Akulturasi Kebudayaan Islam

Diposting pada

Pengertian Akulturasi Kebudayaan Islam

Akulturasi Kebudayaan Islam Adalah sebuah perpaduan budaya yang kemudian menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan unsur-unsur asli dalam budaya Contohnya sebuah proses percampuran 2 budaya atau lebih yang saling bertemu dan berlangsung dalam waktu yang lama sehingga dapat saling memengaruhi.


Faktor Kontak Akulturasi

  • Kontak sosial pada semua lapisan masyarakat, sebagian masyarakat, maupun antar individu dalam dua masyarakat.
  • Kontak budaya dalam situasi bersahabat ataupun situasi bermusuhan.
  • Kontak budaya antara kelompok yang menguasai dan dikuasai dalam semua unsur budaya, baik dalam ekonomi, bahasa. teknologi. kemasyarakatan. agama, kesenian, ataupun ilmu pengetahuan.
  • Kontak budaya antara masyarakat yang jumlah warganya banyak ataupun sedikit.
  • Kontak budaya baik antar sistem budaya, sistem sosial, ataupun unsur budaya fisik.

Macam Jenis dan Contoh Akulturasi Kebudayaan Islam


  • Seni Bangunan

Seni dan Arsitektur bangunan Islam di Indonesia sangatlah unik, menarik dan akulturatif. Seni bangunan yang menonjol di zaman perkembangan Islam ini adalah masjid, menara dan makam.


  • Masjid dan Menara

Dalam seni bangunan di zaman perkembangan Islam, terlihat ada perpaduan antara unsur Islam dengan kebudayaan praIslam yang sudah ada sebelumnya.

Ciri-cirinya adalah:

  1. Atapnya berbentuk tumpang yakni atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5 Dan biasanya ditambah dengan kemuncak guna memberi tekanan akan keruncingannya yang disebut Mustaka.
  2. Tak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di luar Indonesia atau yang ada sekarang, namun dilengkapi dengan kentongan atau bedug untuk menyerukan adzan atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan adalah budaya asli Indonesia.
  3. Letak masjid biasanya dekat dengan istana yakni sebelah barat alun-alun atau bahkan didirikan di tempat-tempat keramat yakni di atas bukit atau dekat dengan makam.

  • Makam

Makam-makam yang lokasinya di dataran dekat masjid agung, bekas kota pusat kesultanan adalah makam sultan-sultan Demak di samping Masjid Agung Demak, makam raja-raja Mataram-Islam Kota Gede (D.I. Yogyakarta), makam sultan-sultan Palembang, makam sultan-sultan di daerah Nanggroe Aceh, yakni kompleks makam di Samudera Pasai, makam Sultan Ternate di Ternate, makam sultan-sultan Goa di Tamalate, serta kompleks makam raja-raja di Jeneponto dan kompleks makam di Watan Lamuru (Sulawesi Selatan), makam-makam di berbagai daerah lainnya di Sulawesi Selatan, dan kompleks makam Selaparang di Nusa Tenggara serta masih banyak yang lainnya.

Baca Juga :  Staffing Adalah

 Di beberapa tempat ada makam-makam yang penempatannya ada di daerah dataran tinggi. Contohnya makam Sunan Bonang di Tuban, makam Sunan Derajat (Lamongan), makam Sunan Kalijaga di Kadilangu (Demak), makam Sunan Kudus di Kudus, makam Maulana Malik Ibrahim dan makam Leran di Gresik (Jawa Timur), makam Datuk Ri Bkalianng di Takalar (Sulawesi Selatan), makam Syaikh Burhanuddin (Pariaman), makam Syaikh Kuala atau Nuruddin ar-Raniri (Aceh) serta masih banyak para dai lainnya di tanah air yang dimakamkan.

 Ciri-ciri:

  • Makam-makam kuno dibangun di atas bukit maupun tempat-tempat yang tinggi.
  • Makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing, nisannya pun terbuat dari batu.
  • Di atas jirat umumnya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau kubba.
  • Dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antar makam dengan makam ataupun kelompok-kelompok makam.
  • Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya makam itu adalah makam para wali atau raja Contohnya adalah masjid makam Sendang Duwur di Tuban.

  • Seni Ukir

Pada masa perkembangan Islam di zaman madya, berkembang ajaran bahwa seni ukir, patung, dan melukis makhluk hidup, bahkan manusia secara nyata, tak diperbolehkan. Di Indonesia ajaran itu ditaati. Hal tersebut menyebabkan seni patung di Indonesia pada zaman madya, kurang berkembang. Padahal pada masa sebelumnya seni patung sangat berkembang, baik patung-patung bentuk manusia ataupun binatang. Akan tetapi, seteah zaman madya, seni patung berkembang seperti yang bisa kita saksikan sekarang ini.

Meskipun seni patung untuk menggambarkan makhluk hidup secara nyata tak diperbolehkan. Namun, seni pahat atau seni ukir terus berkembang. Para seniman tak ragu-ragu mengembangkan seni hias dan seni ukir dengan motif daun-daunan dan bunga-bungaan seperti yang sudah dikembangkan sebelumnya. Lalu ditambah seni hias dengan huruf Arab (kaligrafi). Bahkan muncul kreasi baru, yakni kalau terpaksa mau melukiskan makluk hidup, akan disamar dengan berbagai hiasan, sehingga tidak lagi jelas-jelas berwujud binatang atau manusia.

Banyak sekali bangunan-bangunan Islam yang dihiasi dengan berbagai macam motif ukir-ukiran. Contohnya, ukir-ukiran pada pintu atau tiang pada bangunan keraton maupun masjid, pada gapura atau pintu gerbang. Dikembangkan pun seni hias atau seni ukir dengan bentuk tulisan Arab yang dicampur dengan ragam hias yang lain. Malah ada seni kaligrafi yang membentuk orang, binatang, atau wayang.


  • Aksara dan Seni Sastra

Tersebarnya Islam di Indonesia membawa pengaruh besar dalam bidang aksara atau tulisan. Abjad atau huruf-huruf Arab sebagai abjad yang dipakai untuk menulis bahasa Arab mulai dipakai di Indonesia. Bahkan huruf Arab dipakai di bidang seni ukir. Berhubungan dengan itu berkembang seni kaligrafi. Di samping pengaruh sastra Islam dan Persia, perkembangan sastra di zaman madya tak terlepas dari pengaruh unsur sastra sebelumnya.

Baca Juga :  Pengertian Pencemaran Air

Dengan begitu terjadilah akulturasi antara sastra Islam dengan sastra yang berkembang di zaman praIslam. Seni sastra di zaman Islam tersebut berkembang di Melayu dan Jawa. Dilihat dan corak dan isinya, ada beberapa jenis seni sastra adalah sebagai berikut:


  • Hikayat

Hikayat adalah karya sastra yang berisi cerita sejarah maupun dongeng. Dalam hikayat banyak ditulis berbagai peristiwa yang menarik, keajaiban, atau hal-hal yang tak masuk akal. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran yaitu karangan bebas atau prosa. Hikayat-hikayat yang terkenal, contohnya Hikayat Iskandar Zulkarnain, Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Khaidir, Hikayat si Miskin, Hikayat 1001 Malam, Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Amir Hamzah, dan masih banyak yang lainnya.

  • Babad

Babad mirip dengan hikayat Penulisan babad murup tulisan sejarah, namun isinya tidak selalu berdasarkan fakta.Jadi, isinya campuran fakta sejarah, mitos, dan kepercayaan.Di tanah Melayu sendiri terkenal dengan sebutan tambo atau salasilah. Contoh babad ialah Babad Tanah Jawi, Babad Cirebon, Babad Mataram, dan Babad Surakarta.

  • Syair

Syair berasal dari perkataan Arab untuk menamakan karya sastra berupa sajak-sajak yang terdiri atas 4 baris setiap baitnya. Contoh syair sangat tua ialah syair yang tertulis pada batu nisan makam putri Pasai di Minye Tujoh.

  • Suluk

Suluk adalah karya sastra yang berupa kitab-kitab serta isinya menjelaskan soal-soal tasawufnya. Contoh nya suluk yakni Suluk Sukarsa, Suluk Wujil, dan Suluk Malang Sumirang.


  • Bidang Kesenian

Di Indonesia, Islam menghasilkan kesenian bernapas Islam yang bertujuan guna menyebarkan ajaran Islam. Kesenian itu, contohnya adalah:

  • Debus

Debus adalah tarian yang pada puncak acara para penari menusukkan benda tajam ke tubuhnya tanpa meninggalkan luka. Tarian ini diawali dengan pembacaan ayat-ayat dalam Al Quran serta salawat nabi. Tarian ini ada di Banten dan Minangkabau.

  • Seudati

Seudati adalah sebuah bentuk tarian dari Aceh. Seudati berasal dan kata syaidati yang berarti permainan orang-orang besar. Seudati sering disebut saman berarti delapan. Tarian ini aslinya dimainkan oleh 8 orang penari. Para pemain menyanyikan lagu yang isinya adalah salawat nabi.

  • Wayang

Wayang adalah termasuk wayang kulit, Pertunjukan wayang telahberkembang sejak zaman Hindu, akan namun, pada zaman Islam terus dikembangkan laluberdasarkan cerita Amir Hamzah dikembangkan pertunjukan wayang golek.

Baca Juga :  Kelebihan Sistem Parlementer


Wujud Akulturasi dan Perkembangan Budaya Islam

Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha seperti yang pernah Anda pelajari pada modul sebelumnya. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua (lebih) kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia.


Wujud Alkulturasi Seni Bangunan

Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam, istana. Wujud akulturasi dari masjid kuno memiliki ciri sebagai berikut:

  1. Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5. Dan biasanya ditambah dengan kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya yang disebut dengan Mustaka.
  2. Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di luar Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau bedug untuk menyerukan adzan atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan budaya asli Indonesia.
  3. Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun atau bahkan didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat dengan makam.

Mengenai contoh masjid kuno dapat memperhatikan Masjid Agung Demak, Masjid Gunung Jati (Cirebon), Masjid Kudus dan sebagainya. Selain bangunan masjid sebagai wujud akulturasi kebudyaan Islam, juga terlihat pada bangunan makam. Ciri-ciri dari wujud akulturasi pada bangunan makam terlihat dari:

  1. makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat.
  2. makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing,nisannya juga terbuat dari batu.
  3. di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau kubba.
  4. dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam dengan makam atau kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak berpintu).
  5. Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya makam tersebut adalah makam para wali atau raja. Contohnya masjid makam Sendang Duwur di Tuban.

demikianlah artikel dari duniapendidikan.co.id mengenai Akulturasi Kebudayaan Islam : Pengertian, Faktor Kontak, Macam, Jenis, Contoh, Wujud dan Perkembangannya, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semuanya.

Posting pada SD