Nilai Kepahlawanan

Diposting pada

Definisi Hari Pahlawan

Pada setiap 10 November selalu diperingati sebagai Hari Pahlawan. Peringatan Hari Pahlawan diambil dari Peristiwa Arek-Arek Suroboyo pada tanggal 10 November 1945 sebagai bentuk mempertahankan kemerdekaan pada kolonialisme dan juga imperialisme di Indonesia.Memaknai hari pahlawan ialah hal penting karena sebagai bentuk penghargaan kita pada jasa para pahlawan yang mempertahankan NKRI.

Nilai Kepahlawanan

Walaupun memaknai nilai-nilai kepahlawanan pada saat ini tidak harus dengan mengangkat senjata serta tidak harus turun di medan perang. Akan tetapi, dengan menjaga negara Indonesia tetap utuh merupakan salah satu bentuk menghargai atas hasil perjuangan para pahlawan.Nilai kepahlawanan ini disampaikan oleh Hook (1997), seseorang yang menemukan masalah ataupun dihadapkan dengan peristiwa yang memiliki konsekuensi yang mendalam apabila ia tidak bertindak sesuai dengan apa yang dilakukannya.

Perbedaan seorang pahlawan sebagai seseorang yang penting didalam sejarah, dan juga sebagai seseorang yang membuat sejarah kemudian disampaikan oleh Thomas Carlyle (1899) manusia bisa menjadi seorang pahlawan atau orang-orang besar dan juga seorang pahlawan yang dipuja oleh rakyatnya dikarenakan jasanya dalam tindakannya ketika membela kebenaran.

Lalu terdapat beberapa pahlawan yang terkenal serta diakui secara nasional yaitu seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, R.A Kartini, Dewi Sartika,  Teuku Umar, Imam Bonjol, Jenderal Sudirman, Cut Nyak Dien, Otto Iskandardinata sedangkan di tingkat local yaitu seperti Mohammad Toha, Mohammad Ramdan, Sersan Bajuri, dan Kapten Abdul Hamid.

Semasa hidupnya, mereka secara tulus memperjuangkan Indonesia lepas dari Kolonialisme dan juga Imperialisme Barat sehingga Indonesia bisa Merdeka. Maka tidak hanya ketika  peringatan 10 November kita harus memaknai hari pahlawan, tetapi di hari yang lain pun kita harus menghargai jasa para pahlawan kita tentu dengan cara kita sendiri.


Memaknai Nilai Kepahlawanan di Era Milenial

Di Era milenial ini tantangannya berbeda dengan era sebelum kemerdekaan yakni era milenial tidak lagi berjuang secara fisik untuk melepaskan diri dari Penjajahan Belanda. Akan tetapi tantangannya ialah menjaga keutuhan NKRI yang mulai menjadi sebuah ancaman apabila kita sebagai warga negara Indonesia tidak saling menjaga.

Berbagai isu yakni hoax, ujaran kebencian, SARA terutama menjelang pemilu ini isu-isu tersebut banyak berseliweran di sosial media sehingga apabila terus dibiarkan seperti itu maka akan terciptanya perpecahan antar bangsa.

Berikut beberapa nilai kepahlawanan diantaranya yaitu :


  1. Rela Berkorban

Dalam setiap tindak kepahlawanan ada kesediaan berkorban. Kesediaan berkorban ialah dasar kepahlawanan yang harus dikembangkan didalam pendidikan sejarah. kesediaan berkorban merupakan suatu kualitas manusia yang harus dimiliki setiap orang ketika menjadi pahlawan. Peristiwa-peristiwa sejarah bisa memberikan pelajaran yang berarti dalam pengorbanan serta tindakan kepahlawanan tersebut.


  1. Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah salah satu atribut nilai dan juga sikap kepahlawanan. Seorang pahlawan senantiasa berinisiatif membuat perubahan serta bisa mengajak dan juga memimpin komunitas ataupun bangsanya untuk melakukan perubahan menuju masa depan yang lebih baik lagi. sikap ini timbul bukan saja statusnya sebagai penguasa, raja ataupun pemimpin formal lainnya, tetapi juga muncul dari orang-orang di luar status itu yang memiliki jiwa kepemimpinan.

Baca Juga :  Penegrtian PKN SD


  1. Tanggung Jawab

Pahlawan merupakan orang-orang yang terpanggil jiwa serta tindakannya untuk memikul tanggung jawab dari upaya-upaya menuju kehidupan yang lebih baik didalam masyarakatnya. Perwujudan dari rasa tanggung jawab inilah yang sering membuat pahlawan masuk kedalam penderitaan yang menjadi resiko perjuangannya.


  1. Keberanian

Sikap keberanian ini termasuk bagain dari nilai kepahlawanan karena seorang pahlawan dengan berani mengambil keputusan dalam menentukan sikap serta respon pada sesuatu tantangan/masalah. Nilai-nilai keberanian ini tentunya dengan kesadaran akan resiko yang akan dihadapi sebagai efek dari sikapnya tersebut. Tetapi dengan nilai keberanian, seorang pahlawan tetap teguh membela prinsip tersebut.


Menghayati Arti Penting Hari Pahlawan

Tidak lama lagi, bangsa kita akan merayakan Hari Pahlawan 10 November. Sekarang ini, ketika bangsa kita sedang menghadapi angka pengangguran paling sedikitnya 38 juta (Tempo Interaktif 1 Nov), dan utang luarnegeri dan dalamnegeri begitu besar, apakah masih perlu kita repot-repot mengadakan peringatan Hari Pahlawan 10 November? Dan, juga, ketika hiruk-pikuk tentang terorisme sedang melanda seluruh negeri, apa pula gunanya memperingati Hari Pahlawan?

Bukankah lebih baik kalau perhatian kita dicurahkan kepada pemberantasan korupsi, yang sudah jelas-jelas mendatangkan kerusakan parah di bidang moral, dan menyebabkan kerugian begitu besar kepada negara dan rakyat? Apakah peringatan Hari Pahlawan masih ada artinya, ketika persatuan dan kesatuan bangsa kita sedang dikoyak-koyak oleh berbagai sentimen negatif kesukuan dan dikotori pertentangan agama? Kiranya, masih banyak lagi pertanyaan lainnya yang bisa diajukan tentang pentingnya memperingati Hari Pahlawan ini.

Kepada mereka yang masih mempertanyakan arti penting peringatan Hari Pahlawan, kiranya perlu – dengan sabar, namun tegas – dijawab : Sangat perlu, karena amat penting!!! (tanda seru tiga kali). Justru karena situasi negara dan bangsa sudah begini bobrok dewasa ini, maka kita semua perlu mengangkat tinggi-tinggi jiwa agung dan revolusioner yang terkandung dalam Hari Pahlawan.

Namun, supaya lebih jelas lagi, perlu pula ditegaskan bahwa Hari Pahlawan ini harus kita rayakan dengan cara-cara dan semangat yang baru, yang berbeda dengan yang selama ini dilakukan oleh Orde Baru (beserta para pendukungnya).


Orde Baru Membunuh Api Hari Pahlawan

Dalam kaitan ini, mohon marilah sama-sama kita renungkan dalam-dalam yang berikut ini : apakah kultur politik dan kultur moral (dan pendidikan) Orde Baru betul-betul menghayati sungguh-sungguh dan menghormati Hari Pahlawan? Mengingat pengalaman selama puluhan tahun Orde Baru, kita patut meragukannya! Memang, Hari Pahlawan telah selalu dirayakan selama itu. Namun, tanpa apinya. Tanpa jiwa keagungannya. Selama puluhan tahun Orde Baru, Hari Pahlawan kebanyakan hanya diperingati dengan upacara-upacara yang bersifat ritual, yang kerdil jiwanya dan miskin pula isinya..

Tidak bisa lain! Sebab, pada hakekatnya, atau pada intinya, Hari Pahlawan adalah berjiwa revolusioner. Hari Pahlawan mengandung patriotisme dan nasionalisme yang tinggi. Hari Pahlawan adalah sarat dan dengan bobot semangat pengabdian kepada kepentingan rakyat.

Hari Pahlawan mencerminkan kerelaan berkorban demi kepentingan nusa dan bangsa. Hati Pahlawan mengandung moral yang agung. Hari Pahlawan juga menyampaikan pesan besar yang terkandung dalam Sumpah Pemuda, Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila; Justru itu semualah yang tidak dimengerti oleh para pendiri (dan pendukung setia) Orde Baru. Bahkan, yang telah dirusak atau dikhianatinya!!! (sekali lagi, tanda seru tiga kali)

Baca Juga :  Batuan Beku

Supaya tidak jatuh dalam rumusan yang terdengar muluk-muluk dan generalisasi dangkal, maka perlulah kiranya kita semua berusaha menyimak kembali sejarah lahirnya Hari Pahlawan. Sejarah lahirnya Hari Pahlawan tidak bisa dipisahkan dari peran sejarah Bung Karno, dari kehebatan perjuangan revolusioner rakyat Indonesia di seluruh negeri dalam tahun 45, dan juga tidak bisa dipisahkan dari sejarah pertempuran Surabaya.

Yang perlu dicatat juga adalah bahwa Hari Pahlawan ada kaitannya dengan usul Sumarsono kepada Bung Karno dalam tahun 1945 untuk menjadikan 10 November sebagai Hari Pahlawan. Sumarsono adalah; waktu itu, pimpinan tertinggi gerakan PRI (Pemuda Republik Indonesia) yang mempunyai peran penting (dan terutama) semasa pembrontakan rakyat Surabaya untuk merampas senajata Jepang dan kemudian bertempur secara besar-besaran dan heroik melawan pasukan-pasukan Inggris (dan Belanda).


Hari Pahlawan Adalah Berjiwa Revolusioner

Adalah penting dalam menghayati arti Hari Pahlawan, kita semua mencermati bahwa Bung Karno adalah satu di antara sejumlah tokoh-tokoh besar bangsa Indonesia yang paling menonjol (dan paling banyak!) dalam mengangkat arti para pahlawan dalam perjuangan pembebasan bangsa. Ini tercermin dalam banyak halaman buku beliau “Di bawah Bendera Revolusi”, dan juga dalam pidato-pidato beliau. Bung Karno menjadikan Hari Pahlawan sebagai sarana untuk mengingatkan .

kepada seluruh bangsa (terutama angkatan muda) bahwa sudah banyak pejuang-pejuang telah gugur, atau mengorbankan harta-benda dan tenaga mereka, untuk mendirikan negara RI. Mereka rela berkorban, supaya kehidupan rakyat banyak bisa menjadi lebih baik dari pada yang sudah-sudah. Mereka berjuang dalam tahun-tahun 20-an, dan selama revolusi kemerdekaan 45, untuk menjadikan negara ini milik bersama, guna menciptakan masyarakat adil dan makmur.

Jadi, menghayati secara benar-benar Hari Pahlawan adalah berarti menghubungkannya dengan revolusi bangsa. Dan seperti yang sudah ditunjukkan oleh sejarah kita, revolusi bangsa Indonesia adalah pluralisme revolusioner. Dalam perjalanan jauh (long march) yang berliku-liku ini berbagai tokoh golongan masyarakat ( dari berbagai suku, keturunan, agama dan aliran politik) telah menyatukan diri dalam barisan panjang revolusioner kita.

Dengan latar-belakang pandangan sejarah yang demikian itu pulalah kiranya kita bisa mengerti mengapa Bung Karno menerima usul Sumarsono untuk menjadikan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan. Sedangkan Sumarsono sendiri, yang menjadi pimpinan tertinggi PRI di Surabaya waktu itu, adalah seorang pemuda yang masa kecilnya mendapat pendidikan Kristen, dan setelah besar mempunyai hubungan erat dengan gerakan di bawah tanah PKI. melawan kolonialsime Belanda dan fasisme Jepang (lewat jaring-jaringan Mr; Amir Syarifuddin, pelukis Sudjoyono, tokoh PKI Widarta dan lain-lain)..

Dari ketinggian pandangan revolusioner yang demikian itulah kita sepatutnya memandang arti penting Hari Pahlawan. Jadi, tidak cukup hanya dengan pengibaran bendera dan nyanyi–nyanyian atau pidato-pidato yang isinya kosong atau steril saja Upacara-upacara memang tetap perlu dikerjakan, namun yang lebih penting adalah memberi isi dan jiwa kepada hari keramat ini.


Para Pahlawan Menangis Dalam Makam

 Dewasa ini, memperingati Hari Pahlawan dengan semangat baru, cara baru, pandangan baru, adalah penting. Sebab, kita sama-sama menyaksikan bahwa selama Orde Baru, keagungan jiwa revolusioner Hari Pahlawan yang dicetuskan oleh Bung Karno telah dibikin mandul atau kerdil.

Baca Juga :  Persamaan Kedudukan Warga Negara

Pastilah para pahlawan kita dari berbagai angkatan, berbagai suku, berbagai agama dan aliran politik, menangis sedih dalam makam mereka, melihat keadaan bangsa dan negara kita yang seperti sekarang ini. Bukanlah bangsa dan negara yang macam sekarang ini yang mereka cita-citakan ketika mereka bersedia mengorbankan diri dalam berbagai medan perjuangan, termasuk dalam pertempuran-pertempuran di seluruh tanahair.

Sebagai produk kultur politik dan kultur moral Orde Baru kerusakan dan pembusukan melanda di seluruh lini, baik di bidang eksekutif, legislatif dan judikatif, termasuk di kalangan agama. Banyak tokoh-tokoh politik, pemuka masyarakat dan pejabat yang benar-benar sudah menjadi penjahat dan pengkhianat rakyat. Banyak di antara mereka sudah tidak peduli lagi terhadap kepentingan publik. Mereka menghalalkan segala cara untuk mencuri milik negara dan rakyat. Mereka tidak segan-segan menggunakan dalil-dalil dan kedok agama untuk menimbulkan perpecahan, dan menyebar benih-benih kerusuhan.


Tugas Angkatan Muda

Mengingat situasi yang begini buruk dewasa ini (ingat : dampak peristiwa bom di Bali, hubungan internasional yang memburuk, investasi yang menurun, utang yang makin menggunung, pengangguran yang makin membengkak, pelecehan terus-menerus terhadap hukum dan HAM, korupsi yang tetap merajalela) , adalah kewajiban moral angkatan muda dari berbagai golongan, keturunan, suku, agama, dan aliran politik untuk menjadikan jiwa Hari Pahlawan.sebagai senjata guna berjuang melawan pembusukan besar-besaran ini. Sebab, kelihatannya, kita sudah tidak bisa menaruh harapan lagi kepada berbagai angkatan yang telah ikut mendirikan Orde Baru, dan juga yang merupakan produk (didikan) kultur buruk ini.

Jiwa yang sudah pernah dimanifestasikan oleh angkatan muda secara gemilang dalam tahun 1998 dalam menumbangkan kekuasaan Suharto, perlu dipupuk dan dikobarkan terus, dalam bentuk-bentuk baru, sesuai dengan perkembangan situasi. Dalam perlawanan terhadap Orde Baru telah jatuh korban-korban. Mereka adalah bagian dari sederetan panjang pahlawan, yang kebanyakan tidak dikenal. Karena telah mengorbankan diri untuk melawan sistem politik dan kediktatoran yang telah membikin banyak kerusakan parah terhadap bangsa dan negara selama puluhan tahun, maka sudah sepatutnyalah bahwa mereka kita pandang sebagai pahlawan pendobrak Orde Baru.

Hari Pahlawan harus sama-sama kita kembalikan kepada peran (dan pesannya) yang semestinya. Ini adalah tugas utama bangsa kita, termasuk dari kalangan pendidikan dan sejarawan. Angkatan muda harus dididik untuk menghayati benar-benar semangat pengabdian kepada rakyat dan pengorbanan diri demi kepentingan nusa dan bangsa. Kalangan sejarawan (dan pendidikan) perlu sekali meninjau kembali buku-buku sejarah dalam sekolah-sekolah, sehingga generasi muda kita mengenal sejarah bangsa secara benar (ingat : pemalsuan yang memblingerkan : serangan 1 Maret dan pendudukan 6 jam di Jogya oleh Suharto dan pemalsuan-pemalsuan sejarah lainnya).

Bangsa yang besar menghargai para pahlawannya. Bangsa Indonesia pernah dipandang besar oleh bangsa lain di dunia, terutama oleh rakyat-rakyat di Asia, Afrika dan Amerika Latin, berkat perjuangannya melawan kolonialisme dan imperialisme ( mohon dicatat antara lain : revolusi 45, Konferensi Bandung, Konferensi Pengarang Asia-Afrika, Konferensi Wartawan Asia-Afrika, Ganefo, Konferensi Internasional Anti Pangkalan Militer Aaing).


Demikianlah artikel dari duniapendidikan.co.id mengenai Nilai Kepahlawanan : Definisi, Memaknai, Menghayati Arti Penting, Orde Baru, Jiwa Revolusioner, Tugas Angkatan Muda, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semuanya.

Posting pada SD