Pengertian Anus

Diposting pada
pengertian anus

Pengertian Anus

Anus adalah bagian terakhir dari suatu sistem pencernaan pada manusia dan hewan. Anus yang juga sering disebut dengan dubur yang merupakan perpanjangan dari rektum yang terletak di luar tubuh. Terbuka atau tertutupnya anus diatur  otot sfingter.


Fungsi Anus

Fungsi Utama anus ialah Sebagai bagian dari Sistem Pencernaan. Anus berfungsi sebagai organ pencernaan terakhir yang merupakan tempat dikeluarkannya feses dari keluar tubuh. Feses (Kotoran) yang tak diperlukan dibuang lewat proses defekasi (Buang Air Besar).


Struktur Anus

Kulit di sekitar anus adalah kulit berkeratin yang dilapisi oleh epitel skuamos stratified serta mempunyai komponen kulit rambut halus, kelenjar keringat, kelenjar sebasea, serta nervus somatik (sensitif pada nyeri), tanpa komponen kulit itu maka kulitnya terlihat mirip lapisan sel epitel kuboid. Saluran anal memiliki panjang sekitar 2 – 4,5 cm, dikelilingi oleh otot berbentuk seperti cincin yang disebut sfingter anal internal serta sfingter anal eksternal. Saluran tersebut dilapisi oleh membran mukosa, bagian atas saluran ini mempunyai sel yang menghasilkan sekret guna mempermudah feses keluar dari tubuh.


Bagian-bagian Anus


  • Anal Canal

Anal Canal (Kanalis Anal) ialah sebuah saluran dengan panjang sekitar 4 cm yang dikelilingi dari sfingter anus. Bagian atasnya dilapisi dari mukosa glandular rektal. Fungsi Kanal ini ialah sebagai penghubung antara rektum pada bagian luar tubuh.

Baca Juga :  Contoh Konflik Sosial di Masyarakat


  • Rektum

Rektum sebenarnya adalah organ yang berbeda dengan anus. Rektum adalah ruangan dengan panjang sekitar 12 – 15 cm yang ada setelah kolon (usus besar). Fungsi rektum ialah untuk menampung feses sementara, saat rektum sudah penuh, maka dinding rektum akan memberikan impuls (rangsangan) ke otak sehingga timbul keinginan buang air besar (defekasi)


  • Sfingter Anal Internal

Sfingter anal internal ialah jaringan otot polos yang mengelilingi 2,5 cm pada bagian kalis anal. Sfingter anal internal memiliki ketebalan sekitar 5 mm, karena disusun oleh serat otot polos, maka kerja dari sfingter ini berlangsung secara tidak sadar serta tidak bisa dikontrol. Fungsi dari sfingter anal interlan ialah untuk mengatur pengeluaran feses saat buang air besar supaya feses tidak kembali masuk ke usus.


  • Sfingter Anal Eksternal

Sfingter Anal Eksternal adalah jaringan otot rangka (lurik) berbentuk elips yang melekat di dinding anus. Panjangnya adalah sekitar 8 – 10 cm. Fungsi dari sfingter anal eksternal ialah untuk membuka serta menutup kanalis anal. Karena disusun oleh otot rangka (lurik) maka kerja dari sfingter ini ialah secara sadar. Otot itulah yang membuat kita bisa menahan proses defekasi (Buang Air Besar) untuk sementara.


  • Pectinate Line

Pectinate Line adalah garis yang berfungsi sebagai garis pembagi antara 2/3(atas) dengan bagian sepertiga (bawah) anus. Fungsi dari Pectinate line termasuk penting sebab bagian yang dipisahkan olehnya membuanya struktur serta fungsi yang berbeda.


  • Kolom Anal

Kolom Anal atau yang juga sering disebut dengan Kolom Morgagni merupakan beberapa lipatan membran mukosa dan serat otot. Nama Morgagni’s diambil dari penemunya yakni Giovanni Battista Morgagni.


Penyebab Atresia Rekti dan Anus

Penyebab secara pasti atresia rekti dan anus belum diketahui, namun ada sumber mengatakan kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik. Pada kelainan bawaan anus umumnya tidak ada kelainan rectum, sfingter, dan otot dasar panggul. Namun demikian pada agenesis anus, sfingter internal mungkin tidak memadai. Orang tua yang mempunyai gen carrier penyakit ini mempunyai peluang sekitar 25% untuk diturunkan pada anaknya saat kehamilan.

Baca Juga :  Definisi Konstitusi Menurut Para Ahli

30% anak yang mempunyai sindrom genetik, kelainan kromosom atau kelainan congenital lain juga beresiko untuk menderita atresia rekti dan anus. Sedangkan kelainan bawaan rectum terjadi karena gangguan pemisahan kloaka menjadi rectum dan sinus urogenital sehingga biasanya disertai dengan gangguan perkembangan septum urorektal yang memisahkannya.


Klasifikasi Atresia Rekti dan Anus

Secara fungsional, pasien atresia rekti dan anus dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu :

  1. Yang tanpa anus tetapi dengan dekompresi adekuat traktus gastrointestinalis dicapai melalui saluran fistula eksterna. Kelompok ini terutma melibatkan bayi perempuan dengan fistula rectovagina atau rectofourchette yang relatif besar, dimana fistula ini sering dengan bantuan dilatasi, maka bisa didapatkan dekompresi usus yang adekuat sementara waktu.
  2. Yang tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adekuat untuk jalan keluar tinja. Pada kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untuk menghasilkan dekompresi spontan kolon, memerlukan beberapa bentuk intervensi bedah segera.

Gejala Klinis Atresia Rekti dan Anus


  1. Kegagalan lewatnya mekonium setelah bayi lahir
  2. Tidak ada atau stenosis (penyempitan) kanal rectal
  3. Bayi tidak dapat buang air besar sampai 24 jam setelah lahir
  4. Gangguan intestinal, pembesaran abdomen, pembuluh darah di kulit abdomen akan terlihat menonjol
  5. Bayi muntah – muntah pada usia 24 – 48 jam setelah lahir
  6. Cairan muntahan akan dapat berwarna hijau karena cairan empedu juga berwarna hitam kehijauan yang disebabkan tercampurnya dengan mekonium.

Demikianlah artikel dari duniapendidikan.co.id tentang Pengertian Anus : Fungsi, Struktur, Bagian, Penyebab Atresia Rekti, Klasifikasi, dan Gejala Klinis, semoga bermanfaat

Posting pada SD