Pengertian Jaringan Penguat
Jaringan penguat atau jaringan penyokong adalah salah satu jaringan penyusun tumbuhan yang berfungsi memperkuat atau menyokong tubuh tumbuhan sehingga tumbuhan dapat berdiri tegak. Berdasarkan bentuk dan sifatnya, jaringan penyokong tumbuhan ada 2 (dua) yaitu jaringan kolenkim dan juga jaringan sklerenkim.
Macam-Macam Jaringan Penguat Berdasarkan Bentuk dan Sifatnya
aringan penguat pada tumbuhan merupakan jaringan yang memberi kekuatan bagi tumbuhan. Jaringan tersebut berfungsi untuk memberi kekuatan dan melindungi secara mekanik jaringan-jaringan di sekitarnya. Jaringan penguat tumbuhan dibagi atas dua berdasarkan sifat dan bentuknya yaitu jaringan kolenkim dan jaringan sklerenkim.
-
Jaringan Kolenkim
Secara ontogeni, perkembangan kolenkim mirip prokambium dan tampak tahap yang sangat awal dari diferensiasi meristem atau dari sel isodiametris meristem dasar. Kolenkim terdiri atas sel hidup yang berbentuk agak memanjang dan biasanya berdinding tebal. Kolenkim berfungsi sebagai jaringan penyokong pada organ muda yang sedang tumbuh, pada tumbuhan menerna (herbaceus), dan bahkan pada organ dewasa.
Kolenkim bersifat plastis sehingga dapat meregang secara irreversible (tidak kembali ke bentuk semula) dengan adanya pertumbuhan organ. Kolenkim dewasa kurang plastis, lebih kuat, tetapi lebih mudah rusak daripada kolenkim muda. Ada hubungan fisiologi dan morfologi antara kolenkim dan parenkim. Pada tempat kedua jaringan tersebut berdampingan terdapat bentuk peralihan antara tipe kolenkim dan parenkim (Sri Mulyani, 2006)
-
Jaringan Sklerenkim
Sklerenkim adalah sel dengan dinding sekunder tebal yang mengandung lignin atau tidak. Tidak seperti kolenkim yang bersifat plastis, sklerenkim bersifat elastis. Sel sklerenkim beragam dalam hal bentuk, struktur, asal usul, dan perkembangannya. Banyak bentuk peralihan terdapat di antara sel sehingga sukar untuk mengelompokkan tipe sklerenkim.
Sklerenkim dibedakan menjadi dua, yaitu serabut dan sklereida (sel batu). Kedua jenis sel ini tidak dapat dipisahkan secara jelas, tetapi biasanya serabut selnya sangat panjang dibandingkan dengan lebarnya. Sementara, sklereida beragam bentuknya, ada yang isodiametrik, memanjang, dan sering kali bercabang. Sel sklerenkim dewasa ada yang mempunyai protoplas, ada yang tidak. Keragaman ini yang menyulitkan untuk membedakan antara sel sklerenkim dan parenkim yang mengalami sklerifikasi (Sri Mulyani, 2006).