Pengertian Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang setiap baitnya terdiri dari 4 baris yang didalamnya terdapat sampiran dan isi.
Kata “pantun” sendiri berasal dari bahasa Minangkabau yakni “panutun” yang artinya “petuntun”. Lalu didalam bahasa Jawa, pantun dikenal sebagai parikan, didalam bahasa Sunda dikenal sebagai “paparikan” sementara didalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa.
Sejarah Pantun
Pada mulanya pantun merupakan senandung atau puisi rakyat yang dinyanyikan (Fang, 1993: 195). Pantun pertama kali muncul dalam Sejarah Melayu dan hikayat-hikayat popular yang sezaman dan disisipkan dalam syair-syair seperti Syair Ken Tambuhan. Pantun dianggap sebagai bentuk karma dari kata Jawa Parik yang berarti pari, artinya paribahasa atau peribahasa dalam bahasa Melayu.
Arti ini juga berdekatan dengan umpama atau seloka yang berasal dari India. Dr. R. Brandstetter mengatakan bahwa kata pantun berasal dari akar kata tun, yang terdapat dalam berbagai bahasa Nusantara, misalnya dalam bahasa Pampanga, tuntun yang berarti teratur, dalam bahasa Tagalog ada tonton yang berarti bercakap menurut aturan tertentu; dalam bahasa Jawa kuno, tuntun yang berarti benang atau atuntun yang berarti teratur dan matuntun yang berarti memimpin; dalam bahasa Toba pula ada kata pantun yang berarti kesopanan, kehormatan.
Van Ophuysen dalam Hamidy (1983: 69) menduga pantun itu berasal dari bahasa daun-daun, setelah dia melihat ende-ende Mandailing dengan mempergunakan daun-daun untuk menulis surat-menyurat dalam percintaan. Menurut kebiasaan orang Melayu di Sibolga dijumpainya kebiasaan seorang suami memberikan ikan belanak kepada istrinya, dengan harapan agar istrinya itu beranak.
Sedangkan R. J. Wilkinson dan R. O. Winsted dalam Hamidy (1983:69) menyatakan keberatan mengenai asal mula pantun seperti dugaan Ophuysen itu. Dalam bukunya “Malay Literature” pertama terbit tahun 1907, Wilkinson malah balik bertanya, ‘tidakkah hal itu harus dianggap sebaliknya?’. Jadi bukan pantun yang berasal dari bahasa daun-daun, tetapi bahasa daun-daunlah yang berasal dari pantun.
Syarat-syarat Pantun
Menurut Effendy (1983:28), syarat-syarat dalam pantun adalah:
- Tiap bait terdiri dari empat baris
- Tiap baris terdiri dari empat atau lima kata atau terdiri dari delapan atau sepuluh suku kata
- Sajaknya bersilih dua-dua: a-b-a-b. dapat juga bersajak a-a-a-a.
- Sajaknya dapat berupa sajak paruh atau sajak penuh
- Dua baris pertama tanpa isi disebut sampiran, dua baris terakhir merupakan isi dari pantun itu.
Ciri-ciri Pantun
-
Tiap Bait Terdiri atas Empat Baris
BIla prosa mengenal ada paragraf untuk tiap rangkaian kalimat yang berada dalam 1 gagasan utama, Puisi lebih akrab menyebutnya sebagai bait. Tiap bait biasanya berisi rangkaian kata-kata yang berada dalam satu gagasan dan biasanya memiliki ciri khas tersendiri bergantung jenis puisinya.
Khusus untuk pantun, puisi lama yang satu ini mempunyai ciri khas kuat, yakni tiap baitnya terdiri atas 4 baris. Barisan kata-kata pada pantun biasa disebut dengan larik.
-
8-12 Suku Kata di Tiap Baris
Mulanya pantun cenderung tak dituliskan, melainkan disampaikan secara lisan. Karena itulah, tiap baris pada pantun dibuat sesingkat mungkin, tapi tetap padat isi. Oleh karena itu, tiap baris pada pantun biasanya terdiri atas 8—12 suku kata.
-
Memiliki Sampiran dan Isi
Salah satu keunikan pantun yang membuatnya menjadi sangat mudah diingat ialah jenis puisi lama yang satu ini tidak hanya padat berisi, melainkan juga mempunyai pengantar yang puitis sampai terdengar jenaka. Pengantar itu biasanya tidak berhubungan dengan isi, tapi menjabarkan tentang peristiswa ataupun kebiasaan yang terjadi di masyarakat. Pengantar isi pantun inilah yang sering dikenal sebagai sampiran.
Untuk masalah penempatannya di dalam pantun, sampiran akan selalu berada di baris ke-1 dan ke-2. Sedangkan , isi pantun menyusul di posisi baris ke-3 sampai ke-4.
-
Bersajak a-b-a-b
Sajak merupakan kesamaan bunyi yang ada dalam puisi. Pada umumnya jenis puisi lama kental akan rima, termasuk dengan pantun. Khusus untuk pantun, jenis puisi yang satu ini mempunyai ciri khas yang begitu kuat, yakni bersajak adalah a-b-a-b.
Yang dimaksud dengan sajak a-b-a-b ialah ada kesamaan bunyi antara baris ke-1 dengan ke-3 pantun dan baris ke-2 dengan baris ke-4. Jadi, kesamaan bunyi pada pantun selalu ada antara sampiran dan isi.
Fungsi Pantun
- Sebagai alat pemelihara bahasa dimana perannya sebagai penjaga fungsi kata serta kemampuan menjaga alur berpikir.
- Melatih seseorang untuk berpikir dahulu tentang sebuah makna kata sebelum berujar atau berucap.
- Berguna didalam pergaulan dimana biasanya kemampuan berpantun dihargai secara sosial.
- Melatih cara berpikir asosiatif dimana sebuah kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lainnya.
- Menunjukkan kecepatan seseorang dalam hal berpikir serta bermain-main dengan kata-kata.
- Sebagai alat dalam penyampaian pesan.
- Sebagai penjaga dan media kebudayaan utnuk memperkenalkan serta menjaga nilai-nilai masyarakat. Hal tersebut berdasarkan pada filosofi pantun yakni “Adat berpantun, pantang melantun” yang mengisyarakat bahwasanya pantun sangat erat hubungannya dengan nilai-nilai sosial dan bukanlah imajinasi semata.
Macam-macam Pantun
Pantun banyak macamnya, pantun nasihat, orang tua, anak-anak, bahkan muda-mudi. Isi dari pantun menerangkan maksud dan tujuan kepada si pendengar. Di bawah ini beberapa contoh pantun:
-
Pantun Anak-Anak
Contoh :
Elok rupanya si kumbang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang
-
Pantun Orang Muda
Contoh :
Ikan duyung di laut biru
Ikan impian dalam kenangan
Ada kabar adinda rindu
Lewat laut pun kanda berenang
-
Pantun Orang Tua
Contoh :
Asam kandis asam gelugur
Kedua asam riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang
-
Pantun Jenaka
Contoh :
Elok rupanya pohon belimbing
Tumbuh dekat pohon mangga
Elok rupanya berbini sumbing
Biar marah tertawa juga
-
Pantun Teka Teki
Contoh :
Kalau puan, puan cemara
Ambil gelas di Dallam peti
Kalau tuan bijak laksana
Binatang apa tanduk di kaki
-
Pantun Agama
Misi gereja di hari minggu
Sembahyang di mesjid hari jumat
Manusia pasti bersatu
Kalau Tuhan member rahmat
-
Pantun Pengiring Lagu
Pantun dapat digunakan Dallam nyanyian, diantaranya adalah:
Ayam jago jangan diadu
Kalau diadu jenggernya merah
Baju ijo jangan diganggu
Kalau diganggu yang punya marah
Jenis Pantun
-
Pantun Nasihat
Pada dasarnya, pantun dibuat untuk memberi imbauan dan anjuran pada seseorang maupun masyarakat. Sebab itu, tema isi pantun yang paling sering didengar berjenis pantun nasihat. Pantun yang satu ini mempunyai isi yang bertujuan menyampaikan pesan moral dan didikan.
-
Pantun Jenaka
Sesuai namanya, jenis pantun yang satu ini memang mempunyai kandungan isi yang lucu serta menarik. Tujuannya tak lain untuk memberi hiburan pada orang yang mendengar maupun membacanya. Tidak jarang pula, pantun jenaka dipakai untuk menyampaikan sindiran akan kondisi masyarakat yang dikemas dalam bentuk ringan dan jenaka.
-
Pantun Agama
Jenis pantun yang satu ini mempunyai kandungan isi yang membahas tentang manusia dengan pencipta-Nya. Tujuannya sama dengan pantun nasihat, yakni memberikan pesan moral serta didikan kepada pendengar dan pembaca. Namun tema di pantun agama lebih spesifik karena memegang nilai-nilai serta prinsip agama tertentu.
-
Pantun Teka-teki
Jenis pantun yang satu ini selalu mempunyai ciri khas khusus di bagian isinya, yaitu diakhiri dengan pertanyaan pada larik terakhir. Tujuan dari pantun ini biasanya untuk hiburan dan mengakrabkan kebersamaan.
-
Pantun Berkasih-kasihan
Sama dengan namanya, isi dari jenis pantun yang satu ini erat hubungannya dengan cinta dan kasih sayang. Biasanya, pantun berkasih-kasihan tenar di kalangan muda-mudi Melayu untuk menyampaikan perasaan mereka terhadap kekasih ataupun orang yang disukainya.
-
Pantun Anak
Tidak hanya untuk orang dewasa, pantun bisa disampaikan untuk anak-anak. Tentu saja isinya lebih ringan serta menyangkut hal-hal yang dianggap menyenangkan oleh si kecil. Tujuan awal dari jenis pantun yang satu ini ialah untuk mengakrabkan anak dengan pantun, serta memberikan didikan moral untuk mereka.
Perkembangan Pantun
Pantun telah mengalami berbagai macam perkembangan hingga tercipta bentukan baru dari pantun, seperti karmina, seloka (pantun berkait) dan talibun. Karmina merupakan bentukan atau versi baru dari pantun yang lebih ringkas karena hanya terdiri atas 2 baris, sedangkan talibun adalah versi panjang dari pantun yang terdiri atas 6 baris atau lebih. Namun seloka, talibun, dan karmina bukan pantun tetapi tetap termasuk ke dalam puisi lama seperti halnya pantun.
Contoh Pantun
-
Pantun Muda Mudi
Tanam melati di rama-rama
Ubur-ubur sampingan dua
Sehidup semati kita bersama
Satu kubur kelak berdua
-
Pantun Teka-Teki
Kalau puan puan perana
Ambil gelas di dalam peti
Kalaup uan bijak laksana
Binatang apa tanduk di kaki
-
Pantun Jenaka
Anak rusa di rumpun salak
Patah tanduknya ditimpa genta
Riuh kerbau tergelak-gelak
Melihat beruk berkacamata
-
Pantun Berdukacita
Ke balai membawa labu
Labu amanat dari situnggal
Orang memakai baju baru
Hamba menjerumat baju bertambal
-
Pantun Perkenalan
Sekuntum bunga dalam padi
Ambil batang cabut uratnya
Tuan sepantun langit setinggi
Bolehkah berlindung di bawahnya?
-
Pantun Perceraian
Pucuk pauh selara pauh
Pandan di rimba diladungkan
Adik jauh kakanda jauh
Kalau rindu sama menungkan
-
Pantun Nasib atau Pantun Dagang
Unggas undan si raja burung
Terbang ke desa suka menanti
Wahai badan apalah untung
Senantiaa bersusah hati
-
Pantun Orang Tua
Asam kandis asam gelugur
Kedua asam riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang
-
Pantun Pengiring Lagu
Ayam jago jangan diadu
Kalau diadu jenggernya merah
Baju ijo jangan diganggu
Kalau diganggu yang punya marah
Jalan-jalan ke kota Paris
Lihat gedung berbaris-baris
Saya cinta sama si kumis
Orangnya ganteng sangat romantis
Demikianlah artikel dari duniapendidikan.co.id tentang Apa itu Pantun : Pengertian, Sejarah, Syarat, Ciri, Fungsi, Macam, Jenis, Perkembangan Beserta Contohnya, semoga bermanfaat