Latar Belakang
Kota Bekasi adalah salah satu kota yang ada di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Nama Bekasi berasal dari kata bagasasi yang berarti sama dengan candrabaga yang tertulis di dalam Prasasti Tugu era Kerajaan Tarumanegara, yakni nama sungai yang melewati kota ini. Kota ini adalah bagian dari megapolitan Jabodetabek serta menjadi kota satelit dengan jumlah penduduk terbanyak se-Indonesia. Saat ini Kota Bekasi berkembang menjadi tempat tinggal kaum urban serta sentra industri.Kota bekasi pun dijuluki sebagai Kota Patriot dan Kota Pejuang.
Sejarah Singkat Kabupaten Bekasi
Masyarakat Bekasi memiliki jati diri kuat, peradaban unggul dan sejarah yang panjang. Para ilmuwan hingga pujangga mencatat betapa nama Bekasi telah termasyhur sampai penjuru Nusantara dan mancanegara sejak ribuan tahun silam.
Ahli filologi Prof. Dr. R. Ng. Poerbatjaraka mentahbiskan nama Bekasi berasal dari kata Chandrabhaga, nama sungai yang dibangun pada abad ke-5 Masehi oleh salah seorang Raja Tarumanagara bernama Rajadhiraja Yang Mulia Purnawarman. Poerbatjaraka mengurai kata Candrabhaga menjadi dua kata, yakni Chandra yang berarti “bulan” dan Bhaga yang berarti “bahagia”.
Kata Chandra dalam bahasa Sanskerta sama dengan kata Sasi dalam bahasa Jawa kuno, sehingga nama Candrabhaga identik dengan kata Sasibhaga, yang apabila diterjemahkan secara terbalik menjadi Bhagasasi.
Pada perkembangannya, pelafalan kata Bhagasasi mengalami perubahan. Berbagai sumber tertulis abad ke-18 sampai abad ke-21 menerakan nama Bekasi dengan tulisanBakasie, Bekasjie, Bekasie, Bekassi, dan terakhir Bekasi.
Bekasi juga dikenal sebagai Kota Patriot, karena dari masa ke masa, terutama pada masa penyerangan tentara Mataram terhadap VOC di Batavia pada 1628-1629 sampai perang kemerdekaan 1945-1949, wilayah Bekasi merupakan front terdepan bagi para patriot pejuang Indonesia untuk menghalau Belanda yang berada di Jakarta.
Patriotisme dan perjuangan yang dilakukan para pejuang, termasuk Pahlawan Nasional KH Noer Alie, mengilhami banyak orang untuk berkarya. Seperti Chairil Anwar melalui sajak monumental “Krawang-Bekasi,” wartawan Darmawijaya dalam puisi “Kami Membangun, Pembakaran Bekasi,” pencita lagu dan aranser Ismail Marzuki melalui lagu “Melati di Tapal Batas,” budayawan Pramoedya Ananta Toer dalam roman sejarah Di Tepi Kali Bekasi, serta sejarawan Bekasi Ali Anwar dalam buku Sejarah Bekasi Sejak Purnawarman sampai Orde Baru, Cuplikan Sejarah Patriotik di Bekasi, KH Noer Alie Ulama Pejuang dan Bekasi Dibom Sekutu.
Kini, di usianya yang ke-58, Kabupaten Bekasi tetap termasyhur. Sepertiga produk ekspor Indonesia berasal dari Bekasi. Belakangan bumi Bekasi mengandung minyak dan gas melimpah yang menyumbangkan devisi besar bagi negara. Bahkan Kepolisian Republik Indonesia dan kepolisian Jepang menetapkan Kepolisian Resort Bekasi sebagai kepolisian percontohan dengan konsep polisi komunitas (community police)model koban dalam bentuk pospol-pospol.
Makanan Khas Bekasi
Wisatawan yang datang ke Bekasi rasanya tidak puas kalau tidak menikmati kuliner khas di Bekasi. Seperti daerah-daerah lain di Indonesia, pada masyarakat Bekasi dikenal beberapa jenis makanan khas yang sering disajikan pada acara-acara tertentu ataupun hari raya. Contonya dodol, setiap keluarga akan selalu berupaya supaya pada saat hari raya (lebaran) tersedia sebagian penganan untuk dikirim kepada tetangga, keluarga atau untuk disajikan kalau ada tamu. Dodol ini juga dapat dibuat kalau akan mengadakan kenduri. Makanan ini terbuat dari tepung beras ketan yang dicampur dengan gula merah serta kelapa.
Kuliner Bekasi yang masih dalam kategori kue basah, cukup banyak serta bervariasi, di antaranya ialah: Dodol, Kue Jalabia, Kue Cucur, Kue Bugis, Kue Bika Ambon, Kue Pepe, Kue Putu Mayang, Kue Talam, Kue Pisang, Kue Lopis, Kue Cincin, Kue Geplak, Kue Onde-Onde, Kue Gemplong, Kue Lopis, Kue Dadar Gulung serta kerak telor.
Kujang Senjata Tradisional Bekasi
Kujang adalah sebuah senjata tradasional bekasi. Kujang mulai dibuat sekitar abad ke-8 atau ke-9, terbuat dari besi, baja serta bahan pamor, panjangnya sekitar 20 hingga 25 cm dan beratnya sekitar 300 gram.
Kujang adalah perkakas yang merefleksikan ketajaman dan daya kritis dalam kehidupan pula melambangkan kekuatan serta keberanian untuk melindungi hak dan kebenaran. Menjadi ciri khas, baik sebagai senjata, alat pertanian, perlambang, hiasan, maupun cindera mata.
Menurut Sanghyang siksakanda ng karesian pupuh XVII, kujang merupakan senjata kaum petani dan mempunyai akar pada budaya pertanian masyarakat Sunda.
Kujang dikenal sebagai benda tradisional masyarakat Jawa Barat (Sunda) yang mempunyai nilai sakral serta memiliki kekuatan magis. Beberapa peneliti menyatakan bahwa istilah “kujang” berasal dari kata kudihyang yang artinya manusia. Manusia yang sakti seperti Prabu Siliwangi.
Kependudukan Kabupaten Bekasi
Jumlah penduduk Kabupaten Bekasi pada tahun 2004 mencapai 1.950.209 jiwa. Bila dilihat dari rasio penduduk berdasarkan kelamin adalah 1,04 banding 1,00, dimana jumlah penduduk laki-laki sebanyak 996.150 jiwa dan perempuan 954.054 jiwa. Adapun laju pertumbuhan penduduk hasil perhitungan sensus tahun 2000 sebesar 4,23 % terdiri dari migrasi 2,33 % dan alamiah 1,90%.
Pada tahun 2005 jumlah penduduk Kabupaten Bekasi bertambah menjadi 2.027.902 jiwa atau mengalami pertumbuhan sebesar 3,98% dari tahun sebelumnya.Penduduk bekasi mayoritas merupakan pendatang sehingga tak heran jika banyak budaya nya pn telah banyak berakulturasi.
Pada tahun 2013, jumlah penduduk Kabupaten Bekasi mencapai 3.002.112 jiwa. Tahun 2014, jumlah penduduk Kabupaten Bekasi menjadi 3.112.698 jiwa atau naik 120.586 jiwa dari tahun 2013.
Penduduk berjenis kelamin laki-laki adalah 1.592.588 jiwa dan penduduk berjenis kelamin perempuan 1.530.110 jiwa pada tahun 2014.Dengan luas wilayah 127.388 hektar, tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bekasi mencapai 2.451 jiwa per km2.
Kecamatan dengan penduduk tertinggi ialah Tambun Selatan dengan jumlah penduduk mencapai 486.041 jiwa atau 16 persen dari total penduduk Kabupaten Bekasi pada tahun 2014. Kecamatan dengan penduduk terendah ialah Bojongmangu dengan jumlah penduduk 25.587 jiwa pada tahun 2014.
Sarana Pendidikan Yang Ada di Kabupaten Bekasi
• Taman kanak-kanak berjumlah 241
• Sekolah Dasar Negeri berjumlah 700
• Sekolah Dasar Swasta berjumlah 65
• Madrasah Ibtidaiyah berjumlah 156
• SLTP Negeri berjumlah 54
• SLTP Swasta berjumlah 124
• Madrasah Tsanawiyah berjumlah:114
• SLTA Negeri berjumlah 20
• SLTA Swasta berjumlah 60
• Madrasah Aliyah berjumlah 34
• SLB berjumlah 5
Pariwisata Kabupaten Bekasi
Kabupaten Bekasi memiliki beberapa obyek wisata, di antaranya:
• Taman Buaya Indonesia Jaya
• Waterboom Lippo Cikarang
• Gedung juang 45 di Tambun
• Saung Ranggon di Desa Cikedokan
• Danau Cibeureum di dekat perumahan Grand Wisata
• Pantai Muara Beting
• Wisata Rumah Pohon di Jatiasih
• Hutan Kota di daerah Margahayu
• Danau Marakas, di Pondok Ungu
• Pantai Muara Bendera
• Pantai Muara Gembong
• Bumi Perkemahan Karang Kitri
Pakaian Adat
-
Gaun Kebaya Pengantin
Dalam acara-acara resmi contohnya pernikahan, hajatan, ataupun hari-hari besar, masyarakat suku betawi memiliki pakaian resmi yng terbilang Amat antik. Para pria memakai Kebaya yang dengannya hiasan rantai emas di sakunya, celana dasar kain putih yang dilengkapi dengan gubatan kain sarung pendek, dan peci putih menjadi penutup kepala. Untuk para wanita, orang-orang memakai pakaian yang sebetulnya masih mirip yang dengannya pakaian keseharian orang-orang yaitu kurung, kain batik bermotif geometri, dan kerudung berwarna cerah.
-
Baju Pengantin Adat Betawi
Dalam upacara pernikahan, orang Betawi yang masih memegang adat budayanya sampai sekarang masih memkai pakaian khusus pengantin adat Betawi. Pakaian ini adalah akulturasi nyata dari beberapa kebudayaan, yakni budaya Arab, budaya Tionghoa, dan Budaya Melayu.
Baju adat Betawi ini terdiri atasan blus berwarna cerah dari bahan kain satin, rok gelap atau rok kun, serta hiasan kepala berupa kembang goyang dengan motif burung hong. Selain itu, hiasan rambut berupa sanggul palsu lengkap dengan cadar di bagian wajah, hiasan bunga melati yang diikat pada sisir dan ronje juga dipakai bersama pernik hiasan lain yang meliputi kalung lebar, manik-manik penghias dada, gelang listring, dan selop model perahu sebagai alas kaki
Untuk para pengantin pria, pakaian adat Betawi yang dipakai bernama Dandanan Care Haji. Pakaian ini berupa jubah besar berwarna cerah (biasanya merah) disertai pernik benang keemasan, celana panjang putih, selendang yang dikenakan di dalam jas (bagian dada), dan topi khusus yang terbuat dari sorban sebagai penutup kepala. Dari model pakaian itu, dadanan care haji pasti sangat kental akan nilai-nilai budaya Arab.
Berbeda dengan dandanan care haji yang kental budaya arab, baju pengantin wanita betawi yang bernama dandanan care none pengantin cine malah mengandung dengan nilai-nilai budaya Tionghoa.
Bupati dan Kepala Daerah Kabupaten Bekasi
- Periode (1949 – 1951)
Bupati Bekasi dijabat oleh R. Suhandan Umar
- Tahun 1951 selama 3 (tiga) bulan
Jabatan sementara Bupati Bekasi selama 3 (tiga) bulan adalah KH. Noer Alie
- Periode (1951 – 1958)
Bupati Bekasi dijabat oleh R. Sampoerno Kolopaking
- Periode (1958 – 1960)
Bupati Bekasi dijabat oleh RMKS Prawira Adiningrat.
Kepala Daerah Swatantra Tingkat II Bekasi dijabat oleh Nausan
- Periode (1960 – 1967)
Jabatan Bupati dan Jabatan Kepala Daerah Swatantra Tingkat II Bekasi dijabat dan dirangkap oleh Maun alias Ismaun.
- Periode (1967 – 1973)
Bupati/Kepala Daerah Tk.II Bekasi dijabat oleh MS. Soebandi
- Periode (1973 – 1978 dan 1978 – 1983)
Bupati/Kepala Daerah Tk.II Bekasi dijabat oleh H. Abdul Fatah
- Periode (1983 – 1988 dan 1988 – 1993)
Bupati/Kepala Daerah Tk.II Bekasi dijabat oleh H. Suko Martono
- Periode(1993 – 1998)
Bupati/Kepala Daerah Tk.II Bekasi dijabat oleh H. Moch. Djamhari
- Periode (1998 – 2003)
Bupati Bekasi adalah H. Wikanda Darmawijaya
- Periode (2003 s/d 16 Februari 2006)
Bupati Bekasi adalah Drs. H.M. Saleh Manaf
- Periode (16 Februaru 2006 s/d 27 April 2006)
Sebagai Pelaksana Tugas Harian (Plt) Bupati Bekasi yaitu Drs. H.R.Herry Koesaeri S, M.Si
- Periode (27 April 2006 s/d 19 April 2007)
Pejabat Bupati Bekasi adalah Drs. H. Teny Wishramwan, M.Si
- Periode (19 April 2007 s/d 14 Mei 2007)
Sebagai Pelaksana Tugas Harian (Plt) Bupati Bekasi yaitu Drs. H.R.Herry Koesaeri S, M.Si
- Periode (14 Mei 2007 s/d 2012)
Bupati Bekasi adalah Drs. H.Sa’duddin, MM
Ketua DPRD Kabupaten Bekasi
- Periode (1950 – 1956)
Madnuin Hasibuan selaku Ketua DPRDS
- Husein Kamaly
Periode (1956 – 1957) selaku Ketua DPRDP
Periode (1957 – 1960) selaku Ketua DPRD
Periode (1960 – 1967) selaku Ketua DPRD-GR
- Tahun 1960, selaku Ketua DPRD
Hasyim Ahmad
- Periode (1960 – 1967)
Maun Al Ismaun, selaku Ketua DPRD-GR
- Periode (1967 – 1971)
- Efendi, selaku Ketua DPRD
- Periode (1971 – 1976 dan 1976 – 1981)
- Supriyadi, selaku Ketua DPRD
- Periode (1981 – 1987)
- Arsyad baedlowi, selaku Ketua DPRD
- Periode (1987 – 1992)
H.Roesmin, selaku Ketua DPRD
- Periode (1992 – 1997)
- Abdul Manan, selaku Ketua DPRD
- Tahun 1997
- Wikanda Darmawijaya, selaku Ketua DPRD
- Tahun 1997
- R. Sugiyono, selaku Ketua DPRD
- Periode (1997 – 2004)
Drs. H. Damanhuri Husein, selaku Ketua DPRD
- Periode (2004 s/d 2006)
Ketua DPRD adalah Drs. H. Sa’duddin, MM
- Periode (2006 s/d saat ini/2007)
a.n.Pimpinan DPRD H. Nuradi S.
Monumen Sejarah dan Cagar Budaya Bekasi
-
Monumen Perjuangan Rakyat ( Alun-alun Bekasi )
Monumen Perjuangan Rakyat ini terletak di Jalan Veteran Kota Bekasi atau tepatnya di Alun-alun Depan Kantor Polresta Bekasi. Monumen ini didirikan pada tanggal 5 Juli 1955. Dibuat dalam rangka menyambut HUT Proklamasi RI ke-10 dan HUT Kabupaten Bekasi ke-5 tahun 1955. Pembuatan monumen ini diprakarsai dan dibiayai oleh Pemerintah Kabupaten Bekasi.
Bentuk Monumen ini berupa tugu persegi lima terbuat dari batu bata. Tinggi Tugu 5.08 cm termasuk dasar tugu dikelilingi pagar tembok tinggi 1 meter dan masing-masing 3 meter juga persegi lima, dengan pengertian Pancasila.
Monumen ini didirikan untuk memperingati beberapa peristiwa yang terjadi di Bekasi, yaitu :
- Peristiwa bulan Agustus 1945
- Peristiwa Awal bulan Pebruari 1950 ( Penentuan Resolusi Rakyat Bekasi )
-
Tugu Perjuangan Rakyat di Bekasi
Monumen ini didirikan pada tahun 1975 pada masa pemerintahan Bupati Abdul Fatah, dan diresmikan oleh Gubernur Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat. Monumen ini melambangkan perjuangan yang gigih dan patriotisme yang tinggi bangsa Indonesia dalam memperjuangkan daerah front perjuangan di daerah Bekasi, sehingga monumen ini disebut ” Tugu Perjuangan Rakyat di Bekasi “, karena di wilayah Bekasi berbagai penjuru pejuang datang dari wilayah lain berkumpul dan berjuang mempertahankan.
Monumen ini terletak di Jalan Ahmad Yani Kota Bekasi ( pada areal Stadion Bekasi ). Secara fisik, Monumen ini terpancang lima buah tugu yang setiap bagian puncaknya dibuat meruncing, masing-masing berhadapan satu sama lain dan tingginya 17 meter, sebagai replika kelima sila Pancasila dan gambaran komitmen untuk senantiasa memelihara “persatuan dan kesatuan bangsa”. Hal ini juga menggambarkan begitu besarnya perjuangan rakyat Bekasi dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan RI.
Di Bagian tengah, terdapat kolam berbentuk 5 (lima) tiang pancang yang melambangkan Pancasila. Di belakang monumen ada relief perjuangan rakyat Bekasi mulai jaman Tuan Tanah, Jaman Belanda, Jaman Jepang, Jaman Kemerdekaan Repulik Indonesia sampai memasuki Jaman pembangunan yang dipahatkan pada Batu semen persegi panjang dan dari arah depan monumen terukir sebuah syair seorang sastrawan Chairil Anwar yang ikut terjun langsung ke medan perang di Bekasi.
Disekitar kelima Tugu tersebut terdapat kolam berbentuk persegi lima yang berisi air dengan pancaran air mancur sebanyak 17 buah ( walaupun sekarang ini tidak berfungsi lagi dengan baik ). Kolam dan air gambaran akan nikmatnya Allah yang sangat besar bagi daerah Bekasi.
-
Gedung Papak
Gedung bersejarah ini terletak di jalan Ir. H. Djuanda Kota Bekasi, tepatnya di Bekas Areal Perkantoran Walikota Bekasi. Gedung Papak merupakan salah satu bangunan bersejarah yang turut memberikan kesaksian atas perjuangan rakyat Bekasi pada masa Revolusi fisik. Secara historis, Gedung Papak ini dahulu milik seorang keturunan Tionghoa bernama Lee Guan Chin. Ia seorang pengusaha yang memiliki banyak pabrik penggilingan berkas ( sekitar Bekasi dan Karawang ).
Namun, yang tinggi terhadap perjuangan rakyat Bekasi. Bahkan, memiliki hubungan yang baik dengan gerakan kerakyatan pimpinan K.H Noer Alie. Bahkan, Gedung Papak ini diserahkan secara sukarela sebagai salah satu markas perjuangan rakyat Bekasi. Pada Tahun 1982, Gedung papak kemudian menjadi rumah dinas Walikota sejak masa Walikota H. Soejono hingga masa H.Kailani
-
Tugu di Jalan KH Agus Salim Bekasi
Monumen berbentuk tugu ini terbuat dari batu persegi yang pada bagian atasnya terdapat kepala dengan sekelilingnya terdapat pecahan-pecahan peluru meriam, mortir, granat tangan, dan kelongsong peluru ukuran 12,7 mm. Latar Belakang dari pembangunan tugu ini adalah peristiwa aksi pembakaran kota Bekasi desember 1945 yang dipicu oleh kemarahan Panglima Tentara Sekutu, Jenderal Christison.
-
Masjid Agung Al-Barkah
Masjid ini dibangun pada tahun 1890 di atas tanah wakaf milik Bahrun dengan luas 3000 meter persegi. Masjid ini menjadi pusat syiar Islam dan menjadi area publik dengan keindahan taman kota di Alun-alun Kota Bekasi.
-
Monumen Kali Bekasi : Last Japanese Standing in Indonesia
Insiden Kali Bekasi, adalah peristiwa yang menggambarkan kepatriotan rakyat Bekasi. 19 Oktober 1945, meluncur kereta yang membawa tawanan Jepang menuju Ciater (dipulangkan melalui lapangan udara Kalijati). namun, pejuang Cikampek memerintahkan kembali ke Jakarta. pejuang Bekasi sudah menunggu, di Stasiun Bekasi kereta digeledah dan ditemukan senjata api.
rakyat beringas, walau awak kereta menghadang dan memperlihatkan surat perintah jalan dari Menteri Subardjo dan ditandatangani Bung Karno, rakyat Bekasi tetap menggelandang tawanan ke Kali Bekasi, setelah maghrib, tawanan ditelanjangi dan dibantai. Kali bekasi yang jernih memerah darah. pembangunan monumen ini adalah simbol perdamaian dan cinta kasih. tiap tahun ada peristiwa tabur bunga.
-
Gedung Tinggi
Gedung ini terletak di Jalan Hasanudin No.5 Tambun – Bekasi. Pemilik pertama gedung ini adalah seorang Cina bernama Kouw Oen Huy (Kapitain).
Gedung tersebut berada di bawah pengawasan pemerintahan Jepang sampai tahun 1945. kemudian setelah jepang menyerah pada sekutu, gedung diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan pernah dijadikan kantor Kabupaten Jatinegara.
-
Monumen Bambu Runcing
Monumen ini terletak di Desa Warung Bongkok, Kecamatan Cibitung. Monumen ini merupakan perlambang daerah pertempuran kota bekasi dengan tentara sekutu tanggal 13 Desember 1945. Monumen ini menyerupai bambu runcing menghadap ke atas, panjangnya 2,92 meter, lebarnya 2,92 meter , sedangkan tinggi keseluruhan 5,56 meter.
-
Pondok Gede
Pondok gede merupakan sebuah bangunan sejarah yang telah hilang. istilah daerah Pondok Gede berawal dari penamaan bangunan tersebut. Bangunan ini berawal tahun 1775, seorang Belanda bernama Hooyman, dengan gaya Eropa bercampur corak jawa. Kini, bangunan ini tinggal sejarah, karena pada tahun 1990-an, digantikan dengan proyek swalayan akibat ketidakpahaman tentang pelestarian bangunan bersejarah.
Lambang Kabupaten Bekasi
Peta Lokasi Kabupaten Beksi
demikianlah artikel dari duniapendidikan.co.id mengenai Sejarah Bekasi : Latar Belakang, Makanan Khas, Kependudukan, Sarana Pendidikan, Parawisata, Pakaian Adat, Bupati, Kepala Daerah, Ketua DPRD, Modumen Sejarah, Cagar Budaya, Lambang, Peta Lokasi, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semunaya.