Cerita Putri Tandampalik

Diposting pada

Sejarah Putri Tandampalik

Dahulu, terdapat sebuah negeri yang bernama negeri Luwu, yang terletak di pulau Sulawesi. Negeri Luwu dipimpin oleh seorang raja yang bernama La Busatana Datu Maongge, sering dipanggil Raja atau Datu Luwu. Karena sikapnya yang adil, arif dan bijaksana, maka rakyatnya hidup makmur. Datu Luwu mempunyai seorang anak perempuan yang sangat cantik, namanya Putri Tandampalik. Kecantikan dan perilakunya telah diketahui orang banyak. Termasuk di antaranya Raja Bone yang tinggalnya sangat jauh dari Luwu.

Naskah Drama Putri Tandampalik

Raja Bone berniat untuk menikahkan putranya dengan Putri Tandampalik, akan tetapi Raja Luwu dan Permaisuri merasa bimbang.
Datu Luwu : ”Bagaimana ini dinda, saya tau dalam adat kita tidak diperbolehkan seorang gadis Luwu tidak diperbolehkan menikah dengan pemuda dari negeri lain
Permaisuri : ”Aku tau kanda akan tetapi, jika kita menolak lamaran ini akan terjadi perang dan rakyat akan menderita.”

Datu Luwu : ”Itu benar dinda, biarlah aku dikutuk asal rakyatku tidak menderita.”
Beberapa hari kemudian Raja Bone tiba di Negeri Luwu.
Raja Bone : ”Maksud kedatangan saya kesini sebenarnya ingin melamar Putri Tandampalik, apakah lamaran saya dapat anda terima.”

Datu Luwu : ”Begini tuan, saya tau maksud tuan baik. Tapi saya masih belum dapat menentukan keputusan.”
Raja Bone mengerti dan pulang kembali ke negerinya. Keesokan harinya terjadi kegemparan di negeri Luwu. Putri Tandampalik jatuh sakit. Sekujur tubuhnya mengeluarkan cairan kental yang berbau anyir dan sangat menjijikkan.
Pemaisuri : ”Oh anakku, apa yang terjadi padamu, mengapa kamu menjadi seperti ini?”
Datu Luwu : ”Kita harus segera bertindak dinda, kita harus mengasingkannya jangan sampai semua rakyat tertular.

Anakku apa kau bersedia?”
Putri Tandampalik : ”Baiklah, Aku bersedia ayah, semua akan kulakukan demi rakyat negeri yang kucintai ini.”
Datu Luwu : ”Putriku, kuberikan keris pusaka ini kepadamu, ini tanda bahwa kami tidak membuangmu. Terimalah!”
Setelah berbulan-bulan berlayar tanpa tujuan, akhirnya mereka menemukan sebuah pulau. . Seorang pengawal menemukan buah Wajao saat pertama kali menginjakkan kakinya di tempat itu.
Pengawal : ”Putri….Putri…., hamba menemukan ini, ini adalah buah wajao.”

Putri Tandampalik : ”Kalau begitu Pulau ini aku beri nama Wajo dan kita akan membuka kehidupan baru di pulau ini.
Pada suatu hari Putri Tandampalik duduk di tepi danau. Tiba-tiba seekor kerbau putih menghampirinya. Kerbau bule itu menjilatinya dengan lembut.
Putri Tandampalik : ”Hey kerbau yang manis pergilah dari sini!”
Tetapi sang Kerbau tidak pergi dan terus menjilati sang Putri, ajaib luka di kulit sang putri hilang.

Putri Tandampalik : ”Hah…..apa yang terjadi, Mengapa tiba-tiba kulitku kembali
Putri Tandampalik : ”Sejak saat ini kuminta kalian jangan menyembelih atau memakan kerbau bule, karena hewan ini telah membuatku sembuh,”
Dan akhirnya kerbau bule hidup di Wajo dengan aman. suatu malam, Putri Tandampalik bermimpi didatangi oleh seorang pemuda yang tampan.
Putra Mahkota : “Siapakah namamu dan mengapa putri secantik dirimu bisa berada di tempat seperti ini?”

Putri Tandampalik : “Wahai pemuda, siapa dirimu dan dari mana asalmu?”
Putra Mahkota : ”Sebelum aku menjawab maukah kau menjadi istriku?”
Sebelum Putri Tandampalik sempat menjawab, ia terbangun dari tidurnya.. Sementara, nun jauh di Bone, Putra Mahkota Kerajaan Bone sedang asyik berburu. Ia ditemani oleh Anre Pguru Pakanranyeng. Saking asyiknya berburu, Putra Mahkota terpisah dari rombongan dan tersesat di hutan. Di kejauhan, ia melihat seberkas cahaya.

Putra Mahkota : ”Disana ada cahaya, mungkin saja disana ada orang yang bisa menolongku.”
Betapa terkejutnya ia ketika melihat seorang gadis cantik sedang menjerang air di dalam rumah itu. Gadis cantik itu tidak lain adalah Putri Tandampalik.
Putra Mahkota : “Mungkinkah ada bidadari di tempat asing begini?”
Putri Tandampalik : (Berbalik)”Rasanya dia pemuda yang ada di mimpiku.”

Putra Mahkota : ”Perkenalkan aku, Putra Mahkota Kerajaan Bone dan engkau siapa?”
Putri Tandampalik : ”(tersendat)Aku Putri Tandampalik dari kerajaan Luwu.”
Setelah beberapa hari tinggal di desa tersebut, Putra Mahkota kembali ke negerinya karena banyak kewajiban yang harus diselesaikan di Istana Bone. Namun setibanya ia di Bone ia selalu termenung dan memikirkan Putri Tandampalik.

Putra Mahkota : ”Rasanya aku ingin tinggal dan menetap di Wajo bersama Putri Tandampalik.”
Anre Guru Pakanyareng segera menghadap Raja Bone dan menceritakan semua kejadian yang mereka alami di pulau Wajo.
Anre Guru Pakanyareng : “Hamba mengusulkan Paduka segera melamar Putri Tandampalik,”
Datu Bone : ”Saya sangat setuju, sampaikanlah kepada Putra Mahkota untuk berangkat ke pulau Wajo untuk melamar Putri Tandampalik.”

Anre Guru Pakanyareng : ”Baik, Paduka hamba akan menyampaikannya.”
Putra Mahkota : ”Sungguh, apa kau tak bercanda?”
Anre Guru Pakanyareng : ”Benar, pangeran! Paduka Raja ingin pangeran segera melamar putri tandampalik.”
Putra Mahkota : ”Kalau begitu persiapkan seluruh kebutuhan yang akan ku bawa ke negeri Wajo!”
Anre Guru Pakanyareng : ”Baik pangeran!”

Putra Mahkota tiba di Pulau Wajo.
Putra Mahkota : “Dinda Putri Tandampalik, maksud kedatanganku kesini ingin melamarmu, apakah engkau bersedia dinda????”
Putri Tandampalik : “Begini saja, antarkan keris pusaka ini ke kerajaan Luwu, jika keris ini diterima dengan baik maka lamaranmu diterima

Baca Juga :  Kota Utama Di Jepang

Putra Mahkota : ”Apa saja akan kulakukan untukmu dinda.”
Perjalanan berhari-hari dijalani oleh Putra Mahkota dengan penuh semangat. Setelah sampai di Kerajaan Luwu, ia menyerahkan keris itu dan menceritakan pertemuannya dengan putri Tandampalik kepada Datu Luwu.

Putra Mahkota : (Sujud)”Terimalah sujud sembahku, aku Putra mahkota kerajaan Bone. Kedatangan ku kesini untuk menyerahkan keris ini dan melamar putri Tandampalik.”
Datu Luwu : ”Bagaimana engkau bisa, bertemu dengan anakku?”
Putra Mahkota : ”Saya bertemu dengan putri Tadampalik di Negeri Wajo, dia memberikan keris ini padaku untuk diberikan kepada Raja Luwu, ayahanda Putri Tandampalik. Jika keris ini diterima dengan baik maka lamaranku diterima.”
Datu Luwu : ”Bagaimana ini dinda?”

Permaisuri : ”Saya sangat suka dengan seorang pemuda yang gigih, bertutur kata lembut, sopan dan penuh semangat, baiklah saya menerima keris itu.”
Putra Mahkota : ”Berarti lamaran saya diterima?”
Raja Luwu : ”Ya benar, lamaran mu diterima.”

Tanpa menunggu lama, Datu Luwu dan permaisuri datang mengunjungi Negeri Wajo untuk bertemu dengan anaknya. Pertemuan Datu Luwu dan anak tunggal kesayangannya sangat mengharukan. Datu Luwu dan Permaisuri merasa bersalah telah mengasingkan anaknya, sehingga permaisuri meminta maaf pada Putri Tadampalik. Akhirnya Putri Tandampalik menikah dengan Putra Mahkota Bone dan dilangsungkan di Pulau Wajo. Beberapa tahun kemudian, Putra Mahkota naik tahta. Beliau menjadi raja yang arif dan bijaksana.

Putri Tandampalik

Cerita Putri Tandampalik

Alkisah Pada Zaman Dahulu Kala, di sebuah daerah di Provinsi Sulawesi Selatan, Ada sebuah kerajaan yang bernama Kerajaaan Luwu. Kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang raja atau datu yang bernama La Busatana Datu Maongge, atau sering dipanggil Raja Luwu atau Datu Luwu. Dua adalah seorang raja yang adil, arif dan bijaksana, sampai rakyatnya hidup makmur dan sentosa. Datu Luwu memiliki seorang putri yang cantik jelita dan berperangai baik, namanya Putri Tandampalik. Berita kecantikan dan sifat baiknya tersebar sampai ke berbagai negeri di Sulawesi Selatan.

Pada suatu hari, Raja Bone mau menikahkan putranya dengan Putri Tandampalik. DIa pun mengutus beberapa pengawal istana ke Kerajaan Luwu untuk melamar sang Putri. Setibanya di istana Luwu, utusan itu disambut dengan ramah oleh Datu Luwu. Ampun, Baginda! Kami ialah utusan Raja Bone,lapor seorang utusan sambil memberi hormat kepada Datu Luwu. Kalau boleh aku tahu, ada apa kalian diutus oleh Raja kalian ke istana kami?, kata Datu Luwu dengan penuh wibawa. Ampun, Baginda! Perkenankanlah kami untuk menyampaikan lamaran Raja Bone untuk putranya pada putri Baginda yang bernama Putri Tandampalik, kata utusan itu.

Mendengar lamaran tersebut, Datu Luwu terdiam sejenak. DIa bingung untuk mengambil keputusan, menerima atau menolaknya, karena dalam adat Kerajaan Luwu, seorang gadis Luwu tidak dibenarkan menikah dengan pemuda dari negeri lain. Akan tetapi, kalau lamaran itu ditolak, dia khawatir akan terjadi perang yang sangat dahsyat antara 2 kerajaan, sehingga bisa membuat rakyat menderita. Sesudah beberapa saat berpikir, Datu Luwu masih kebingungan untuk memberikan jawaban.

Wahai, Utusan! Perlu jay ketahui, bahwa di Kerajaan Luwu ini ada sebuah hukum adat, yakni seorang putri Luwuk tak boleh menikah dengan pemuda dari negeri lain. Untuk itu, tolong sampaikan pada raja kalian, agar aku diberi waktu beberapa hari untuk memikirkan lamarannya itu, kata Datu Luwu. Utusan Raja Bone memahami serta mengerti keputusan Datu Luwu. Mereka juga kembali ke Kerajaan Bone untuk menyampaikan berita itu pada Raja Bone.

Besoknya, tiba-tiba negeri Luwu kaget. Putri Tandampalik terserang penyakit kusta. Seluruh tubuhnya mengeluarkan cairan kental yang berbau anyir dan sangat menjijikkan. Para tabib istana mengatakan bahwa Putri Tandampalik terserang penyakit menular yang amat berbahaya. Berita mengenai musibah yang menimpa sang Putri sudah tersebar ke seluruh negeri. Rakyat negeri Luwu sangat bersedih atas penyakit yang diderita oleh sang Putri yang mereka cintai tersebut.

Setelah berpikir dan menimbang-nimbang, Datu Luwu memutuskan untuk mengasingkan putrinya ke sebuah tempat yang jauh. DIa khawatir penyakit putrinya akan menular ke seluruh rakyatnya. Putriku! Demi keselamatan seluruh rakyat di negeri ini, relakah kamu kalau Ayah mengasingkanmu ke daerah lain? tanya Raja Luwu pada putrinya. Kalau itu adalah jalan yang terbaik, Ananda menerima keputusan Ayah dengan senang hati, jawab sang Putri menerima keputusan ayahnya dengan tulus.

Dengan berat hati, Datu Luwu terpaksa mesti berpisah dengan putri yang sangat dicintainya itu. Berangkatlah sang Putri dengan perahu dengan beberapa pengawal istana. Sebelum berangkat, Datu Luwu memberikan sebuah keris pusaka kepada Putri Tandampalik sebagai tanda bahwa dia tidak pernah melupakan, apalagi membuang anaknya. Sesudah mempersiapkan semua perbekalan yang dibutuhkan, berangkatlah mereka ke sebuah daerah yang jauh dari Kerajaan Luwu. Berbulan-bulan telah mereka berlayar tanpa arah dan tujuan.

Pada suatu hari, terlihatlah sebuah pulau dari kejauhan. Lihat, Tuan Putri! kata seorang pengawal sambil menunjuk ke arah pulau itu. Akhirnya, kita pun menemukan pulau, kata sang Putri dengan perasaan lega. Para pengawal pun semakin cepat mengayuh perahunya mendekati pulau tersebut. Wah, indah sekali pemandangan pulau itu. Sepertinya pulau itu belum dipenghuni oleh manusia, kata pengawal yang lain dengan kagum.

Baca Juga :  Fungsi Pers

Tak berapa lama, sampailah mereka di pulau tersebut. Seorang pengawal yang lebih dahulu menginjakkan kakinya di pulau itu lalu menemukan buah wajao. Pengawal itu lalu memetik beberapa biji buah wajao untuk sang Putri. Pulau ini kuberi nama Pulau Wajo , ucap sang Putri saat menerima buah itu. Sejak saat itu, Putri Tandampalik dan pengawalnya memulai kehidupan baru. Mereka hidup dengan penuh kesederhanaan. Walaupun demikian, mereka tetap bekerja keras penuh dengan semangat dan gembira. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, tak terasa 1 tahun sudah mereka ada di tempat itu.

Suatu ketika, Putri Tandampalik duduk di tepi danau yang ada di tengah pulau itu. Tiba-tiba seekor kerbau putih menghampiri serta menjilati kulit sang Putri dengan lembut. Semula, sang Putri mau mengusirnya Tetapi, hewan itu tampak jinak serta terus menjilatinya. Akhirnya, dia diamkan saja. Sungguh ajaib! Sesudah berkali-kali dijilat oleh kerbau itu, kulit sang Putri yang mengeluarkan cairan tiba-tiba hilang tak berbekas. Kulit sang Putri kembali halus, mulus serta bersih seperti sediakala.

Sang Putri terharu dan bersyukur kepada Tuhan, karena penyakitnya sudah sembuh. Dia lalu berpesan pada para pengawalnya, Mulai saat ini, aku minta kalian untuk tak menyembelih atau memakan kerbau putih yang ada di pulau ini, karena hewan itu sudah menyembuhkan penyakitku. Permintaan sang Putri tersebut langsung dipenuhi oleh seluruh pengawalnya. Sampai sekarang, kerbau putih yang ada di Pulau Wajo dibiarkan hidup bebas serta beranak pinak. Lalu oleh masyarakat setempat, kerbau putih itu disebut sebagai sakkoli.

Pada suatu ketika, pulau Wajo kedatangan serombongan pemburu. Mereka ialah Putra Mahkota Kerajaan Bone yang didampingi oleh Anreguru Pakanranyeng, Panglima Kerajaan Bone, serta beberapa pengawalnya. Saking asyiknya berburu, Putra Mahkota Raja Bone tak sadar kalau dia sudah terpisah dari rombongannya dan tersesat di hutan. Dia terus berteriak memanggil panglima dan para pengawalnya. Panglimaaa…! Pengawaaal…! Aku di sini, kalian di mana…? Berkali-kali sang Putra Mahkota berteriak, tapi tidak ada jawaban. Menjelang malam, Dia pun memutuskan untuk berstirahat di bawah sebuah pohon besar, karena kelelahan seharian berburu.

Malam semakin larut, Putra Mahkota tidak bisa memejamkan matanya. Suara-suara binatang malam membuatnya terus terjaga dan gelisah. Di tengah gelapnya malam, tiba-tiba dia melihat seberkas cahaya dari kejauhan. Semakin lama, pancaran cahaya itu semakin terang dia sangat penasaran mau mengetahuinya. Dia lalu memberanikan diri untuk mencari sumber cahaya itu. Dengan tertatih-tatih, Putra Mahkota berusaha berjalan mengikuti kaki melangkah melewati gelapnya malam.

Akhirnya, sampailah dia di sebuah perkampungan yang ramai olej rumah-rumah penduduk. Setelah dia memasuki perkampungan itu, sumber cahaya itu semakin jelas ada di sebuah rumah yang terlihat kosong. Dengan melangkah pelan-pelan, Putra Mahkota mendekati dan memasuki rumah tersebut. Alangkah terkejutnya dia saat melihat seorang gadis yang cantik sekali seperti bidadari sedang menjerang (memasak) air di dalam rumah itu. Gadis cantik itu tidak lain ialah Putri Tandampalik. Ya, Tuhan! Mimpikah aku ,Selama hidupku, baru kali ini aku melihat gadis secantik dia, ucap Putra Mahkota dalam hati dengan perasaan kagum.

Putri Tandampalik yang merasa kedatangan tamu, tiba-tiba menoleh kebelakang. Sang Putri tergagap, Tampan sekali pemuda ini. Namun, siapa dia dan dari mana asalnya? Sepertinya dia bukan berasal dari sini, kata sang Putri dalam hati. Lalu mereka berdua berkenalan. Dalam waktu singkat, keduanya pun sudah akrab. Putri Tandampalik sangat kagum oleh kehalusan tutur bahasa Putra Mahkota.

Walau dia seorang calon raja, dia sangat sopan dan rendah hati. Sebaliknya, untuk Putra Mahkota, Putri Tandampalik merupakan seorang gadis yang anggun dan tidak sombong. Kecantikan dan penampilannya yang sederhana membuat Putra Mahkota kagum serta langsung menaruh hati. Tapi, Putra Mahkota tidak dapat berlama-lama di Pulau Wajo menemani Putri Tandampalik, karena dia harus kembali ke negerinya untuk menyelesaikan beberapa kewajibannya di Istana Bone.

Sejak perjalanan dari Pulau Wajo hingga ke Kerajaan Bone, Putra Mahkota selalu teringat kepada wajah cantik Putri Tandampalik Ingin rasanya Putra Mahkota tinggal di Pulau Wajo. Anreguru Pakanyareng yang lebih dulu sampai di negeri Bone sesudah berpisah dengan Putra Mahkota di Pulau Wajo, mengetahui apa yang dirasakan oleh putra rajanya itu. Dia sering melihat Putra Mahkota duduk termenung seorang diri di tepi telaga.

Oleh karena tidak mau melihat tuannya terus bersedih, maka Anreguru Pakanyareng langsung menghadap dan menceritakan semua kejadian yang pernah mereka alami di Pulau Wajo. Ampun, Baginda Raja! Hamba mengusulkan supaya Paduka Raja langsung melamar Putri Tandampalik, kata Anreguru Pakanyareng. Sesudah mendengar semua cerita dan usulan Anreguru itu, Raja Bone segera mengutus beberapa pengawalnya mendampingi Putra Mahkota untuk melamar Putri Tandampalik yang sedang di Pulau Wajo.

Setibanya di pulau itu, Putri Tandampalik tak langsung menerima lamaran Putra Mahkota. DIa hanya memberikan keris pusaka Kerajaan Luwu yang diberikan ayahnya saat dia diasingkan. Maaf, Tuan-tuan! Aku belum dapat menerima lamaran kalian. Bawalah keris ini pada Ayahandaku. Kalau Ayahandaku menerima keris ini berarti lamaran kalian diterima, kata sang Putri seraya menyerahkan keris pusaka tersebut.

Baca Juga :  Makna Semboyan Dari Tut Wuri Handayani dan Sejarahnya Lengkap

Sesudah bermusyawarah dengan pengawalnya, Putra Mahkota memutuskan untuk berangkat sendiri ke Kerajaan Luwu. Perjalanan berhari-hari dia jalani penuh dengan semangat. Sesampainya di Kerajaan Luwu, Putra Mahkota menceritakan pertemuannya dengan Putri Tandampalik serta menyerahkan keris pusaka itu pada Datu Luwu.

Datu Luwu dan permasuri sangat gembira mendengar berita baik itu. Datu Luwu sangat kagum dengan perangai Putra Mahkota. Datu Luwu merasa bahwa Putra Mahkota merupakan seorang pemuda yang gigih, bertutur kata lembut, sopan dan penuh semangat. Tanpa berpikir panjang lagi, Datu Luwu menerima keris pusaka tersebut dengan tulus. Hal ini artinya bahwa lamaran Putra Mahkota diterima. Tanpa menunggu lama, Datu Luwu dan permaisuri datang mengunjungi Pulau Wajo untuk menemui putri kesayangannya itu. Pertemuan Datu Luwu dengan putri tunggalnya amat mengharukan.

Maafkan Ayah, Nak! Ayah sudah membuangmu ke tempat ini, Datu Luwu minta maaf sambil memeluk putrinya. Tidak, Ayah! Justru Ayah harus bersyukur, karena rakyat Luwu terhindar dari penyakit menular yang menimpa diriku, ucap Putri Tandampalik.

Beberapa hari berlalu, Putri Tandampalik menikah denganPutra Mahkota Raja Bone di Pulau Wajo. Pesta pernikahan mereka berlansung amatmeriah. Seluruh keluarga dari 2 Kerajaan Besar di Sulawesi Selatan itu sangatgembira dengan pernikahan itu. Putri Tandampalik dan Putra Mahkota hidupbahagia. Beberapa tahun kemudian, Putra Mahkota laluu naik tahta. Dua menjadiraja yang arif dan bijaksana.


Dongen Putri Tandampalik

Di Sulawesi, berdiri kerajaan Negeri Luwu yang diperintah oleh seorang raja yang jujur dan berani. Namanya La Busatana Datu Maongge. Ia akrab dipanggil Raja atau Datu Luwu. Ia terkenal arif dan bijaksana.
Datu Luwu mempunyai seorang anak perempuan yang sangat cantik, namanya Putri Tandampalik. Kecantikan dan perilakunya telah tersohor. Berita itu pun sampai ke Kerajaan Bone.
Raja Bone pun berniat untuk menikahi Putri Tandampalik dengan putra mahkotanya. Lalu Raja Bone pun mengutus perwiranya untuk menemui Datu Luwu dan melamar Putri Tandampalik.

Kabar itu membuat Datu Luwu bimbang, sebab tidak dibenarkan menikah dengan pemuda dari negeri lain. Tapi bila ditolak, Datu Luwu khawatir akan terjadi perang dan rakyat menjadi menderita.
Akhirnya Datu Luwu pun menerima pinangan tersebut. Datu Luwu menerima utusan tersebut dengan baik. Namun keesokan harinya, Putri Tandampalik jatuh sakit. Sekujur tubuhnya mengeluarkan cairan kental yang menjijikan. Dan akhirnya Putri Tandampalik diungsikan ke sebuah pulau yang bernama Pulau Wajo.

Datu Luwu memberikan sebuah keris kepada Putri Tandampalik sebagai tanda bahwa Datu Luwu tidak akan melupakan anaknya.
Ketika sang Putri sedang duduk ditepi danau, tiba – tiba ada seekor kerbau putih yang menghampirinya. Putri Tamdampalik kaget karena sang kerbau tiba – tiba menjilatinya. Dan seketika cairan di tubuh sang putri pun hilang dan kulitnya kembali mulus setelah dijilati oleh sang kerbau. Sejak saat itu sang Putri pun memerintah para pengikutnya untuk tidak menyembelih kerbau.

Pada suatu malam, Putri Tandampalik bermimpi ada seorang pria tampan menghampirinya, dan berkata,
“ Siapakah namamu dan mengapa putri secantik kamu bisa berada di pulau seperti ini? “
Lalu sang Putri pun menceritakan semuanya, lalu bertanya kepada pemuda itu,
“ Siapakah dirimu dan dari mana asalmu? “
Sang pemuda pun tidak menjawab, dan balik bertanya,
“ Maukah kau menjadi istriku? “
Lalu sang Putri pun terbangun dari tidurnya.

Sementara sang Putra Mahkota sedang asyik berburu dan akhirnya dia terpisah dari rombongannya, akhirnya dia tersesat di sebuah hutan yang dikelilingi oleh banyak binatang liar.
Malam semakin larut, dan akhirnya sang Putra Mahkota memberanikan diri untuk pergi ke sebuah rumah yang berada di sekitar hutan. Dan ternyata di dalam rumah itu ada seorang putri cantik yang tidak lain adalah Putri Tandampalik. Dalam hati Putri Tandampalik berkata, “ Rasanya ialah pemuda yang ada dalam mimpiku. “
Akhirnya mereka makin lama semakin akrab. Pada suatu saat, sang Putra Mahkota pun berkata,
“ Maukah kau menjadi istriku? “

Putri Tandampalik pun menjawab,
“ Serahkan keris ini kepada Datu Luwu, bila keris ini diterima, maka lamaranmu saya terima.”

Dan akhirnya sang Putra Mahkota menemui Datu Luwu, dan ia pun menerima keris tersebut. Berarti lamaran sang Putra Mahkota pun diterima oleh Putri Tandampalik. Dan akhirnya mereka pun hidup bahagia.


Pesan Moran Cerita Tandampalik

Pesan moral dari Cerita Rakyat Kisah Putri Tandampalik adalah kita harus bisa ikhlas bila menerima cobaan dan ujian dari Tuhan karena cobaan tersebut tidak akan melebihi kesanggupan kita


Tokoh-Tokoh Putri Tandmpalik

  • Putri tandampali
  • pangeran
  • Raja bone dan Raja luwu
  • Isteri raja bone dan Isteri raja luwu
  • Orang kepercayaan kerajaan bone
  • Pengawal bone dan luwu
  • Tabit kerajaan
  • Pelayan lerajaan

demikianlah artikel dari duniapendidikan.co.id mengenai Cerita Putri Tandampalik : Sejarah, Naskah Drama, Dongen, Pesan Moral, Tokoh Utama, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semuanya.

Posting pada SD