Cerita Legenda Tangkuban Perahu

Diposting pada

Legenda Tangkuban Perahu

Kisah ini berawal dari seorang dewa dan seorang dewi yang karena kesalahan yang dibuatnya di kayangan, akhirnya mesti menjalani hukuman di dunia. Keduanya dihukum untuk berbuat kebaikan dalam hidupnya di bumi dalam bentuk seekor babi hutan serta seekor anjing. Babi hutan jelmaan dewi tersebut bernama Wayung Hyang, sedangkan anjing jelmaan dewa itu bernama Tumang. Wayung Hyang karena dihukum sebagai babi hutan atau celeng, maka dia berusaha melakukan berbagai kebaikan di dalam suatu hutan. Sementara Tumang, sang anjing jelmaan dewa tersebut mengabdi sebagai anjing pemburu pada seorang raja yang bernama Sumbing Perbangkara.

Pada suatu hari, raja Sumbing Perbangkara pergi berburu ke hutan di tepi kerajaan. Di sebuah tempat yang dekat dengan tempat tinggal babi hutan Wayung Hyang, Sumbing Perbangkara ingin sekali kencing. dia kemudian kencing dan tanpa sengaja, tertampung di dalam sebuah batok kelapa. Setelah beberapa saat, babi hutan Wayung Hyang yang sedang kehausan lalu meminum air kencing Sumbing Perbangkara. Siapa sangka, Wayung Hyang kemudian hamil.

Sumbing Perbangkara memang hobi berburu kembali ke hutan itu sesudah berbilang bulan, tepat saat Wayung Hyang melahirkan seorang bayi perempuan yang sangat cantik. Sumbing Perbangkara yang sedang berburu kijang mendengar suara tangisan bayi. Ditemani anjing pemburunya Tumang, dia akhirnya menemukan bayi perempuan yang tak lain ialah anaknya sendiri. Terpikat oleh keelokan paras bayi tersebut, Sumbing Perbangkara membawanya pulang serta mengangkatnya sebagai anak. Bayi perempuan tersebut lalu diberi nama Dayang Sumbi.

Dayang Sumbi lalu semakin dewasa dan tumbuh menjadi seorang putri yang berparas cantik. Kecantikan tersiar ke semua penjuru kerajaan sampai didengar raja-raja dan para pangeran Dayang Sumbi diperebutkan. Perang besar terjadi di mana-mana, Merasa tak nyaman dengan perang yang terjadi di mana-mana sebab memperebutkan dirinya, Dayang Sumbi akhir meminta pada ayahnya raja Sumbing Perbangkara untuk menyendiri dan pergi dari kerajaan. Sumbing Perbangkara akhirnya mengijinkannya serta memberikan Tumang si anjing pemburu untuk menemaninya. Dayang Sumbi tinggal di suatu pondok di tepi hutan. Dengan kehidupannya yang sederhana ttidakak seorangpun yang tahu bahwa dia adalah Dayang Sumbi yang diperebutkan banyak raja dan pangeran. Di pondok tersebut dia mengisi kegiatannya dengan menenun.

Suatu hari, saat sedang menenun kain, Dayang Sumbi duduk di atas suatu bale-bale. Karena mengantuk, alat tenunnya yang disebut torak jatuh pun ke lantai. Dayang Sumbi merasa malas sekali memungut torak tersebut, sehingga dia bersumpah bahwa dia akan menikahi siapapun yang mengambilkan torak tersebut untuknya. Tumang, anjing yang ditugaskan menemani Dayang Sumbi akhirnya mengambilkan torak yang terjatuh tersebut dan menyerahkannya kepada Dayang Sumbi. Untuk memenuhi sumpah yang terlanjur diucapkannya, Dayang Sumbi akhirnya menikah dengan Tumang.

Raja Sumbing Perbangkara yang tau akan hal tersebut akhirnya merasa sangat malu. Putrinya yang cantik menikah dengan seekor anjing dan sekarang tengah mengandung. Dayang Sumbi akhirnya diasingkan ke hutan bersama-sama dengan Tumang. Tidak ada seorang pun yang tahu bahwa Tumang ialah jelmaan seorang dewa, kecuali Dayang Sumbi. Setiap pada malam purnama, Tumang bisa menjelma menjadi seorang lelaki yang tampan.

Dayang Sumbi yang hamil kemudian melahirkan seorang putra yang tampan. Kulitnya putih dan rambut lebat legam seperti arang. Dayang Sumbi pun memberinya nama Sangkuriang. Bayi itu lalu tumbuh menjadi anak yang tangkas.

Sangkuriang telah mulai pandai memanah, pada suatu hari diminta ibunya untuk berburu. Dayang Sumbi mau  memakan hati rusa. Ditemani Tumang, Sangkuriang berburu di hutan Di sebuah tempat, Sangkuriang melihat babi hutan Wayung Hyang lewat. Dia segera membidikkan panahnya. Akan tetapi Wayung Hyang berlari dan bersembunyi dengan gesit. Sangkuriang memerintahkan anjing pemburunya, Tumang untuk mengejar babi hutan tersebut. Tumang yang tahu kalau babi hutan itu bukan sembarang babi hutan melainkan jelmaan dewi yang bernama Wayung Hyang, menolak perintah Sangkuriang. Tumang, si anjing jelmaan dewa tersebut hanya duduk diam memandang Sangkuriang.

Sangkuriang sangat marah pada Tumang. Dia menakut-nakuti Tumang dengan mengarahkan anak panah pada Tumang. Namun tanpa sengaja Dia melepaskan anak panah itu pada busurnya. Anak panah melesat serta menghunjam ke tubuh Tumang  Anjing jelmaan dewa tersebut tewas. Sangkuriang yang ketakutan bercampur putus asa lalu mengambil hati Tumang. Hati itu lalu dibawanya pulang dan diserahkannya kepada dayang Sumbi dengan mengatakan bahwa itu ialah hati rusa hasil buruannya.

Dayang Sumbi dengan gembira memasak hati tersebut, mereka  makan dengan lahap. Sesudah selesai makan, Dayang Sumbi teringat akan Tumang. Dia bertanya kepada Sangkuriang di mana anjing Tumang. Sangkuriang yang akhirnya tidak dapat berkelit jujur mengakui bahwa Tumang sudah tewas karena panahnya dan hatinya sudah diserahkan kepada ibunya untuk dimasak.

Dayang Sumbi sangat marah. Sangkuriang sudah membunuh ayah kandungnya sendiri. Dia lalu mengambil centong nasi dan memukul kepala Sangkuriang sampai terluka sangat parah. Tapi luka di hati Sangkuriang lebih parah. DIa kemudian lari dari pondok mereka.

Baca Juga :  Kebijakan Moneter

Menyadari bahwa dia sudah melukai anaknya sendiri dan membuatnya lari, Dayang Sumbi akhirnya merasa sangat menyesal. Sangkuriang merupakan putranya satu-satunya yang sudah menemaninya hidup di hutan bersama Tumang. Demi menenangkan perasaannya, Dayang Sumbi kemudian bertapa. Dalam pertapaannya, Dayang Sumbi lalu diberkahi umur panjang dan awet muda. Semumur hidupnya, dia akan tetap menjadi seorang wanita yang cantik dan tak pernah terlihat tua.

Sedangkan Sangkuriang yang lari dengan kepala terluka mengembara ke mana-mana. Dia berguru dengan beberapa orang sakti. Dia masuk hutan dan keluar hutan. Saat Sangkuriang sudah menjadi pemuda sakti dan perkasa, dia mengalahkan semua makhluk-makhluk halus atau guriang yang ditemuinya dalam pengembaraan. Dia menaklukkan mereka dan dengan kesaktiannya menjadi tuan dari guriang-guriang tersebut.

Kemudian dalam pengembaraannya Sangkuriang akhirnya bertemu dengan Dayang Sumbi. Sangkuriang sangat terpesona akan kecantikan Dayang Sumbi, kemudian akhirnya jatuh cinta. Perasaan Sangkuriang berbalas  Dayang Sumbi puan terpikat oleh ketampanan Sangkuriang. Akhirnya, Sangkuriang ingin menikahi Dayang Sumbi.

Saat Dayang Sumbi menyisir rambut serta merapikan ikat kepala Sangkuriang, dia melihat ada bekas luka yang sangat besar. Setelah mengamati wajah Sangkuriang, barulah dia sadar bahwa dia akan menikah dengan anak kandungnya sendiri. Sangkuriang sendiri tak menyangka bahwa Dayang Sumbi merupakan ibu kandungnya.

Dayang Sumbi akhirnya mencoba menjelaskan kenyataan bahwa Sangkuriang merupakan putranya. Namun Sangkuriang sudah kehilangan akal sehat. Sangkuriang masih memaksa Akhirnya Dayang Sumbi secara halus menghindari terjadinya perkawinan mereka. Dia meminta Sangkuriang membuatkannya sebuah danau lengkap bersama perahunya dalam semalam. Bagi Dayang Sumbi, ini merupakan hal yang mustahil untuk bisa dilakukan oleh Sangkuriang. Anak kandungnya tersebut tidak akan sanggup memenuhi persyaratan yang mintanya. Di luar dugaan Dayang Sumbi, Sangkuriang pun menyanggupi permintaannya.

Pada Malam itu, Sangkuriang bekerja keras membuat sebuah danau. Sangkurang menebang pohon, bekas pohon tebangannya tersebut berubah menjadi sebuah bukit yang sekarang dikenal sebagai Gunung Bukit Tunggul, Sedangkan daun, ranting dan bagian kayu lainnya yang tak terpakai ditumpuknya dan terbentuklah Gunung Burangrang. Diia sudah bekerja separuh malam. Kemudian setelah perahu selesai dibuat Sangkuriang mulai membuat danau. Sangkuriang, seperti pengerjaan perahu, mentugaskan makhluk halus guriang untuk membantu. Melihat situasi tersebut, Dayang Sumbi menjadi ketakutan. Akhirnya dia menebarkan kain-kain hasil tenunannya di arah timur.

Dia memohon kepada Sang Hyang Tunggal agar usaha Sangkuriang digagalkan. Doanya dikabulkan Kain-kain tenunan Dayang Sumbi pun bercahaya kemerah-merahan di ufuk timur. Ayam-ayam jantan lalu berkokok. Lalu, makhluk-makhluk halus guriang yang membantu pekerjaan Sangkuriang membuat danau mengira hari akan segera pagi. Merekapun langsung berlari serta bersembunyi masuk ke dalam tanah. Sangkuriang tinggal sendirian dengan pekerjaan pembuatan danau yang hamper lagi  selesai. Sangkuriang merasa usahanya sudah gagal. Dia menjadi marah sekali.

Sangkuriang mengamuk Sumbat yang dibuatnya untuk membendungSungai Citarum dibuangnya ke arah timur kemudian menjadi Gunung Manglayang.Danau Talaga Bandung yang dibuatnya lalu menyurut. Kemudian dengan sekalitendangan keras, perahu buatannya terlempar jauh dan tertelungkup. Dalamsekejap langsung berubah menjadi Gunung Tangkuban Perahu. Sangkuriang mengejarDayang Sumbi sedang yang melarikan diri. Saat Dayang Sumbi hampir terkejar olehSangkuriang di Gunung Putri, Dayang Sumbi memohon pertolongan Sang HyangTunggal. Dia kemudian menjelma menjadi sekuntum bunga jaksi. Sangkuriang terusmencari Dayang Sumbi sampai ke Ujung Berung dan tersesat ke alam gaib.


Cerita Tangkuban Perahu

Pada jaman dahulu di daerah jawa barat terdapat  kerajaan yang sejahtera.sang raja memiliki putri  yang sangat cantik bernama  Rarasati atau Dayang Sumbi. Karna kecatikan banyak pangerandan raja  yang ingin memperistri Dayang Sumbi.  Akibatnya banyak  terjadi peperangan, sehingga Dayang Sumbi merasa bersalah dan ingin pergi mengasingkan diri di hutan. Dalam pengasingannya Dayang Sumbi ditemani seekor anjing yang setia yaitu si Tumang.

Di dalam hutan dayang sumbi menempati sebuah pondokan yang jauh dari keramaian.Dayang Sumbi menekuni hobinya  menenun.Pada suatu hari alat pemintal benang  nya jatuh berkali berkali dan Dayang Sumbi pun berucap apabila ada seseorang yang bersedia mengambilnya . Jika laki-laki akan dijadikan suaminya dan jika perempuan dijadikan saudaranya. Si tumangpun mengambilkan alat pemintal,  mau tidak mau Dayang  Sumbi menikahinya. Dari pernikahan itu Dayang Sumbi melahirkan anak  bernama Sangkuriang

Sangkuriang tumbuh besar dengan didampingi oleh si Tumang sebagai teman bermain tanpa mengetahui bahwa si Tumang adalah ayahnya.  Pada suatu hari Sangkuriang pergi berburu ke hutan dengan ditemani oleh si Tumang. Sangkuriang memerintahkan si Tumang untuk menangkap seekor babi hutan, namun si Tumang menolaknya, Sangkuriang menjadi marah lalu membunuh si Tumang. Dan daging si Tumang dimasak diberikan kepada Dayang Sumbi.

Dayang tidak mengetahui bahwa daging yang sedang disantapnya adalah daging si Tumang. Dengan santainya dia berkata rasanya maknyus. Kemudian dayang bertanya kepada Sangkuriang daging apakah ini ? kok rasanya enak sekali. Sangkuriang berkata bahwa ini adalah daging si Tumang. Betapa marahnya Dayang sumbi begitu mengetahui bahwa daging yang sudah masuk ke perutnya adalah daging si Tumang, suaminya sendiri. Dayang Sumbi melampiaskan amarahnya dengan memukul sangkuriang dengan alat tenunnya tepat di kepala Sangkuriang lalu mengusirnya.

Sangkuriang yang terusir dari pemondokan di dalam hutan segera mengembara tanpa tujuan. Tahun berganti tahun, sampai pada suatu hari dalam pengembaraanya Sangkuriang tiba kembali di hutan tempat pemondokan Dayang Sumbi. Sangkuriang yang telah tumbuh dewasa dan Dayang Sumbi yang awet muda saling menyukai.

Baca Juga :  Asal Usul Nama Minangkabau

Namun pada suatu hari Dayang Sumbi mengetahui bahwa Sangkuriang adalah anaknya setelah melihat bekas luka  di kepala Sangkuriang. Ketika Sangkuriang mengajukan lamaran untuk menikahi Dayang Sumbi, Dayang Sumbi mengajukan syarat yang sulit dipenuhi yaitu meminta dibuatkan danau dan perahu di dalam satu malam di hutan itu.

Dengan kesaktiannya menngundang mahluk halus untuk minta dibuatkan danau dan perahu dalam satu malam . mahluk halus itu menyangupi dengan syarat mereka berhenti apabila ayam sudah berkokok atau mendengar ibu-ibu menumbuk padi artinya sudah hampir pagi . sangkuriang menyangupi persyaratan tersebut . maka mulailah mahluk halus itu bekerja .

mereka bekerja cepat sekali  sehinga sebelum pagi hari pekerjaan  sudah hampir selesai Dayang Sumbi merasa khawatir dengan Sangkuriang lalu Dayang Sumbi meminta bantuan ibu-ibu pkk dan hewan  lalu ibu-ibu itu menumbuk padi ayam pun bekokok  mahluk halus pun lari Sangkuriang mengetahui ini perbuatan dayang sumbi Sangkuriang marah dan menendang perahu tersebut menjadi gunung yang menyerupai perahu terbalik. Demikianlah legenda gunung tangkuban perahu.


Teks legenda Tangkuban Perahu Dalam Bahasa Inggris

Once upon a time in west Java, Indonesia lived a wise king who had a beautiful daughter. Her name was Dayang Sumbi. She liked weaving very much. Once she was weaving a cloth when one of her tool fell to the ground. She was very tired at the time so she was too lazy to take it. Then she just shouted outloud.
‘Anybody there? Bring me my tool. I will give you special present. If you are female, I will consider you as my sister. If you are male, I will marry you

Suddenly a male dog, its name was Tumang, came. He brought her the falling tool. Dayang Sumbi was very surprised. She regretted her words but she could not deny it. So she had to marry Tumang and leave her father. Then they lived in a small village. Several months later they had a son. His name was Sangkuriang. He was a handsome and healthy boy.

Sangkuriang liked hunting very much. He often went hunting to the wood using his arrow. When he went hunting Tumang always with him. In the past there were many deer in Java so Sangkuriang often hunted for deer.
One day Dayang Sumbi wanted to have deer’s heart so she asked Sangkuriang to hunt for a deer. Then Sangkuriang went to the wood with his arrow and his faithful dog Tumang. But after several days in the wood Sangkuriang could not find any deer. They were all disappeared. Sangkuriang was exhausted and desperate. He did not want to disappoint her mother so he killed Tumang. He did not know that Tumang was his father. At home he gave Tumang’s heart to her mother.

But Dayang Sumbi knew that it was Tumang’s heart. She was so angry that she could not control her emotion. She hit Sangkuriang at his head. Sangkuriang was wounded. There was a scar in his head. She also repelled her son. Sangkuriang left her mother in sadness.

Many years passed and Sangkuriang became a strong young man. He wandered everywhere. One day he arrived at his own village but he did not realized it. There he met Dayang Sumbi. At the time Dayang Sumbi was given an eternal beauty by God so she stayed young forever. Both of them did not know each other. So they fell in love and then they decided to marry.

But then Dayang Sumbi recognized a scar on his Sangkuriang’s head. She knew that Sangkuriang was his son. It was impossible for them to marry. She told him but he did not believe her. He wished that they marry soon. So Dayang Sumbi gave a very difficult condition. She wanted Sangkuriang to build a lake and a boat in one night! She said she needed that for honeymoon.

Sangkuriang agreed. With the help of genie and spirits Sangkuriang tried to build them. By midnight he had finished the lake by building a dam in Citarum river. Then he started building the boat. It was almost dawn when he nearly finished it. Meanwhile Dayang Sumbi kept watching on them. She was very worried when she knew this. So she made lights in the east. Then the spirits thought that it was already dawn. It was time for them to leave. They left Sangkuriang alone. Without their help he could not finish the boat.

Sangkuriang was very angry. He kicked the boat. Then the boat turned out to be Mount Tangkuban Perahu. It means boat upside down. From a distant it looks like a boat upside down.


Hikmah Legenda Tangkuban Perahu Dalam Bahasa Inggris

Hikmah yang dapat dipetik dari legenda Tangkuban Perahu dalam bahasa inggris ialah jangan pernah merusak kepercayaan yang diberikan, apalagi dengan cara membunuh kawan setia yang terus menemani untuk dikorbankan demi kepentingan pribadi. Sangkuriang merupakan contoh yang tidak patut ditiru, sifatnya yang tega, mendapatkan balasan murka ibunya. Pesan yang dpat disampaikan dari legenda Tangkuban Perahu dalam bahasa inggris ini ialah senangkan lah orang tua anda dengan cara yang baik dan tidak bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku.

Baca Juga :  Gratifikasi Adalah


Asal Usul Cerita Legenda Sangkuriang

Sangkuriang adalah legenda yang berasal dari tataran Sunda. Legenda tersebut berkisah tentang terciptanya danau Bandung, gunung Tangkuban Perahu, gunung Burangrang, dan gunungBukit Tunggul.
Dari legenda tersebut, kita dapat menentukan sudah berapa lama orang Sunda hidup di dataran tinggi Bandung. Dari legenda tersebut yang didukung dengan fakta geologi, diperkirakan bahwa orang Sunda telah hidup di dataran ini sejak beribu tahun sebelum Masehi.

Legenda Sangkuriang awalnya merupakan tradisi lisan. Rujukan tertulis mengenai legenda ini ada pada naskah Bujangga Manik yang ditulis pada daun palem yang berasal dari akhir abad ke-15 atau awal abad ke-16 Masehi. Dalam naskah tersebut ditulis bahwa Pangeran Jaya Pakuan alias Pangeran Bujangga Manik atau Ameng Layaran mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di pulau Jawa dan pulau Bali pada akhir abad ke-15.

Setelah melakukan perjalanan panjang, Bujangga Manik tiba di tempat yang sekarang menjadi kota Bandung. Dia menjadi saksi mata yang pertama kali menuliskan nama tempalegendanya. Laporannya adalah sebagai berikut:

  • Leumpang aing ka baratkeun (Aku berjalan ke arah barat)
  • Datang ka Bukit Patenggeng (kemudian datang ke gunung Patenggeng)
  • Sakakala Sang Kuriang (tempat legenda Sang Kuriang)
  • Masa dek nyitu Ci tarum (Waktu akan membendung Citarum)
  • Burung tembey kasiangan (tapi gagal karena kesiangan).

Kesesuaian Dengan Fakta Geologi

Legenda Sangkuriang sesuai dengan fakta geologi terciptanya danau Bandung dan gunungTangkuban Perahu. Penelitian geologis mutakhir menunjukkan bahwa sisa-sisa danau purba sudah berumur 125 ribu tahun. Danau tersebut mengering 16.000 tahun yang lalu.

Telah terjadi dua letusan gunung Sunda purba dengan tipe letusan Plinian masing-masing 105.000 dan 55.000-50.000 tahun yang lalu. Letusan plinian kedua telah meruntuhkan kalderagunung Sunda purba sehingga menciptakan gunung Tangkuban Perahu, gunung Burangrang(disebut juga gunung Sunda), dan gunung bukit Tunggul.

Sangat mungkin bahwa orang Sunda purba telah menempati dataran tinggi Bandung dan menyaksikan letusan Plinian kedua yang menyapu pemukiman sebelah barat citarum (utara dan barat laut Bandung) selama periode letusan pada 55.000-50.000 tahun yang lalu saat gunung Tangkuban Perahu tercipta dari sisa-sisa gunung Sunda Purba. Masa ini adalah masanya homo sapiens, mereka telah teridentifikasi hidup di Australia selatan pada 62.000 tahun yang lalu, semasa dengan Manusia Jawa (Wajak) sekitar 50.000 tahun yang lalu.


Sangkuriang dan Falsafah Sunda

Menurut Hidayat Suryalaga, legenda atau sasakala Sangkuriang dimaksudkan sebagai cahaya pencerahan (Sungging Perbangkara) bagi siapa pun manusianya (tumbuhan cariang) yang masih bimbang akan keberadaan dirinya dan berkeinginan menemukan jatidiri kemanusiannya (Wayungyang). Hasil yang diperoleh dari pencariannya ini akan melahirkan kata hati (nurani) sebagai kebenaran sejati (Dayang Sumbi, Rarasati).

Tetapi bila tidak disertai dengan kehati-hatian dan kesadaran penuh atau eling (teropong), maka dirinya akan dikuasai dan digagahi oleh rasa kebimbangan yang terus menerus (digagahi si Tumang) yang akan melahirkan ego-ego yang egoistis, yaitu jiwa yang belum tercerahkan (Sangkuriang). Ketika sang nurani termakan lagi oleh kewaswasan (Dayang Sumbi memakan hati si Tumang) maka hilanglah kesadaran yang hakiki.

Rasa menyesal yang dialami sang nurani dilampiaskan dengan dipukulnya kesombongan rasio sangego (kepala Sangkuriang dipukul). Kesombongannya pula yang memengaruhi “sang ego rasio” untuk menjauhi dan meninggalkan sang nurani. Ternyata keangkuhan sang ego rasio yang berlelah-lelah mencari ilmu (kecerdasan intelektual) selama pengembaraannya di dunia (menuju ke arah Timur). Pada akhirnya kembali ke barat yang secara sadar maupun tidak sadar selalu dicari dan dirindukannya yaitu sang nurani (pertemuan Sangkuriang dengan Dayang Sumbi).


Makna Legenda Gunung Tangkuban Parahu Dengan Segala Aspek Yang Dikandungnya

Seperti pada awal tulisan, bahwa legenda bukanlah kisah historis (a-historis), tetapi berupa mitos yang menjadi acuan hidup masyarakat pendukung kebudayaannya. Demikian pula yang terjadi pada legenda Gunung Tangkuban parahu. Di bawah ini saya susun kembali nama dan tempat serta aspek lainnya yang terdapat dalam legenda tersebut. sebagai kata kunci heurmanetika, yaitu:

  1.  Sungging Perbangkara,
  2. cariang
  3. babi hutan Si Wayungyang,
  4. Dayang Sumbi atau Rarasat
  5. anjing Si Tumang,
  6. Sangkuriang,
  7. taropong (torak),
  8. Wetan (Timur)
  9. Kulon (Barat)
  10. Citarum,
  11. Sanghyang Tikoro,
  12. Guriang
  13. Gunung Putri,
  14. Gunung Manglayang,
  15. Ujungberung,
  16. kembang Jaksi,
  17. boeh rarang,
  18. Gunung Bukit Tungggul,
  19. Gunung Burangrang
  20. Gunung Tangkuban Parahu, dan
  21. Talaga Bandung.

Telah disinggung di atas, bahwa banyak penulis yang memberi arti dan makna terhadap legenda ini. Pada kesempatan sekarang penulis mencoba untuk membuat penafsiran arti dan makna menurut konsep nilai-nilai intrinsik pandangan hidup “urang Sunda” yang terkandung dalam alur cerita dan arti-makna dari setiap kata-kata kunci. Di bawah ini disertakan deskripsi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan legenda gunung Tangkuban perahu.

demikianlah artikel dari duniapendidikan.co.id mengenai Tangkuban Perahu : Legenda, Cerita, Hikmah, Asal Usul, Kesesuaian Fakta, Makna, Teks Bahsa Inggris, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semuanya.