Kehidupan Masa Penjajah Belanda

Diposting pada

Masyarakat Di Indonesia Pada Masa Kolonial

  • Penjelajahan Samudera Oleh Bangsa Eropa

Sejak abat ke-5,bansa eropa sudah mengenal rempah-rempah yang berasal dari Indonesia. Pada awalnya hasil bumi dari Indonesia dan wilayah lainnya di asia sampaike eropa melalui system perdagangan berantai.oleh para pedagang india,Persia,dan arab, rempah-rempah Indonesia di bawa menuju teluk Persia dan laut merah. Selanjutnya, rempah-rempah tersebut diangkut melalui darai oleh para pedagang Persia dan arab ke pelabuhan-pelabuhan di pantai laut tengah bagian timur, seperti iskandariah, tirus, sudan, dan konstantinopel.

Hubungan perdagangan antara eropa dan asia barat melalui laut tengah tersebut mengalami kemunduran setelah terjadinya perang salib (1096-1291). Sesudah perang salib selesai muncullah kekuasaan baru di asia barat, yaitu kekuasaan kerajaan turki usmani.

Kemunduran perdagangan di laut tengah dan terputusnya hubungan dagang antara asia dan eropa menimbulkan kesulitan bagi bangsa eropa untuk mendapatkan rempah-rempah sehingga rempah-rempah dari Indonesia menjadi barang langka dan harganya sangat mahal. Selanjutnya, kelangkaan rempah-rempah tersebut medorong bansa eropa yang berusaha menemukan jalur pelayaran langsung ke asia untuk mencari rempah-rempah melalui penjelajahan samudra. Factor lain yang mendorong penjelajahan samudra,antara lain sebagai berikut.

  • Bangsa eropa berkeinginan untuk mendapatkan rempah-rempah dengan harga lebih murah
  • Adanya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi seperti penemuan kompas yang dapat mempelancar kegiatan penjelajahan samudra.
  • Adanya keinginan untuk menyebarkan agama Kristen keluar benua eropa
  • Adanya keinginan untuk membuktikan pendapat bahwa bentuk bumi adalah bulat seperti yang dikemukakan oleh conpernicus (1473-1543).
  • Semangat mencari daerah baru juga didorong oleh semangat 3G. yang dimaksudkan dengan 3G adalah, gold (ekonomi), gospel (agama), dan glory (kemuliaan).
  • Munculnya Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia


1.Kedatangan Bangsa Portugis ke Indonesia

Bangsa Portugis berhasil mencapai India pada tahun 1498 dan pada tahun 1511 Portugis berhasil menguasai malaka.Pada tahun 1512 Alfonso de Albuquerque mengirimkan beberapa buah kapal ke Maluku.


 2.Kedatangan Bangsa Spanyol ke Indonesia

Bangsa Spanyol yang tergabung dalam kapal Ekspedisi Magelhaens-Del Cano tiba pertama kali di Tidore pada tahun 1521 untuk menyelesaikan sengketa di Maluku tersebut Portugis dan Spanyol menempuh jalur perundingan yang dilaksanakan di Saragosa(Spanyol) pada tahun 1529.Perundingan dua bangsa tersebut menghasilkan kesepakatan yang disebut Perjanjian Saragosa.Isi Perjanjian Saragosa,antara lain :

  1. Spanyol harus meninggalkan Maluku dan melakukan perdagangan di Filipina.
  2. Portugis tetap melakukan kegiatan perdagangan di Kepulauan Maluku.

3.Kedatangan Bangsa Belanda ke Indonesia

Pada bulan April 1595 Belanda memulai pelayarannya menuju Nusantara dengan memakai empat buah kapal di bawah pimpinan Cornelis de Hautman dan De Keyzer dengan menempuh rute Belanda-Pantai Barat Afrika-Tanjung Harapan-Samudra Hindia-Selat Sunda-Banten.Pada bulan Juni 1596 Belanda berhasil mendarat  di Banten.Selanjutnya,armada Belanda yang belum mendapat barang dagangan harus mundur dari Banten menuju ke Kepulauan Maluku.

Padat tanggal 2 Oktober 1596 Belanda kembali lagi ke Banten untuk mengadakan Perjanjian persahabatan.Sejak tanggal 28 Oktober 1596 terjadi ketegangan antara Belanda dan Portugis yang saling berebut pengaruh terhadap Sultan Banten.Pada tanggal konflik tersebut,Portugis berhasil mengusir Belanda dari Banten.Pada tanggal 28 November 1598,rombongan kapal dari Negeri Belanda di bawah pimpinan van Neck dan van Waerwyck dengan delapan buah kapal tiba di Banten.Pada saat itu hubungan Banten dengan Portugis memburuk sehingga kedatangan Belanda diterima dengan baik oleh Sultan Banten.


  • Perluasan Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia


  • Sejarah kelahiran VOC di Indonesia
Baca Juga :  ASEAN

VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie)

Vereenigde Oostindische Compagnie (Perserikatan Perusahaan Hindia Timur atau Perusahaan Hindia Timur Belanda ) atau VOC yang didirikan pada tanggal 20Maret 1602 adalah perusahaan Belanda yang memiliki monopoli untuk aktivitasperdagangan di Asia.


Kebijakan-kebijakan VOC

Salah satu kebijakan VOC adalah sifatnya yang mudah beradaptasi dengan kondisi yangada di sekitarnya.pada tahun 1700 -an, VOC berusaha mnguasai daerah pedalaman yangbanyak mengahasilkan barang dagangang. Imperialisme pedalaman ini sasarannyakerajaan Banten Dan kerajaan Mataram.

Kebijakan- kebijakan VOC yang diterapkan di Indonesia.

  1. Menguasai pelabuhan-pelabuhan dan mendirikan benteng untukmelaksanakan monopoli perdangan
  2. Melaksakan politik devide et impera ( memcah dan menguasai ) dalamrangka untuk menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia
  3. Untuk mempererat kedudukannya, perlu mengangkat seorang Gubernur Jenderal4. Melaksakan sepenuhnya Hak Oktroi yang diberikan pemerintah belanda. Hak otorori (hak-hak istemewa) sebagai berikut :
  4. Dianggap sebagai wakil Pemerintah Belanda di Asia
  5. Berhak melakukan monopoli perdagangan
  6. Berhak mencetak dan mengedarkan uang sendiri
  7. berhak mengadakan perjanjian
  8. Berhak memaklumkan perang dengan negara lain
  9. Berhak menjalankan kekuasaan kehakiman
  10. Berhak melakukan pemungutan pajak
  11. Berhak memiliki angkatan perang sendiri
  12. Berhak mengadakan Pemerintahan sendiri
  • Kebijakan Perdagangan VOC

  1. VOC menentukan luas areal penanaman rempah-rempah
  2. VOC menentukan jumlah tanaman rempah-rempah
  3. VOC melarang rakyat Maluku menjual rempah-rempahnya kepada bangsa Eropa lainnya
  4. VOC mengadakan ekstirpasi, yaitu penebangan tanaman yang melebihi produksi
  5. Penyerahan upeti wajib setiap tahunnya
  6. Rakyat diwajibkan menanam tanaman tertentu dan menjualnya kembali dengan harga tertentu terhadap VOCsaat panen.

Untuk meningkatkan kekuasaanya di Indonesia , diangkatlah jabatan Gubernur jendral VOC Pieter Both ,gubernur jendral VOCpertama yang memerintah tahun 1610-1619 di Ambon.


  • Kebijakan Politik

Untuk semakin memperbesar kekuasaannya di Indonesia , VOC melakukan cara-cara Politik devide at impera atau politik adu domba dan tipu muslihat. Sebagai contoh , kerajaan Mataram di Jaw yang dikenal sebagai kerajaan yang besar dan kuat pun akhirnya berhasil dikendalikan VOC.


  • Runtuhnya VOC dan terbentuknya pemerintah Hindia Belanda

Pada pertengahan abad ke-18 VOC mengalami kemunduran karena beberapa sebab sehingga dibubarkan. Penyebab kemunduran VOC antara lain ,sebagai berikut :

  1. Banyak pegawai VOC yang curang dan korupsi
  2. Banyak pengeluaran VOC untuk biaya perperangan , seperti perang dengan Hasanuddin dari Gowa
  3. Banyaknya gaji yang harus dibayar karena kekuasaan yang luas membutuhkan pegawai yang banyak
  4. Pembayaran deviden (keuntungan) bagi pemegang saham turut memberatkan setelah pemasukan VOC mengalami penurunan
  5. Bertambahnya saingan dagang Asia
  6. Perubahan politik di Belanda dengan berdirinya Republik Bataaf 1795 yang demokratis dan liberal yang menganjurkan perdagangan bebas.

Berdasarkan alasan diatas VOC dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799 dengan hutang 136,7 juta gulden dan kekayaan yang ditinggalkan berupa kantor dagang , gudang, benteng, kapal , serta daerah kekuasaan daera di Indonesia . setelah VOC dibubarkan , Indonesia langsung dikendalikan oleh pemerintah Belanda . sejak saat itu, secara politis wilayah Indonesia dikuasai oleh Pemerintah Belanda.


Paham-Paham Baru dan Kesadaran Kebangsaan Indonesia

Salah satu alasan yang paling dapat diterima mengapa colonialisme dan imperialisme sangat kuat bercokol di tanah jajahan adalah alasan perdagangan. Disamping agar penjajah bisa mengeruk kekayaan negara terjajah, juga mereka ingin menjadikan negara jajahan sebagai tempat pemasaran bagi hasil-hasil produksi industri yang dikerjakan di negerinya. Sikap-sikap ekspansif seperti inilah yang mendorong bangsa Spanyol, Portugis, Belanda, Inggris, dan Rusia untuk melakukan penjajahan. Namun, setelah bertahun-tahun bahkan berabad-abad dikekang oleh penindasan, pemerasan, perampokan, pemerkosaan hak atas hidup secara materil dan moril, bangsa-bangsa terjajah serentak bangun.

mengupas satu-persatu perkembangan paham-paham baru di Eropa dan dunia, pengaruh faham-faham baru itu secara khusus di Asia dan Afrika menimbulkan nasionalisme negara-negara Asia dan Afrika.

  • Liberalisme

Paham liberalisme merupakan paham yang mengutamakan kebebasan dan kemerdekaan individu. Istilah liberalisme berasal dari bahasa Latin, libertas yang artinya kebebasan, dalam bahasa Inggris liberty artinya kebebasan. Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan individu untuk memiliki tempat tinggal, mengeluarkan pendapat dan berkumpul.

Baca Juga :  Apa itu Diskusi


  • Sosialisme

Sosialisme adalah paham yang menghendaki suatu masyarakat yang disusun secara kolektif agar menjadi suatu masyarakat yang sejahter/bahagia. Kata sosialisme dari bahasa Latin, socius artinya kawan. Tujuan sosialisme adalah untuk mewujudkan masyarakat sosialis  dengan jalan mengendalikan secara kolektif sarana produksi dan memperluas tanggung jawab negara bagi kesejahteraan rakyat.

Tokoh pemikir ssosialisme adalah Robert Owen, seorang pengusaha Inggris yang menulis buku ”A New of Society an Essay on the Formation on Human Character” ia yang pertama menggunakan istilah sosialisme. Tokoh lainnya adalah Saint Simon, Pieere Proudon, Charles Feourier, dan Karl Mark. Seorang yang dikenal sebagai bapak sosialisme adalah Karl Mark dalam tulisannya “Das Kapital” yang mengatakan bahwa sejarah masyarakat merupakan perjuangan-perjuangan kelas, semboyan mereka “bersatulah kaum proletar/buruh sedunia”.


  • Pan-Islamisme

Pan-Islamisme merupakan sebuah faham yang dirumuskan oleh tokoh Islam Jamaluddin Al-Afghani dari Afghanistan pada akhir abad ke-19. Pada dasarnya, pan-islamisme merupakan sebuah cita-cita manifestasi dari prinsip-prinsip Islam mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan antara umat Islam di seluruh dunia, atau lazim disebut dengan istilah al-wahdah al-Islamiyyah atau al-ittihad al Islamiyyah.


  • Demokrasi

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani demos artinya rakyat dan kratos artinya pemerintahan. Jadi demokrasi dalam arti sempit pemerintahan di tangan rakyat. Dalam arti luas demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan yang mengakui hak segenap anggota masyarakat untuk ikut memengaruhi keputusan politik baik langsung atau tidak langsung.


Gaya Pemerintah Kolonial Belanda di Indonesia

2 nama menonjol sebagai gaya Pemerintah Kolonial Belanda di Indonesia. Pertama, Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal 1808-1811 saat Belanda dikuasai oleh Perancis dan, kedua, Letnan Inggris Stamford Raffles, Gubernur Jenderal 1811-1816 saat Jawa dikuasai Inggris.

Daendels meminta pemerintahan kolonial pusat dan daerah dengan membagi pulau Jawa dalam distrik (yang juga dikenal sebagai residensi) yang dipimpin oleh seorang PNS Eropa – yang disebutkan residen – yang secara langsung adalah bawahan dan harus melapor pada Gubernur Jenderal di Batavia. Para residen ini bertanggung jawab atas berbagai hal di residensi mereka, masuk masalah hukum dan organisasi pertanian.

Raffles melanjutkan reorganisasi pendahulunya yaitu Daendels dengan mereformasi pengadilan, polisi serta sistem administrasi di Jawa. Dia memperkenalkan pajak tanah di Jawa yang artinya bahwa petani Jawa harus membayar pajak, kira-kira nilai dua-perlima dari panen tahunan mereka, pada pihak berwenang. Raffles juga sangat tertarik dengan budaya serta bahasa Jawa. Pada tahun 1817 dia menerbitkan bukunya The History of Java, salah satu karya akademis pertama yang topiknya di pulau Jawa.

Tapi, reorganisasi administrasinya yang diterapkan Raffles juga artinya meningkatnya intervensi pihak asing di masyarakat dan ekonomi Jawa, yang tercermin dari meningkatnya jumlah pejabat peringkat menengah Eropa yang bekerja di residensi-residensi di pulau Jawa. Di antara tahun 1825 dan tahun 1890 jumlah tersebut meningkat dari 73 menjadi 190 pejabat Eropa.

Sistem pemerintahan kolonial Belanda di Jawa merupakan sistem yang direk (langsung) ataupun dualistik. Bersamaan dengan hirarki Belanda, ada hirarki pribumi yang bertujuan sebagai perantara antara petani Jawa dan layanan sipil Eropa. Bagian atas struktur hirarki pribumi tersebut terdiri dari para aristokrasi Jawa, sebelumnya para pejabat yang memegang pemerintahan Mataram. Tapi, karena dikuasai penjajah para priyayi ini terpaksa melakukan kemauan Belanda.

Naiknya dominasi Belanda atas pulau Jawa datang tanpa perlawanan. Saat Pemerintah Kolonial Belanda memutuskan untuk membangun jalan di tanah yang dimiliki Pangeran Diponegoro yang ditunjuk sebagai wali tahta Yogyakarta sesudah kematian mendadak saudara tirinya, Dia memberontak dengan didukung oleh mayoritas penduduk di Jawa Tengah dan dia menjadikannya perang jihad. Perang ini berlangsung tahun 1825-1830 lalu mengakibatkan kematian sekitar 215,000 orang, sebagian besar orang Jawa. Tapi sesudah Perang Jawa selesai dan pangeran Diponegoro ditangkap.


Tanam Paksa atau Sistem Kultivasi di Jawa

Persaingan dengan para pedagang Inggris, Perang Napoleon di Eropa dan Perang Jawa mengakibatkan beban finansial yang besar untuk Kerajaan Belanda. Diputuskan bahwa Jawa harus menjadi suatu sumber utama pendapatan untuk Belanda dan karena itu Gubernur Jenderal Van den Bosch mendorong dimulainya era Tanam Paksa para sejarawan di Indonesia mencatat periode tersebut sebagai era Tanam Paksa namun Pemerintah Kolonial Belanda menyebutnya Cultuurstelsel yang artinya Sistem Kultivasi di tahun 1830.

Baca Juga :  Cerita Rakyat Jambi

Dengan sistem ini, Belanda memonopoli perdagangan komoditi-komoditi ekspor yang adadi Jawa. Terlebih lagi, pihak Belanda lah yang memutuskan jenis dan jumlah komoditi yang mesti diproduksi oleh para petani Jawa. Secara umum, ini artinya para petani Jawa harus menyerahkan seperlima dari hasil panen mereka pada Belanda. Sebagai gantinya, para petani mendapatkan kompensasi dalam bentuk uang dengan harga yang sudah ditentukan Belanda tanpa memperhitungkan harga komoditi di pasaran dunia.

Para pejabat Belanda dan Jawa menerima bonus kalau residensi mereka mengirimkan lebih banyak hasil panen dari waktu sebelumnya, maka mendorong intervensi top-down serta penindasan. Selain pemaksaan penanaman dan kerja rodi, pajak tanah Raffles pun masih berlaku. Sistem Tanam Paksa menghasilkan kesuksesan keuangan Di antara tahun 1832 dan 1852, sekitar 19% dari total pendapatan pemerintah Belanda adalah berasal dari koloni Jawa. Antara tahun 1860 dan 1866, angka tersebut naik menjadi 33%.

Pada awalnya, Sistem Tanam Paksa tersenit tidak didominasi hanya oleh pemerintah Belanda saja. Para pemegang kekuasaan Jawa, pihak Eropa swasta dan para pengusaha Tionghoa juga ikut berperan. Tapi, setelah 1850 waktu Sistem Tanam Paksa direorganisasi Pemerintah Kolonial Belanda menjadi peran utama. Tapi reorganisasi ini pula membuka pintu untuk pihak-pihak swasta untuk mulai mendominasi Jawa. Suatu proses privatisasi terjadi karena Pemerintah Kolonial secara perlahan mengalihkan produksi komoditi ekspor pada para pengusaha swasta Eropa.


Zaman Liberal Hindia Belanda

Semakin banyak suara terdengar di Belanda yang menolak sistem Tanam Paksa dan mendorong suatu pendekatan yang lebih liberal untuk perusahaan-perusahaan asing. Penolakan sistem Tanam Paksa tersebut terjadi karena alasan kemanusiaan dan ekonomi. Pada 1870 kelompok liberal di Belanda memenangkan kekuasaan di parlemen Belanda dengan sukses menghilangkan beberapa ciri khas Sistem Tanam Paksa, yaitu persentase penanaman dan keharusan menggunakan lahan serta tenaga kerja untuk mengekspor hasil panen.

Kelompok liberal tersebut membuka jalan untuk dimulainya suatu periode baru dalam sejarah Indonesia yang dikenal sebagai Zaman Liberal (sekitar 1870-1900). Periode tersebut ditandai dengan pengaruh besar dari kapitalisme swasta dalam kebijakan kolonial pada Hindia Belanda.

Pemerintah Kolonial pada ketika itu kurang lebih memainkan peran sebagai pengawas dalam hubungan antara pengusaha-pengusaha Eropa terhadap masyarakat pedesaan Jawa. Namun, meski kaum liberal mengatakan bahwa keuntungan pertumbuhan ekonomi juga akan mengucur kepada masyarakat lokal, keadaan para petani Jawa yang menderita karena kelaparan, kurang pangan serta penyakit tak lebih baik dibandingkan masa Tanam Paksa.

Abad ke-19 juga dikenal dengan abad ekspansi karena Belanda melakukanekspansi geografis yang substantial di Nusantara. Didukung oleh mentalismeimperialisme baru, negara-negara Eropa bersaing untuk mencari koloni-koloni diluar benua Eropa untuk motif ekonomi dan status. Salah satu motif penting untukBelanda untuk memperluas wilayahnya di Nusantara selain keuntungan keuangan adalahuntuk mencegah negara-negara Eropa lain mengambil bagian-bagian dari wilayah indonesia.

Pertempuran paling selama periode ekspansi Belanda abad ini ialah Perang Acehyang berlangsung pada tahun 1873 sampai 1913, mengakibatkan pada kematian lebihdari 100,000 orang. Tapi, Belanda tak pernah memegang kontrol penuh atas Aceh. Tapi,integrasi politik antara Jawa dan pulau-pulau lain di nusantara sebagaikesatuan politis kolonial sudah sebagian besar dicapai pada awal abad ke-20.

demikianlah artikel dari duniapendidikan.co.id mengenai Kehidupan Masa Penjajah Belanda : Perluasan Kolonial, Kebijakan VOC, Paham Baru, Kesadaran Kebangsaan, Gaya Pemerintahan, Sistem Kultivasi, Zaman Liberal, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semuanya.

Posting pada SD