Ascomycota

Diposting pada

Morfologi Ascomycota

Ascomycota merupakan kelompok jamur yang terbesar, ada yang hidup saprofit dan ada juga yang parasit. Ciri-ciri umum Ascomycota adalah sebagai berikut:

  1. Tubuh ada yang uniselluler dan ada yang multiselluler.
  2. Memiliki hifa yang bersekat-sekat dan berinti banyak.
  3. Hidupnya ada yang parasit, saprofit, dan ada yang bersimbiosis dengan Lichenes.

Hifa adalah suatu struktur fungi berbentuk lubang menyerupai seuntai benang panjangyang terbentuk dari pertumbuhan spora atau konidia (Gandjar, 2006). Selain itu, terdapatt jenis jamur yang mempunyai hifa berlubang sehingga protoplasma dan inti sel dapat mengalir dari satu sel ke sel yang lainnya. Struktur tubuh jamur dari golongan Ascomycota ada yang multiselluler dan ada yang uni selluler seperti pada ragi (Wahyuni, 2010).

Hifa Ascomycota umumnya tegak tegak pada miselium yang ada dipermukaan substrat yang disebut hifa fertil, karena berperan untuk reproduksi. Hifa fertil dapat berupa sporangiofor atau konidiofor atau korpus dengan tujuan agar penyebaran sel reproduksi yang dibawanya berlangsung lebih mudah. Hifa-hifa yang sudah terjalin menjadi suatu jaringan miselium yang makin lama makin tebal akan membentuk suatu koloniyang dapat dilihat secara kasat mata (Gandjar, 2006).


Anatomi Ascomycetes

  • Jamur Ascomycota “jamur kantung” ada yang uniseluler dan multiseluler.
  • Ada yang bersifat parasit dan ada juga yang bersifat saprofit.
  • Hifa bersekat.
  • Berkembangbiak secara seksual dengan membentuk spora yang dihasilkan dalam suatu kantung (askus) yang disebut askospora
  • Berkembangbiak secara aseksual dengan membentuk konidiospora, yaitu spora yang dihasilkan secara berantai pada ujung suatu hifa
  • Didalam askus terdapat 8 buah spora karena 2 inti diploid melakukan pembelahan meiosis menghasilkan 4 inti haploid. setiap haploid akan membelah secara mitosis sehingga setiap askus terdiri dari 8
    Contohnya yaitu Aspergillus sp. , Penicillium sp. , Saccharomyces cerevisiae buah spora.
Ascomycota

Pengertian Ascomycota

Ascomycota adalah salah satu filum dari kingdom fungi. Kata ascomycota sendiri berasal dari kata ascus yang berarti kantung atau pundi-pundi. Askus ini adalah semacam sporangium yang menghasilkan askospora. Ascomycota bisa melakukan reproduksi secara seksual dan aseksual. Ascomycota biasanya hidup sebagai pengurai bahan organik pada tumbuhan atau sisa organisme di dalam tanah serta di laut. Hampir dari setengah dari spesies ascomycota yang ada hidup bersimbiosis dengan ganggang membentuk lichen (lumut kerak)


Struktur Ascomycota

Ada ascomycota yang merupakan multiseluler, ada juga yang uniseluler. Ascomycota mempunyai dinding sel yang terdiri dari 2 lapisan, maka mereka menunjukkan kompabilitas seksual bipolar. Ciri umum dari ascomycota ialah mereka mempunyai hifa yang bersekat-sekat dan mempunyai banyak inti. Dinding dari hifa mereka diperkuat dengan selulosa yang sifatnya heterokariotik (membentuk zigosporangium dikariotik).

Seperti yang sudah kami jelaskan pada poin pengertian, ascomycota mempunyai sebuah bagian penghasil spora yang disebut askus.


Cara Reproduksi Ascomycota


Reproduksi Aseksual

  • Reproduksi Aseksual pada Ascomycota Uniseluler

Reproduksi aseksual pada uniseluler terjadi diawali dengan terbentuknya tunas yang disebut blastophora. Pembentukan tersebut diawali dengan menonjolnya dinding tubuh. Selama proses pembentukan tunas, nukleus dalam sel induk membelah serta akan bergerak ke sel tunas. Lalu sel tunas itu akan memisahkan diri dari sel induk guna menjadi individu baru. Terkadang, sel tunas tersebut tetap menempel pada sel induk membentuk rantai hifa semu yang biasa disebut pseudohifa.

Baca Juga :  Jenis Penyerbukan

  • Reproduksi Aseksual pada Ascomycota Multiseluler

Pada Ascomycota Multiseluler, reproduksi aseksual ini bisa terjadi lewat 2 cara, yakni :

Lewat fragmentasi hifa yang membuat hifa dewasa akan berpisah dengan induknya serta tumbuh menjadi hifa jamur yang baru. 

Pembentukan spora aseksual biasa disebut konidiospora. Hifa haploid yang telah dewasa akan menghasilkan tangkati yang disebut konidiofor. Pada ujung tangkai tersebut akan terbentuk spora. Kemudian spora itu diterbangkan angin. Spora yang diterbangkan tersebut dikenal dengan istilah konidia. Saat kondisi lingkungan menguntungkan, jadi konidia akan berkecambah menjadi hifa yang haploid. Hifa itu akan bercabang membentuk miselium yang berkromosom haploid.


Reproduksi Seksual

  • Reproduksi Seksual pada Ascomycota Uniseluler

Reproduksi seksual pada ascomycota uniseluler diawali konjugasi (penyatuan 2 sel haploid yang berbeda jenis). Hasil penyatuan itu akan membentuk zigot. Kemudian zigot tersebut akan tumbuh menjadi askus diploid. Inti dari askus diploid tersebut akan membelah secara miosis serta menghasilkan 4 inti haploid. Lalu akan terbentuk dinding sel di sekitar 4 inti tadi. Saat askus sudah matang, mereka akan pecah serta mengeluarkan askopsora, jika askospora jatuh di tempat yang cocok, jadi mereka akan berkembang menjadi individu baru.

  • Reproduksi Seksual pada Ascomycota Multiseluler

Reproduksi seksual pada scomycota multiseluler diawali dengan bertemunya hifa (+) dengan hifa (-) yang masing-masing mempunyai kromosom haploid. Hifa (+) membentuk askogonium (alat reproduksi betina), sementara hifa (-) membentuk anteridium (alat reproduksi jantan). Askogonium lalu akan membuat suatu saluran yang menuju anteridium yang disebut trikogin. Nah lewat trikogin tersebut akan terjadi proses plasmogami (penyatuan 2 atau lebih protoplasma).

Lalu askogonium akan tumbuh menjadi hifa dikariotik yang bercabang-cabang serta tergabung dalam askokarp (tubuh buah). Ujung-ujung dari hifa di askokarp tersebut akan membentuk sebuah askus dikariotik. Di dalam askus akan terjadi kariogami (peleburan inti) sehingga akan terbentuk sebuah inti yang berkromosom diploid. Inti diploid tersebut lalu membelah secara meiosis serta menghasilkan 4 nukleus haploid.

Masing masing dari nukleus itu akan membelah secara mitosis sampai menghasilkan 8 nukleus. Lalu disekitar nukleus itu akan terbentuk dinding sel serta askospora yang berkromosom haploid. BIla askus sudah matang, maka askospora akan membesar, saat askus pecah, askospora yang jatuh pada tempat yang cocok akan berkecambah serta menjadi hifa haploid yang baru.


Metabolisme Pada Ascomycota

Metabolisme adalah seluruh proses kimia di dalam organisme hidup untuk memperoleh dan menggunakan energi. Ada beberapa macam metabolisme yang terjadi pada fungi yaitu metabolisme karbon, metabolisme karbohidrat, fermentasi, metabolisme protein, metabolisme lipid, metabolisme asam nukleat, metabolisme nitrogen (Gandjar, 2006).

Pada metabolisme Ascomycota, menurut Indrawati, Ascomycota mengalami metabolisme karbohidrat, yaitu metabolisme fungi yang diawali dengan tahap transpor. Transpor monosakarida melalui membran dilakukan oleh suatu protein transpor spesifik, yaitu permease. Metabolisme ini terjadi pada S.cereviceae.

Metabolisme asam nukleat terjadi pada Ascomycota, yaitu kemampuan menggunakan basa purin dan pirimidin bervariasi pada khamir. S.cereviceae tumbuh baik pada medium mengandung allatonin, asam allantoat. Di samping untuk menghasilkan energi, pemecahan karbohidrat juga bertujuan untuk menghasilkan metabolit primer dan metabolit sekunder. Senyawa metabolit ada dua jenis, yakni metabolit primer dan metabolit sekunder (Djide, 2007).


  • Metabolit Primer

Metabolit primer adalah senyawa yang berupa produk akhir dalam metabolisme dengan bobot molekul yang kecil dan digunakan sebagai bahan dasar pembangun makromolekul atau dikonversikan menjadi koenzim. Selain itu termasuk senyawa-senyawa intermediet pada jalur Embden-Meyerhof, Pentosa Phosphate,siklus asam trikarboksilat (siklus Krebs). Contohnya: Asam-asam organik seperti asam sitrat, asam fumarat, asam amino, dan lain-lain (Fardiaz, 1992).

Baca Juga :  Faktor Integrasi Sosial


  • Metabolisme Sekunder

Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-beda antara spesies yang satu dan lainnya. Setiap organisme biasanya menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan mungkin satu jenis senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu spesies dalam suatu kingdom.

Senyawa ini juga tidak selalu dihasilkan, tetapi hanya pada saat dibutuhkan saja atau pada fase-fase tertentu. Fungsi metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya untuk mengatasi hama dan penyakit, menarik polinator, dan sebagai molekul sinyal (Fardiaz, 1992).


Pertumbuhan Ascomycota

Dari askogonium tumbuh hifa dikariotik. Pada ujung hifa terjadi singami dan terbentuk askus. Di dalam askus terjadi fertilisasi antara 2 inti sehingga terbentuk sel diploid. Sel diploid mengadakan pembelahan meiosis sehingga terbentuk 4 sel anak haploid. Masing-masing sel anak haploid mengadakan pembelahan mitosis dan terbentuk 8 sel askospora yang haploid.

Jamur benang juga memiliki kurva pertumbuhan seperti semua mikroorganisme. Kurva tersebut diperoleh dari menghitung massa sel pada jamur benang dalam waktu tertentu. Kurva pertumbuhannya memiliki beberapa fase, antara lain (Gandjar dkk., 2006):

  1. Fase Lag, yaitu fase penyesuaian sel-sel dengan lingkungan, pembentukan enzim-enzim untuk mengurangi substrat.
  2. Fase akselerasi, yaitu fase mulainya sel-sel membelah dan menjadi aktif.
  3. Fase eksponensial, merupakan fase perbanyakan jumlah sel yang sangat banyak, aktivitas sel sangat meningkat, dan fase ini merupakan fase yang penting dalam kehidupan fungi. Pada awal dari fase ini, enzim-enzim dapat dipanen pada fase akhir ini.
  4. Fase deselerasi, yaitu waktu sel-sel mulai kurang aktif membelah. Pada fase ini dapat dipanen biomassa sel atau senyawa-senyawa yang tidak lagi diperlukan oleh sel-sel.
  5. Fase stasioner, yaitu fase jumlah sel yang bertambah dan jumlah sel yang mati relatif seimbang. Kurva pada fase ini merupakan garis lurus yang Senyawa metabolit sekunder padat dipanen pada fase ini.
  6. Fase kematian dipercepat, jumlah sel-sel yang mati atau tidak aktif sama sekali lebih banyak daripada sel-sel yang masih hidup.

Siklus Hidup

Ascomycotina disebut juga sebagai the sac fungi. Merupakan fungi yang reproduksi seksualnya dengan membuat askospora di dalam askus (ascus = sac atau kantung/pundi-pundi). Askus adalah semacam sporangium yang menghasilkan askospora. Siklus hidup Ascomycotina dimulai dari askospora yang tumbuh menjadi benang (hifa) yang bercabang-cabang.

Kemudian, salah satu dari beberapa sel pada ujung hifa berdiferensiasi menjadi askogonium, yang ukurannya lebih lebar dari hifa biasa. Sedangkan ujung hifa yang lainnya membentuk Anteridium. Anteridium dan Askogonium tersebut letaknya berdekatan dan memiliki sejumlah inti yang haploid.
Pada askogonium tumbuh trikogin yang menghubungkan askogonium dengan anteredium. Melaui trikogin ini inti dari anteredium pindah ke askogonium dan kemudian berpasangan dengan inti pada askogonium.

Selanjutnya pada askogonium tumbuh sejumlah hifa yang disebut hifa askogonium. Inti-inti membelah secara mitosis dan tetap berpasangan. Hifa askogonium tumbuh membentuk septa bercabang. Bagian askogonium berinti banyak, sedangkan pada bagian ujungnya berinti 2. Bagian ujung inilah yang akan tumbuh menjadi bakal askus. Hifa askogonium ini kemudian berkembang disertai pertumbuhan miselium vegetatif yang kompak, membentuk tubuh buah. Dua inti pada bakal askus membentuk inti diploid yang kemudian membelah secara meiosis untuk menghasilkan 8 spora askus (askospora).

Apabila askospora tersebut jatuh pada lingkungan yang sesuai maka ia akan tumbuh membentuk hifa atau miselium baru. Reproduksi aseksual pada Ascomycotina adalah dengan cara membentuk tunas dan spora aseksual. Pembentukan tunas terjadi pada jamur uniseluler dan spora aseksual pada jamur terjadi pada jamur multiseluler. Spora aseksual tersebut terbentuk pada ujung hifa khusus yang disebut konidiofor dan sporanya disebut konidia. Konidia merupakan spora yang dihasilkan secara eksternal, yaitu di luar kotak spora atau sporangium (Tarigan, 1988).

Baca Juga :  Energi Nuklir


Sistematika Ascomycota

Ascomycotina merupakan kelompok jamur yang terbesar, ada yang hidup parasit atau saprofit. Jamur yang hidup sebagai parasit, dapat menimbulkan penyakit yang sangat merugikan seperti pada tanaman tembakau, pepaya, karet, teh, cokelat, dan padi. Sedangkan jamur saprofit hidup pada bahan makanan atau sampah. Organisme yang disebut fungi bersifat heterotroph, dinding selnya mengandung kitin, tidak berplastid, tidak berfotosintesis, tidak bersifat fagosit, umumnya memiliki hifa yang berdinding yang dapatberinti banyak atau berinti tunggal, dan memperoleh nutrient dengan cara absorbs.

Klasifikasi organisme berdasarkan kekerabatan evolusi diawali Whittaker (1969) yang mengenalkan system lima kingdom (=reknum) menumbangkan system tiga kingdom. Menurut Whittaker, system tiga kingdom yaitu prokariota, hewan dan tumbuhan tidak menunjukkan kekerabatan mereka. System lima kingdom yang diusulkannya, menunjukkan kekerabatan evolusi diantara kelima kingdom tersebut. Hal tersebut merupakan awal usaha menetapkan kelompok mono filetik untuk mengembangkan suatu klasikasi yang menunjukkan kekerabatan evolusi kelompok-kelompok (Alexopoulus et al, 1996).


Peranan dalam Fermentasi dan Lingkungan

Beberapa Ascomycota yang menguntungkan dalam kehidupan sehari-hari: untuk pembuatan roti, dan minuman beralkohol salah satunya berguna untuk pembuatan bir, maupun alkohol mapu mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2 dengan proses fermentasi. Peranan Ascomycota dalam fermentasi adalah:

  1. Saccharomyces cerevisiae

Saccharomyces cerevisiae berperan dalam proses pembuatan tape dan roti, amur ini dapat memfermentasi glukosa menjadi alkohol dan karbon dioksida, misalnya dalam fermentasi tape dapat menghasilkan etanol yang berasal dari fermentasi gula. Gula akan diubah menjadi bentuk yang paling sederhana oleh enzim invertase baru kemudian gula sederhana tersebut akan dikonversi menjadi etanol dengan adanya enzim zymase. Kedua enzim tersebut dihasilkan oleh Saccharomyces cerevisiae. Dalam   adonan   roti Saccharomyces   cerevisiae memetabolisme   sumber   gula   dan   salah   satu hasil   metabolismenya adalah gas CO2 yang dapat mengembangkan  adonan roti.

  1. Saccharomyces tuacmemfermentasi air nira (legen) menjadi tuak.
  2. Saccharomyces ellipsoideus memfermentasi buah anggur menjadi wine.
  3. Saccharomycopsis fibuligera berguna dalam pembuatan tape
  4. Saccharomycopsis malanga berguna dalam pembuatan tape
  5. Aspergillus wentii berguna dalam pembuatan kecap. Pada proses pembuatan kecap ada tahap yang dinamakan dengan fermentasi garam, dimana pada proses ini kedelai dilakukan perendaman dalanm larutan garam dengan menggunakan jamur aspergillus wentii.
  6. Aspergillus soyae berguna dalam pembuatan kecap
  7. Aspergillus oryzaemerombak zat pati dalam pembuatan minuman beralkohol. Selain itu juga berperan dalam pembuatan kecap, mikroorganisme ini menghasilkan asam laktat sehingga dapat mengakibatkan pH turun yang berfungsi untuk pembentukan aroma dan flavor spesifik pada kecap.
  8. Neurospora sitophila dimanfaatkan dalam pembuatan oncom merah dari ampas tahu. Konidianyaberwarna merah bata.

Contoh Ascomycota


  • Saccaharomyces

Jamur ascomycota yang biasa sebut dengan ragi. Saccaharomyces adalah ascomycota yang uniseluler yang tidak mempunyai badan buah. Biasanya dimanfaatkan guna pembuatan tapai, roti serta anggor lewat fermentasi.


  • Penicillium

Anggota ascomycota yang hidup sebagai saprofil pada bahan organik. Penicillium biasanya dijumpai pada buah yang busuk serta beras yang rusak. Konidianya tersebut berwarna hijau. Beberapa penicillium bisa dimanfaatkan menjadi antibiotik.


  • Trichodermal Resei

Kelompok ascomycota yang bisa menghasilkan enzim selulase (enzim yang menguraikan selulosa).


  • Aspergillus Oryzae

Merombak zat padi dalam pembuatan minuman beralkohol.


Demikianlah artikel dari duniapendidikan.co.id tentang Ascomycota : Pengertian, Struktur, Cara Reproduksi, Metabolisme, Pertumbuhan, Siklus Hidup, Sistematika, Peran Dalam Fermentasi, Morfologi, Anatomi, Contohnya, semoga bermanfaat

Posting pada SD