereka menjadi sangat takut. Karena pada ulang tahun Timun Mas yang ke-17, sang raksasa datang kembali. Raksasa itu menangih janji untuk mengambil Timun Mas.
Petani itu mencoba tenang. “Tunggulah sebentar. Timun Mas sedang bermain. Istriku akan memanggilnya,” katanya. Petani itu segera menemui anaknya. “Anakkku, ambillah ini,” katanya sambil menyerahkan sebuah kantung kain. “Ini akan menolongmu melawan Raksasa. Sekarang larilah secepat mungkin,” katanya. Maka Timun Mas pun segera melarikan diri.
Suami istri itu sedih atas kepergian Timun Mas. Tapi mereka tidak rela kalau anaknya menjadi santapan Raksasa. Raksasa menunggu cukup lama. Ia menjadi tak sabar. Ia tahu, telah dibohongi suami istri itu. Lalu ia pun menghancurkan pondok petani itu. Lalu ia mengejar Timun Mas ke hutan.
Raksasa segera berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin dekat. Timun Mas segera mengambil segenggam garam dari kantung kainnya. Lalu garam itu ditaburkan ke arah Raksasa. Tiba-tiba sebuah laut yang luas pun terhampar. Raksasa terpaksa berenang dengan susah payah.
Timun Mas berlari lagi. Tapi kemudian Raksasa hampir berhasil menyusulnya. Timun Mas kembali mengambil benda ajaib dari kantungnya. Ia mengambil segenggam cabai. Cabai itu dilemparnya ke arah raksasa. Seketika pohon dengan ranting dan duri yang tajam memerangkap Raksasa. Raksasa berteriak kesakitan. Sementara Timun Mas berlari menyelamatkan diri.
Tapi Raksasa sungguh kuat. Ia lagi-lagi hampir menangkap Timun Mas. Maka Timun Mas pun mengeluarkan benda ajaib ketiga. Ia menebarkan biji-biji mentimun ajaib. Seketika tumbuhlah kebun mentimun yang sangat luas. Raksasa sangat letih dan kelaparan. Ia pun makan mentimun-mentimun yang segar itu dengan lahap. Karena terlalu banyak makan, Raksasa tertidur.
Timun Mas kembali melarikan diri. Ia berlari sekuat tenaga. Tapi lama kelamaan tenaganya habis. Lebih celaka lagi karena Raksasa terbangun dari tidurnya. Raksasa lagi-lagi hampir menangkapnya. Timun Mas sangat ketakutan. Ia pun melemparkan senjatanya yang terakhir, segenggam terasi udang. Lagi-lagi terjadi keajaiban. Sebuah danau lumpur yang luas terhampar. Raksasa terjerembab ke dalamnya. Tangannya hampir menggapai Timun Mas. Tapi danau lumpur itu menariknya ke dasar. Raksasa panik. Ia tak bisa bernapas, lalu tenggelam.
Timun Mas lega. Ia telah selamat. Timun Mas pun kembali ke rumah orang tuanya. Ayah dan Ibu Timun Mas senang sekali melihat Timun Mas selamat. Mereka menyambutnya. “Terima Kasih, Tuhan. Kau telah menyelamatkan anakku,” kata mereka gembira.
Sejak saat itu Timun Mas dapat hidup tenang bersama orang tuanya. Mereka dapat hidup bahagia tanpa ketakutan lagi.
Analisis Unsur Intrinsik Dongen Timun Emas
Judul:Timun Emas
Tema: kesabaran dan keberanian bisa mengalalahkan angkara murka
Tokoh: dalam cerita itu disebutkan ada 4 tokoh utama yaitu (ibu timun emas), Timun Emas, Raksasa dan ayah timun mas.
Penokohan :ibu timun mas sebagai orang yang sabar dan teladan berani membela apa yang disayangnya, Timun Emas penurut dan berani, Raksasa tokoh yang rakus, Latar: waktu jaman dulu, latar tempat di hutan dan dirumah timun mas.
Alur: maju.
Amanat: jangan pernah takut menghadapi hidup dengan tantangan yang besar, dan jangan pernah berjanji jika tidak mampu memernuhinya dan bersikap tanggungjawablah atas apa yang telah kita lakukan
Ringkasan Cerita Timun Mas
Timun Mas
Di sebuah desa hiduplah seorang perempuan tua bernama Mbok Yem. Ia hidup sebatang kara. Mbok Yem ingin sekali memiliki seorang anak, agar dapat merawat dirinya yang sudah mulai tua. Namun, itu semua mustahil karena ia tidak mempunyai suami.Setiap hari MbokYem pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar. Pada suatu hari, di tengah hutan. Ia bertemu dengan seorang raksasa yang sangat menyeramkan. Tubuh raksasa itu lebih tinggi dari pohon. Kulitnya penuh dengan bulu yang kasar. Kulitnya gelap.
Mulutnya terdapat sepasang taring yang sagat tajam. Kukunya panjang dan kontor.Mbok Yem sangat ketakutan. Tubuhnya gemetaran melihat mahluk yang sangat besar itu. Raksasa itu berkata dengan suara yang sangat membahana,” Hei, perempuan tua? Jangan takut, aku tidak akan memakanmu. Kamu sudah terlalu tua. Dagingmu keras dan tidak enak. Aku datang kesini hanya ingin memberikan sesuatu padamu.”
Raksasa itu memberikan beberapa butir benih tanaman dan berkata,”Tanamlah benih ini dan rawatlah dengan baik dan kau akan mendapatkan semua yang kau inginkan selama ini.. tapi ingat, kau tidak boleh menikmatnya seorang diri. Kau harus memberikannya kepadaku juga sebagai tanda terima kasih.”Mbok Yem hanya mengangguk. Ia langsung pulang ke rumahnya. Setiba Mbok Yem dirumah, sesuai dengan petunjuk si raksasa itu, di tanamlah benih tersebut. Ajaibnya, keesokan harinya, benih tanaman itu telah tumbuh menjadi tanaman mentimun. Buah-buahnya besar-besar. Jika terkena sinar matahari, warnanya besinar seperti emas. Karena penasaran dengan dengan buah mentimun itu, akhirnya di petiklah satu yang paling besar. Ketika di belah, Mbok Yem sangat terkejut. Di dalam timun tersebut ada seorang bayi perempuan yang sangat cantik.
“Jadi ini maksud dari ucapan si raksasa.” ujarnya dalam hati.
Betapa senangnya Mbok Yem. Tidak pernah terbayangkan akan mempunyai seorang anak perempuan yang sangat cantik. Karena lahir dari buah mentimun berwarna keemasan. Anak itu di beri nama Timun Mas. Keesokan harinya, di hutan, Mbok Yem bertemu kembali engan si raksasa Raksasa itu berkata, ” Engakau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan selama ini. Sesuai dengan janjimu, engkau harus membaginya denganku.”
Mbok Yem bingung, ia bertanya, ” Bagaimna mungkin bayi perempuan bisa dibagi?”
“Tidak usah bingung perempuan tua. Kau boleh memilikinya sampai usia 17 tahun. Selanjutnya. Anak itu akan menjadi santapanku.” Jelas raksasa.
“Baiklah raksasa. Aku akan merawat anak itu, dan menganggap anak itu anakku sendiri sampai usia 17 tahun,” ujar Mbok Yem.
Timun Mas tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat baik hati dan cantik jelita. Kulitnya kuning langsat. Tubuhnya tinggi semampai. Rambutnya hitam berkilau. Semakin hari kecantikannya, semakin terlihat. Timun Mas juga sangat rajin membantu ibunya. Ia selalu menemani ibunya mencari kayu bakar di hutan.
Kebaikan hati Timun Mas membuat Mbok Yem khawatir kehilangannya. Ia sangat menyayangi Timun Mas untuk menjadi santapan si raksasa. Tahun demi tahun terus berganti. Kini, Timun Mas sudah menginjak usia 17 tahun. Sudah waktunya bagi raksasa itu untuk mengambil Timun Mas Mbok Yem menyuruh Timun Mas bersembunyi di dalam kamar. Tiba-tiba, terdengar suara dentuman yang sangat keras. Itu adalah suara langkah kaki si raksasa. Mbok Yem gemetar ketakutan.
“Hai perempuan tua! Mana anak perempuanmu yang telah kau janjikan untukku ?” teriak raksasa itu.
“Ia sedang mandi di kali, Tuan raksasa. Tubuhnya sangat bau. Kau pasti tidak akan suka memakannya” Ujar Mbok Yem.
“Baiklah. Aku akan kembali seminggu lagi. Pastikan ketika aku kembali ia sudah siap untuk ku bawa ke hutan.” Ujar raksasa.
“Tentu saja. Tuan. Aku tak akan mengecewakanmu.” Ujar Mbok Yem.
Maka pergilah raksasa itu kembali ke hutan. Mbok Yem dan Timun Mas sangat lega. Mereka masih punya waktu semiggu untuk bersama. Namun, setelah seminggu berlalu dan raksasa itu datang kembali, ibu dan anak ini tetap tidak mau berpisah. Timun Mas kembali bersembunyi. Kali ini di dapur, di dalam tempayan air yang kosong.
” Hai perempuan tua. Aku kembali untuk menagih janjimu! Cepat serahkan anak perempuanmu.” Teriak si raksasa.
” Maaf, Tuan raksasa. Timun Mas sedang menjual kayu ke kampung. Bila saja engkau datang lebih pagi, engkau pasti bertemu dengan dia.” Ujar Mbok Yem
Dengan setengah marah raksasa itu berteriak.
” Baiklah, ku beri waktu 1 minggu lagi. Jika anakmu tidak kau serahkan kepadaku. Akan ku hancurkan rumahmu.”
Mbok Yem semakin ketakutan dan bingung denngan ancaman si raksasa. Ia sungguh tidak rela anak perempuanya yang sangat cantik menjadi santapan si raksasa yang kejam itu. Melihat keadaan ibunya. Timun Mas berkata. ” Ibu, janganlah bersedih. Relakanlah aku menjadi santapan raksasa itu.” Ujar Timun Mas.
“Tidak anakku. Ibu tidak akan membiarkanmu menjadi mangsa raksasa jahat itu. ibu akan melakukan apapun untuk menyelamatkanmu.” Ujar Mbok Yem. Kemudian Mbok Yem pergi menemui seorang kakek yang sakti tinggal di gunung. Kakek sakti itu memberikan benih mentimun, sebuah duri, sebutir garam, dan sepotong terasi. Seminggu kemudian, raksasa itu datang lagi. Kali ini, si raksasa sudah tidak dapat menahan emosinya. Kakinya yang besar, di hentak-hentakan ke tanah sehingga bumi bergetar.
“Cepat serahkan anakmu atau ku hancurkan rumah beserta dirimu! Aku sudah sangat lapar!” teriak raksasa.
” Maaf, Tua raksasa. Anakku sudah berjalan ke hutan. Kembalilah engkau ke hutan tempat tinggalmu. Timun Mas sudah berada di sana.” Kata Mbok berbohong.
Pada saat itu. Timun Mas sudah keluar rumah melalui pintu belakang. Ia membawa semua benda yang di berikan oleh kakek sakti dari gunung itu. Ketika akan kembali ke hutan, si raksasa melihat Timun Mas berlari dari belakang rumah. Di kejarnya Timun Mas. Meskipun panik. Timun Ma masih mengingat perintah ibunya untuk melempar sebutir benih mentimun.
Benih mentimun itu langsung berubah menjadi lading mentimun dengan buah yang besar-besar. Karena kelaparan, si raksasa memakan mentimun-mentimun di ladang itu. Setelah keyang. Ia kembali mengejar Timun Mas. Meskipun perutnya yang kekenyangan membuat jalannya menjadi lambat. Raksasa itu tetap bisa mengejar Timun Mas karena langkah kakinya yang panjang. Ketika si raksasa sudah dekat. Timun Mas melemparkan sebuah duri. Duni itu berubah menjadi sebuah hutan bambu. Hutan bambu itu memperlambat jalan raksasa itu. Tubuhnya menjadi penuh luka karena tertusuk batang bambu.
Namun, raksasa itu tidak menyerah. Ia tetap mengejar mangsanya. Kali ini, Timun Mas melemparkan sebutir garam. Garam itu berubah menjadi sebuah lautan yang luas. Raksasa itu harus berenang untuk mengejar Timun Mas. Ia berhasil, tetapi tubuhnya sudah sangat lelah. Raksasa itu terus mengejar Timun Mas meskipun sudah kelelahan. Timun Mas melempar sepotong terasi. Kali ini terasi tersebut berubah menjadi lumpur hisap. Raksasa itu berteriak meminta tolong ketika tubuhnya terhisap lumpur.
Tubuh raksasa yang besar tidak mampu melawan hisapan lumpur karena kelelahan. Ia pun tewas terhisap lumpur. Maka, tamatlah riwayat raksasa jahat itu. Setelah bebas dari raksasa jahat itu. Kehidupan Timun Mas dan Mbok Yem membaik. Timun Mas bertemu dengan seorang pangeran dari negeri seberang. Pangeran itu jatuh cinta kepadanya. Merekapun menikah. Timun Mas dan Mbok Yem diboyong oleh pangeran itu ke istananya. Mereka hidup bahagia selamanya.
Naskah Drama Timun Emas
Assalamu’alaikum wr.wb
Bapak/ibu guru,teman-teman dan hadirin yang saya hormati…perkenankanlah kami untuk menampilkan peragaan drama yang berjudul’’TIMUN EMAS’’dengan para pemain.Baiklah para hadirin yg berbahagia marilah kita saksikan penampilan dari rekan-rekan kami.
- pak ayat sebagai Narator
- Agnes sebagai Timun Emas
- Zainal sebagai Ayah
- Evan sebagai Buto Ijo
- Chintia sebagai ibu timun emas
- Amel sebagai pertapa
Narator :
Alkisah, di sebuah desa di daerah Jawa Tengah, hiduplah sepasang suami istri perempuan paruh baya. Ia ingin memiliki seorang anak. Namun sayangnya Ia sangat berharap suatu keajaiban datang padanya. Untuk meraih harapan itu, siang malam ia selalu berdoa kepada Tuhan Yanh Maha Kuasa agar diberi anak.
Pada suatu malam, harapan itu datang melalui mimpinya. Dalam mimpinya, ia didatangi oleh sesosok makhluk raksasa yang menyuruh suami istri tsb pergi ke hutan tempat biasanya ia mencari kayu bakar untuk mengambil sebuah bungkusan di bawah sebuah pohon besar.
Ibu : ‘’kenapa bapak termenung…? ada apa pak’’
Bapak : ‘’Benar-benar ajaib! Rasanya…,aku tidak percaya dengan mimpiku bu!’’
Ibu : ‘’maksud bapak apa sih…. ‘’ (ibu Tanya sambil heran)
Bapak : ‘’ begini bu… tadi malam,bapak bermimpi di datangi Buto IJo,bapak di suruh ambil bungkusan di hutan tempat yang biasa kita
Mencari kayu bakar,di dekat pohon besar…’’ (sambil kebingungan)
Ibu : ‘’kalau begitu,ayuk kita ke hutan! Siapa tau ini petunjuk dari Allah ya pak…’’ (harap ibu sambil girang)
Bapak : ‘’Ah! Aku tidak boleh ragu…aku harus cari tau makna mimpiku itu…semoga membawa kebaikan. ayuk bu kita ke hutan!’’
Narator:
Dengan penuh harapan, suami istri tsb bergegas menuju ke tempat yang ditunjuk oleh raksasa itu. Setibanya di hutan….
Ibu : ‘’Dimana bungkusan itu ya pak…kataaaaaanya di dekat pohon besar itu.ayo kesana pak!
Bapak : ‘’Hah! (terkejut) itu ada bungkusan seperti yang di tunjukkan Buto ijo itu dalam mimpiku…yuk liat bu’’
Bapak dan Ibu Timun emas terkejut dan keduanya berkata
‘’Haaah…Cuma bungkusan biji Timun,’’
Bapak : ‘’Apa maksudnya,aku tidak mengerti…’’
Narator:
Disaat suami –istri itu bingung,tiba-tiba di belakangnya berdiri sosok Buto ijo sambil tertawa terbahak-bahak
Buto Ijo : ‘’ Hahahahaha…hahahahaha
(Ibu & Bapak Timun tersentak kaget & membalikkan badan)
Bapak : ‘’Haaahh??? Buto ijo itu yg hadir dalam mimpiku…. (sambil menunjuk Buto itu)
Ampun Buto Ijo… jangan makan kami…kami masih mau hidup!’’
Ibu : ‘’aku juga takut pak!’’
Buto Ijo : ‘’Haahahahaha…Jangan takut orang tua! Aku tidak akan makan kalian,daging kalian tidak enak…alot. Kalian menginginkan seorang anak kan… Segera tanam biji timun timun itu,kelak kalian akan dapat anak perempuan! Tapi ingat! Kalian harus serah kan kepadaku setelah dia dewasa! Anak itu akan ku jadikan santapanku. Hahahaha’’
Narator:
Karna keinginan begitu besar memiliki anak tanpa sadar bapak timun emas menjawab…
Bapak : ‘’Ba…ba…baiklah buto ijo,kami serahkan kepada mu kelak kalau dia sudah dewasa’’
Narator:
Begitu suami-istri itu selesai menyatakan kesediannya,Buto ijo itu berlalu dari hadapannya.merekaa segera menanam biji timun itu diladang dekat rumahnya,mereka merawatnya dg baik,2 bulan kemudian tanaman itu pun mulai berbuah.
Ibu : ‘’Syukurlah tanaman kita mulai berbuah…tapi buaahnya kog Cuma satu ya pak…dan buahnya besar sekali tidak seperti timun Timun pada umumnya,warnanya pun kuning keemasan’’
Bapak : ‘’iya ya bu.sepertinya sudah masak tuh…petik yuk bawa pulang…hup beratnya’’
Narator:
Sesampai di rumah mereka membelahnya dengan sangat hati-hati…Dan apa yg dilihatnya…’’
Ibu & Bapak (Terkejut)
Ibu : ‘’ha…bayi ! cantik pak’’
Bapak : ‘’ biar ku gendongnya bu’’
Bayi : ‘’oaek…oaek..oaek…’’
Ibu : ‘’sudah lama aku merindukan tangisan bayi…baiklah anakku sayang,cup…cup…cup jangan menangis lagi ya’’
Bapak : ‘’karna bayi ini lahir dari timun yg berwarna kuning keemasan,jadi kita namakan bayi ini Timun Emas’’
Narator:
Suami istri itu sangat bahagia hingga menetes air mata mereka dari kedua pipinya yg telah mulai keriput,perasaan bahagia itu membuatnya lupa pada janjinya bahwa mereka akan menyerahkan Pada Buto ijo itu suatu saat kelak.Mereka mendidik & merawat Timun Emas dg kasih sayang hingga tumbuh menjadi gadis yg cantik,cerdas & perangainya baik.
Suatu malam suami istri itu di datangi Buto ijo & berpesan seminggu lagi ia akan datang menjemput timun emas. Sejak saat itu mereka selalu duduk termenung.
Ibu : ‘’(sambil menangis) Aku tidak bisa berpisah dg anak yg sangatku sayangi…kenapa aku baru sadar kalau Buto ijo itu jahat ,tidak rela anakku dijadikan santapannya!aku tidak rela…aku sedih paak..kita harus cari cara!’’
Bapak : ‘’bapak masih berpikir ni bu…sabar ya’’
Narator:
Timun emas sering memperhatikan kedua orang tuanya duduk termenung,suatu sore timun emas memberanikan diri untuk bertanya kegundahan hati kedua orang tuanya.
TimunEmas : ‘’Akhir-akhir ini bapak & ibu sering duduk termenung,Nampak sedih sekali…coba ceritakan,barangkali Timun bs bantu mengurangi kesedihan di hati bapak & ibu’’
Ibu : (Gundah)’’ gimana ya…ibu tidak ingin kau ikut sedih.Nak,ibu tidak ingin kehilanganmu,tidak ingin jauh darimu…ibu sangat menyanyangimu’’
TimunEmas : ‘’Apa maksud ibu? Aku makin gak ngerti…coba katakana sejujurnya bu…’’
Bapak : (dengan perasaan sedih)’’Baiklah nak,bapak & ibu minta maaf karna sudah merahasiakan asal usul mu selama ini…Nak,sebenarnya kau bukan anak kandung bapak & ibu’’
TimunEmas(menyela & terkejut): ‘’Aapa bu…aku bukan anak kandung? Jadi… aku anak siapa bu… ‘’
Ibu : ‘’Tenang dulu anakku…biar bapak jelaskan ya’’
Bapak : ‘’Bapak pernah bermimpi di datangi Buto ijo,untuk mengambil bungkusan di hutan,bungkusan itu berisi biji timun yang jika sudah berbuah dia akan datang untuk menyantapnya.isibuah itu adalah kau nak’’
TimunEmas (sambil menangis terisak) : ‘’Aku tidakpercaya! Apa mungkin aku terlahir dari timun…Aku gak mau ikut raksasa itu…hiks hiks aku ga mau’’
Ibu (sambil memeluk timunEmas) : ‘’iya anakku sayang,kami tidak ingin membiarkanmu jadi santapan Buto ijo jahat,kita harus cari cara’’
TimunEmas : ‘’makasih ibu…makasih ayah’’
Narator:
Setelah berpikir keras,akhirnya mereka menemukan cara yang menurutnya dapat menyelamatkan TimunEmas dari santapan Buto ijo,mereka meminta bantuan pertapa yang tinggal di sebuah gunung.
Ibu :‘’Anakku …hari ini kami akan menemui pertapa,dia adalah temen bapakmu,barangkali dia bisa membantu menghentikan niat jahat buto ijo itu,sebelum besok Buto ijo itu datang kemari’’
TimunEmas : ‘’iya..ibu benar,aku tidak mau jadi santapannya’’
Narator:
Berangkatlah Bapak & ibu TimunEmas kegunung dan menyampaikan maksud kedatangannya kepada pertapa.
Bapak&Ibu : ‘’permisi…’’
Pertapa : ‘’Ada apa nini &aki tiba-tiba datang kemari?
Bapak : ‘’maaf,kyai…maksud kedatangan kami ingin minta bantuan pada kyai.’’
Pertapa : ‘’Apa yg bisa aku bantu?’’
Bapak : ‘’begini kyai…sayapunya putri namanya timunEmas,Dan putri saya itu akan di jadikan santapan Buto ijo.saya tidak ingin putri saya jadisantapannya ,kyai.saya berharap kyai mau membantu saya’’
Pertapa : ‘’ohh begitu,tunggu sebentar’’(masuk kedalam ruangan untukmengambil sesuatu).
Narator:
Tak lama kemudian kyai itu kembali sambil membawa 4 bungkusan dan menyerahkannya kepada ibu TimunEmas.
Pertapa : ‘’Nah,berikan bungkusan ini kepada putrimu,ke 4 bungkusan ini masing-masing berisi Biji timun,Jarum,Garam,Terasi,jika Buto itu mengejarnya…suruh sebarkan isi bungkusan ini.jelas?’’
Ibu : ‘’iya…iya kyai.terima kasih kyai’’
Bapak : ‘’Kalau begitu kami pamit pulang kyai…’’
Pertapa : ‘’Ya…’’
Narator:
Pagi-pagi buta sampailah mereka kegubuknya dan menyerahkan bungkusan tadi kepada Timun mas,selang beberapa menit terdengar suara Buto ijo dan TimunEmas berlari keluar.
TimunEmas : ‘’Buto ijo ayo kejar aku…ayo kejar’’
ButoIjo : ‘’Hahahahaha….hahahahaha….ku tangkap kau!
TimunEmas : ‘’Rasakan ini (sambil melempar bungkusan kearah Buto ijo dg penuh keyakinan)
(Buto ijo rebah dan tewas)
TimunEmas : ‘’Syukurlah Buto ijo itu sdh mati! Terima kaasih tuhan…’’
Narator : TimunEmas berlari menuju gubuknya dan ingin mengabarkan berita gembira kepada oaring tuanya
TmunEmas : ‘’bapak…ibu… aku selamat…aku selamat,buto itu ssudahmati bu’’
Ibu : ‘’syukurlah nak kau selamat…ibu bahagia,nak (sambil berpelukan)
Bapak : ‘’Alhamdulillah…Terima kasih Tuhan (sambil bersujud tanda syukur)
Narator:
Sejak itulah mereka hidup bahagia (Narator naik ke atas pentas & menutup peragaan drama)
Narator:
Demikianlah tadi dongeng TIMUN EMAS dari Jawa tengah. Pesan Moral :
-Kita tidak boleh berbuat jahat kepada orang lain karna kita akan memperoleh hukuman setimpal.
-Walaupun kita hanya orang kecil & lemah jangan mudah menyerah pada keadaan,Tetap usaha & berdoa pada Tuhan.
Pesan Moral Cerita Timun Mas
Pada zaman kuno di Jawa, hiduplah sepasang petani. Mereka tinggal di sebuah desa dekat hutan. Mereka hidup bahagia. Sayangnya mereka tidak hanya dikaruniai seorang anak tunggal.
Setiap hari mereka berdoa kepada Yang Mahakuasa. Mereka berdoa untuk memiliki anak. Suatu hari raksasa melewati tempat tinggal mereka. Raksasa itu mendengar doa pasangan itu. Seorang raksasa kemudian memberinya benih Timun.
“Tanam benih ini. Nanti kamu akan mendapatkan seorang gadis, ”kata si Raksasa. “Terima kasih, Giant,” kata suami-istri. “Tapi ada beberapa syarat. Pada usia 17 anak harus meninggalkanmu dan datang kepadaku, ”kata sang Raksasa. Hanya karena suami dan istri menunggu begitu lama untuk memiliki anak, mereka bernegosiasi tanpa berpikir dua kali.
Suami istri petani itu kemudian menanam benih-benih Timun di taman. Setiap hari mereka merawat tanaman mulai menumbuhkannya sebaik mungkin. Beberapa bulan kemudian tumbuh Timun emas.
Timun menjadi semakin besar dan berat. Ketika buahnya matang, mereka memetiknya. Hati-hati mereka memotong buah. Betapa terkejutnya mereka, dalam buah itu mereka menemukan bayi perempuan yang sangat cantik. Suami dan istri sangat bahagia. Mereka menamai bayi Timun Mas.
BACA LEBIH BANYAK Cerita Rakyat Singkat: “Kancil Dan Pak Tani” Dalam Bahasa Inggris
Tahun-tahun berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik. Kedua orang tua sangat bangga padanya. Tetapi mereka menjadi sangat takut karena ketika ulang tahun Timun Mas mencapai tanggal 17, raksasa itu akan kembali. Raksasa itu meminta janji mereka untuk mengambil Timun Mas.
Petani itu berusaha tenang. “Tunggu sebentar. Timun Mas Harus pergi ke hutan! “” Istri saya, tolong panggil dia, “katanya. Timun Mas memveto ayahnya. “Putri, ambil ini,” katanya, menyerahkan tas kain. “Ini akan membantu kamu melawan raksasa. Sekarang larilah secepatnya, ”katanya. Jadi Timun Mas segera melarikan diri.
Suami dan istri sedih dengan kepergian Timun Mas. Tetapi mereka tidak mau putri mereka menjadi makanan raksasa. Raksasa menunggu cukup lama. Dia menjadi tidak sabar.
Dia tahu bahwa mereka telah berbohong padanya. Kemudian dia menghancurkan pondok petani itu. Selain itu, ia mengejar Timun Mas ke dalam hutan.
Raksasa segera berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin dekat. Timun Mas takut. Dia segera mengambil segenggam garam dari tas kain. Kemudian dia menaburkan garam, dan garam itu ditaburkan ke arah sang Raksasa. Tiba-tiba laut luas tersebar. Raksasa yang dipaksa harus berenang dengan susah payah. Tapi dia masih bisa mengejarnya.
Timun Mas berlari lagi. Tapi kemudian Giants hampir menangkapnya. Timun Mas kembali mengambil benda ajaib dari sakunya. Dia mengambil segenggam cabai. Cabai itu dilemparkan ke arah raksasa. Seketika pohon dengan cabang dan duri raksasa tajam. Giant berteriak kesakitan. Kemudian Timun Mas masih berlari untuk menyelamatkan dirinya.
Asal Usul Timun Mas
Alkisah, hiduplah seorang janda paruh baya di sebuah kampung bernama Mbok Srini. Ia hidup sebatang kara setelah ditinggal mati oleh suaminya. Siang malam ia selalu berdoa pada Tuhan Yang Mahakuasa agar diberi anak.
Pada suatu malam, ia bermimpi didatangi sesosok raksasa yang menyuruhnya pergi ke hutan untuk mengambil sebuah bungkusan yang ada dibawah pohon besar. Saat terbangun di pagi harinya.
“Mungkinkah keajaiban itu benar-benar terjadi padaku?” batin mbok srini.
Tetapi pada akhirnya ia pergi ke tempat itu. Sesampainya dihutan, ia mencari bungkusan tersebut yang ternyata berisi sebutir biji timun.
“Apa maksud raksasa itu memberiku sebutir biji timun?” gumam janda bertanya-tanya.
Tiba-tiba makhluk raksasa itu sudah berdiri di belakangnya sambil tertawa.
“Ha… ha… ha…!” tawa raksasa itu.
Karena terkejut Mbok Srini membalikkan badannya dan melihat raksasa yang hadir dalam mimpinya.
“Ampun, Tuan Raksasa! Jangan memakanku, Aku masih mau hidup.” pinta Mbok Srini.
“Jangan takut, perempuan tua! Aku tidak akan memakanmu. Bukankah kamu ingin seorang anak?” tanya raksasa.
“Be… benar, Tuan Raksasa!” jawab Mbok Srini gugup.
“Tanam biji timun itu! kamu akan mendapatkan seorang anak perempuan. Tapi, ingat! Kamu harus menyerahkan anak itu ketika ia sudah dewasa karena akan kujadikan santapanku,” kata raksasa itu.
Tanpa sadar Mbok Srini pun menjawab, “Baiklah, Raksasa! Aku akan menyerahkan anak itu kepadamu.”
Setelah hilangnya si raksasa Mbok Srini menanam biji timun itu di ladang dan merawatnya setiap hari. Dua bulan kemudian, tanamannya mulai berbuah tetapi anehnya hanya berbuah satu dan snagat besar. Mbok Srini memetik buah yang berwarna kuning keemasan itu lalu dibawanya pulang ke gubuk. Ia mendapati seorang bayi perempuan yang sangat cantik setelah membelah buah timunnya.
“owee… owee… owee… !!!” suara tangis bayi itu.
“Cup… cup… cup..!!! Jangan menangis anakku sayang… Timun Mas!” ucap Mbok Srini.
Kebahagiaan itu membuat ia lupa janjinya pada si raksasa. Ia merawat serta mendidik anak yang dia beri nama Timun Mas dengan penuh kasih sayang sampai tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita.
Suatu malam, Mbok Srini bermimpi didatangi raksasa itu lagi dan berpesan bahwa seminggu lagi ia akan menjemput Timun Mas. Sejak saat itu, ia selalu termenung hatinya sedih, karena ia akan berpisah dengan anak yang disayanginya. Ia sadar bahwa raksasa itu jahat, karena ingin menjadikan Timun Mas santapannya.
Suatu sore, Timun Emas memberanikan diri untuk menanyakan kegundahan pada hati ibunya.
“Bu, kenapa akhir-akhir ini Ibu selalu tampak sedih?” tanya Timun Mas.
Sebenarnya Mbok Srini tidak ingin menceritakannya. Namun, karena desakan akhirnya Mbok Srini pun menceritakan rahasianya.
“Maafkan Ibu, Anakku! Selama ini Ibu merahasiakan sesuatu padamu,” kata Mbok Srini dengan sedih.
“Rahasia apa, Bu?” tanya Timun Mas yang penasaran.
“Ketahuilah, Timun Mas! Bahwa sebenarnya, kamu bukan anak kandung yang lahir dari rahim Ibu.”
“Maksud, Ibu?” tanya Timun Mas kembali
Diceritakanlah semua rahasia tersebut oleh ibunya.
“Timun tidak mau ikut dengan raksasa itu. Timun sayang pada Ibu yang telah mendidik dan membesarkan Timun,” ucapTimun Mas.
Mbok Srini bingung mencari cara supaya anaknya selamat dari raksasa itu. Dalam kecemasannya, ia menemukan sebuah cara dengan menyuruh Timun Mas berpura-pura sakit sehingga raksasa itu tidak akan menyantapnya. Disaat hari mulai senja, raksasa pun datang kegubuk Mbok Srini.
“Hai, Perempuan Tua! Mana anak itu? Aku akan membawanya sekarang juga,” pinta raksasa itu.
“Maaf, Tuan Raksasa! Anak itu sedang sakit keras. Dagingnya tidak enak jika disantap sekarang. Bagaimana kalau kau datang tiga hari lagi? Saya akan menyembuhkan penyakitnya dulu,” bujuk Mbok Srini.
“Baiklah, kalau begitu! Tapi, kamu harus berjanji untuk menyerahkan anak itu padaku,” kata raksasa itu.
Setelah Mbok Srini berjanji, raksasa itu pun menghilang. Mbok Srini mencari cara lain lagi dengan meminta bantuan seorang pertapa yang tinggal di gunung.
“Anakku! Besok pagi sekali Ibu akan pergi ke gunung untuk menemui seorang pertapa. Dia teman almarhum suami Ibu. semoga dia dapat membantu kita menghentikan niat jahat raksasa itu,” jelas Mbok Srini.
“Benar, Bu! Kita harus membinasakan raksasa itu. Timun tidak ingin jadi santapannya,” imbuh Timun Mas.
Keesokan harinya, Mbok Srini pergi ke gunung itu untuk menemui si pertapa dan menyampaikan tujuannya.
“Maaf, Tuan Pertapa! Kedatangan saya kemari ingin meminta bantuan pada Tuan,” kata Mbok Srini.
“Apa yang dapat kubantu, Mbok Srini?” tanya pertapa itu.
Setelah mendengar cerita Mbok Srini, pertapa itu pun bersedia untuk membantu.
“Baiklah, kamu tunggu di sini !” seru pertapa.
Ia masuk ke ruang rahasianya dan kembali sambil membawa empat buah bungkusan kecil, kemudian diserahkan pada Mbok Srini.
“Berikanlah keempat bungkusan ini pada anakmu. bungkusan ini berisi biji timun, jarum, garam serta terasi. apabila raksasa itu mengejarnya, suruh sebarkan isi bungkusan ini!” ungkap pertapa itu.
Setelah itu mbok srini pulang dan menyerahkan bungkusan tersebut pada timun mas dan menjelesakannya.
Dua hari kemudian, Raksasa itu pun datang lagi.
“Hai, perempuan tua! Kali ini kamu harus menepati janji. Apabila tidak, kamu juga akan jadi santapanku!” ancam raksasa.
Dengan tenang, Mbok Srini memanggil Timun Mas dan berdiri di sampingnya.
“Jangan takut, Anakku! Jika raksasa ingin menangkapmu, segera lari dan ikuti petunjuk yang telah kejelaskan padamu,” Mbok Srini berbisik pada Timun Mas.
“Baik, Bu!” jawab Timun Mas.
Ketika raksasa akan menangkapnya, Timun Mas berlari kencang. Sehingga raksasa pun mengejarnya. Timun Mas mulai merasa lelah, namun raksasa itu semakin mendekat. Akhirnya, ia mengeluarkan bungkusan pemberian pertapa itu.
Timun Mas mulai menebar biji timun dari ibunya. Hutan di sekelilingnya tiba-tiba berubah jadi ladang timun yang batangnya menjalar dan meilit raksasa itu. Tetapi, raksasa itu bisa melepaskan diri dan mengejar Timun Mas lagi.
Timun Emas melempar bungkusan yang kedua berisi jarum yang berubah menjadi rerumbunan pohon bambu yang tinggi dan runcing. Tetapi, raksasa itu bisa melewatinya dan terus mengejar Timun Mas.
Lalu Timun Mas membuka bungkusan ketiga yang berisi garam lalu menebarkannya seketika berubah menjadi lautan luas dan dalam, tapi raksasa itu tetap berhasil melaluinya dengan mudah. Timun Emas mulai cemas, tetapi dengan penuh keyakinan, ia pun melemparkan bungkusan terakhir yang berisi terasi yang berubah menjadi lautan lumpur yang mendidih. Sehingga raksasa pun tercebur dan tewas.
Lalu Timun Emas berjalan menuju ke gubuk untuk menemui ibunya. Melihat anaknya selamat, Mbok Srini pun langsung bersyukur pada Tuhan Yang Mahakuasa. Akhirnya Mbok Srini dan Timun Mas hidup bahagia.
demikianlah artikel dari duniapendidikan.co.id mengenai Asal Usul Timun Mas : Sinopsis, Cerita Takyat, Analisis, Unsur Instrik Dongen, Ringkasan, Naskah Drama, Pesan Moral, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semanya