Contoh Konflik Sosial

Diposting pada

Pengertian Konflik Sosial

Konflik Sosial Adalah suatu proses sosial antara 2 pihak atau lebih ketika pihak yang mana satu berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya takberdaya. Latar belakang adanya konflik sosial ialah adanya perbedaan yang susah ditemukan kesamaannya atau didamaikan baik itu perbedaan kepandaian, ciri fisik, pengetahuan, keyakinan, serta adat istiadat.

Contoh Konflik Sosial

Faktor-faktor Konflik Sosial

  • Perbedaan indvidu, perbedaan pendirian serta perasaan.
  • Adanya perbedaan latar belakang kebudayaan sampai membentuk pribadi yang berbeda-beda juga. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh terhadap pola pemikiran serta pendirian kelompoknya.
  • Adanya perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok dapat menyangkut dibidang ekonomi, politik serta sosial.
  • Adanya perubahan nilai yang cepat dengan tiba-tiba dalam masyarakat.

Dampak Konflik Sosial


  1. Dampak Positif Konflik Sosial

  • Adanya yang memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau belum selesai dipelajari.
  • Adanya penyesuaian kembali norma dan nilai yang diserta dengan hubungan sosial dalam kelompok yang berkaitan.
  • Jalan untuk mengurangi ketegangan antar individu maupun antar kelompok.
  • Untuk mengurangi atau menekan adanya perselisihan yang terjadi dalam masyarakat.
  • Membantu menghidupkan kembali norma lama serta menciptakan norma baru.

  1. Dampak Negatif Konflik Sosial

  • Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang telah mengalami konflik dengan kelompok lain.
  • Keretakan hubungan antar anggota kelompok, contohnya akibat konflik antar suku.
  • Menimbulkan perubahan kebribadian pada individu, contohnya adanya rasa benci serta saling curiga akibat perang.
  • Adanya kerusakan harta benda serta hilangnya nyawa manusia.

Contoh Konflik Konflik Sosial


  1. Konflik Sosial di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012

Konflik ini terjadi pada tanggal 27 Oktober 2012 sampai 29 Oktober 2012. Yang menjadi penyebab konflik adalah saat ada 2 gadis yang berasal dari Desa Agom diganggu oleh sekelompok pemuda yang berasal dari desa Balinuraga. Kedua gadis ini sedang mengendarai sepeda motor kemudian diganggu sampai kedua gadis itu terjatuh dan mengalami luka-luka. Sontak kejadian tersebut memicu amarah dari warga desa Agom. Kemudian mereka mendatangi Desa Balinuraga yang mayoritas bersuku Bali dengan membawa sajam dan senjata. Bentrok pun tak terhindarkan sampai menewaskan total 10 orang.


  1. Konflik Sosial di Tolikara Tahun 2016

Konflik terjadi karena pembagian bantuan dana respek antar distrik yang dibilang tidak adil. Konflik ini menimbulkan korban jiwa serta kehilangan harta benda. Selain itu, konflik juga menyebabkan sebagian warga mengungsi dan terjadi penjarahan harta benda.


  1. Konflik Sosial di Kabupaten Flores Timur, NTT Tahun 2013

Konflik sosial yang terjadi pada tanggal 11 Mei 2013 di Desa Wulublolong dan Desa Lohayong 2 Kecamatan Solor Timur Kabupaten Flores Timur Provinsi NTT. Penyebabnya ialah saling rebut material yang ada di batas desa yang diklaim oleh kedua warga desa sebagai pemilik. Konflik menimbulkan kerugian materi, korban jiwa dan sebagian warga mengungsi.


  1. Konflik Sosial di Rembang, Jawa Tengah Tahun 2016

Terjadi antara Semen Indonesia dengan warga setempat Pegunungan Kendeng, Rembang Jawa Tengah. Penyebabnya ialah berbagai kejanggalan yang sydag dilakukan oleh Semen Indonesia contohnya


  1. Konflik Sosial di Aceh Singkil, Tahun 2015

Aksi pembakaran gereja yang terjadi tanggal 13 Oktober 2015 di Aceh Singkil berawal dari adanya demonstrasi yang dilakukan oleh remaja Muslim. Mereka menuntut pemerintah setempat untuk melakukan pembongkaran pada sejumlah gereja yang dianggap tidak mempunyai izin. Karena tensi yang tinggi, sebanyak 600 orang kemudian memutuskan melakukan pembakaran pada beberapa gereja yang ada. Konflik ini mengakibatkan 1 orang tewas serta 4 orang luka-luka.


  1. Konflik Sosial di Tolikara, Tahun 2015

Banyak pihak yang berpendapat bahwa konflik sosial yang terjadi di Tolikara ini tak hanya berlatar belakang agama, tetapi juga masalah kesenjangan ekonomi dan keamanan. Konflik yang terjadi saat Hari Raya Idul Fitri ini berawal dari penyerangan yang dilakukan oleh sekelompok orang kepada warga yang sedang melakukan Sholat Id. Aksi ini berlanjut pada pembakaran masjid, bangunan rumah dan kios yang ada di sekitarnya.


Faktor-Faktor Penyebab Konflik

Konflik merupakan sebuah proses interaksi sosial manusia untuk mencapai tujuan dan cota-citanya. Oleh sebab itu, konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan-perbedaan sosial diantara individu yang terlibat dalam suatu interaksi sosial.


a. Faktor-Faktor Penyebab Konflik Secara Umum :

  • Perbedaan Individu

Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, pendapat atau ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggaan dan identitas seseorang. Perbedaan kebiasaan dan perasaan yang dapat menimbulkan kebencian dan amarah sebagai awal timbulnya konflik. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.


  • Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan

Kepribadian seseorang dibentuk dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial yang sama. Apa yang dianggap baik oleh suatu masyarakat belum tentu sama dengan apa yang dianggap baik oleh masyarakat. Misalnya orang jawa dengan orang papua yang memiliki budaya berbeda, jelas akan membedakan pola pikir dan kepribadian yang berbeda pula. Jika hal ini tak ada suatu hal yang dapat mempersatukan, akan berakibat timbulnya konflik.

Baca Juga :  Contoh Hewan Mamalia


  • Perbedaan Kepentingan

Setiap individu atau keompok seringkali memiliki kepentingan yang berbeda dengan individu atau kelompok lainnya. semua itu bergantung dari kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Perbedaan kepentingan ini menyangkut kepentingan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Misalnya seseorang pengusaha menghendaki adanya penghematan dalam biaya suatu produksi sehingga terpaksa harus melakukan rasionalisasi pegawai. Namun, para pegawai yang terkena rasionalisasi merasa hak-haknya diabaikan sehingga perbedaan kepentingan tersebut menimbulkan suatu konflik. Misalnya mengenai masalah pemanfaatan hutan.

Para pecinta alam menganggap hutan sebagai bagian dari lingkungan hidup manusia dan habitat dari flora dan fauna. Sedangkan bagi para petani hutan dapat menghambat tumbuhnya jumlah areal persawahan atau perkebunan. Bagi para pengusaha kayu tentu ini menjadi komoditas yang menguntungkan. Dari kasus ini ada pihak – pihak yang memiliki kepentingan yang saling bertentangan, sehingga dapat berakibat timbulnya konflik.


  • Perubahan Sosial

Perubahan sosial dalam sebuah masyarakat yang terjadi terlalu cepat dapat mengganggu keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Konflik dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara harapan individu atau masyarakat dengan kenyataan sosial yang timbul akibat perubahan itu. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.

Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan.

Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.


b. Faktor-Faktor Penyebab Konflik di Indonesia

Dalam masyarakat Indonesia yang multikultur rawan terhadap terjadinya suatu konflik sosial, karena secara garis besar struktur sosial masyarakat Indonesia terbagi kedalam berbagai suku bangsa, agama, maupun golongan yang beragam.
Menurut J. Ranjabar hal-hal yang dapat menjadi penyebab terjadinya konflik pada masyarakat Indoenesia adalah sebagai berikut :

1) Apabila terjadi dominasi suatu kelompok terhadap kelompok lain, contohnya adalah konflik yang terjadi di Aceh dan Papua.

2) Terdapat persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian hidup antara kelompok yang berlainan suku bangsa. Contohnya konflik yang terjadi di Sambas

3) Terjadi pemaksaan unsur-unsur kebudayaan dari warga sebuah suku terhadap warga suku bangsa lain. Contohnya konflik yang terjadi di Sampit.

4) Terdapat potensi konflik yang terpendam, yang telah bermusuhan secara adat. Contohnya konflik antar suku di pedalaman Papua.


Konflik Berdasarkan Bentuk

Berdasarkan bentuknya, kita mengenal konflik realistis dan konflik nonrealistis.

a. Konflik realistis adalah konflik yang berasal dari kekecewaan individu atau kelompok atas tuntutan-tuntutan maupun perkiraan-perkiraan keuntungan yang terjadi dalam hubungan-hubungan sosial. Misalnya beberapa orang karyawan melakukan aksi mogok kerja karena tidak sepakat dengan kebijakan yang telah dibuat oleh perusahaan.

b. Konflik nonrealistis adalah konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan saingan yang bertentangan, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak. Misalnya penggunaan jasa ilmu gaib atau dukun dalam usaha untuk membalas dendam atas perlakuan yang membuat seseorang turun pangkat pada suatu perusahaan.


2. Konflik Berdasarkan Tempat Terjadinya

Berdasarkan tempat terjadinya, kita mengenal konflik in-group dan konflik out-group.

a. Konflik in-group adalah konflik yang terjadi dalam kelompok atau masyarakat sendiri. Misalnya pertentangan karena permasalahan di dalam masyarakat itu sendiri sampai menimbulkan pertentangan dan permusuhan antaranggota dalam masyarakat itu.

b. Konflik out-group adalah konflik yang terjadi antara suatu kelompok atau masyarakat dengan suatu kelompok atau masyarakat lain. Misalnya konflik yang terjadi antara masyarakat desa A dengan masyarakat desa B.

Masih ada lagi ahli sosiologi yang memberikan klasifikasi mengenai bentuk-bentuk konflik yang terjadi dalam masyarakat, yaitu Ursula Lehr. Ursula Lehr membagi konflik dari sudut pandang psikologi sosial. Menurutnya, apabila dilihat dari sudut pandang psikologi sosial, maka konflik itu dapat dibedakan atas konflik dengan orang tua sendiri, konflik dengan anak-anak sendiri, konflik dengan sanak saudara, konflik dengan orang lain, konflik dengan suami atau istri, konflik di sekolah, konflik dalam pekerjaan, konflik dalam agama, dan konflik pribadi. Perhatikan bagan berikut ini :

Konflik dengan orang tua sendiri, terjadi akibat situasi hidup bersama antara anak dan orang tua, di mana antara perbuatan anak dengan keinginan orang tua terkadang tidak sejalan. Contohnya anak yang tidak mengikuti kehendak ibunya untuk masuk jurusan Ilmu Alam pada kelas XI ini, dan dia lebih memilih masuk jurusan Ilmu Sosial, karena bakat dan minatnya menunjukkan ke Ilmu Sosial.

Konflik dengan anak-anak sendiri, terjadi sebagai reaksi atas perilaku anak yang tidak sejalan dengan keinginan orangtuanya. Pada umumnya orang tua akan memberikan tanggapan secara berlebihan atas perlawanan yang dilakukan si anak. Misalnya dengan menghukum dan mengurangi hakhak si anak. Apabila anak memberikan reaksi negative terhadap tanggapan tersebut, maka terjadilah konflik antara orang tua dengan anak.

Konflik dengan sanak keluarga, dapat terjadi dalam seluruh perkembangan seseorang. Dalam konflik bentuk ini, seseorang akan mengalami konflik dalam rentang masa sesuai dengan usia dan tingkatan kehidupannya. Misalnya, di waktu kanak-kanak atau masa remaja, biasanya konflik terjadi dengan keluarga terdekat, seperti dengan orang tua atau saudara kandung. Begitu menginjak masa perkawinan dan keluarga, konflik akan meluas dan melibatkan keluarga dari istri atau suami.

Konflik dengan orang lain, muncul dalam hubungan social dengan lingkungan sekitarnya, seperti tetangga, teman kerja, teman sekolah atau yang lainnya.
Konflik dengan suami atau istri, umumnya timbul sebagai akibat adanya kesulitan yang dihadapi dalam perkawinan atau rumah tangga. Misalnya masalah keuangan, pembagian tugas mengatur rumah tangga, dan lain sebagainya.
Konflik di sekolah, umumnya terjadi akibat tidak dapat mengikuti pelajaran, tidak lulus sekolah, konflik yang terjadi karena hubungan yang tidak harmonis antara guru dengan murid, dan lain sebagainya.

Baca Juga :  Jaringan Hewan

Konflik dalam pekerjaan, timbul karena pekerjaan itu sendiri, seperti membosankan atau terlalu berat. Atau bisa juga karena terjadi konflik dengan teman sekerja, pimpinan, dan lain sebagainya.
Konflik dalam agama, umumnya berhubungan dengan perilaku-perilaku, hakikat, dan tujuan hidup menurut kaidah-kaidah agama. Misalnya perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran-ajaran agama seperti memfitnah, berdusta, mencuri, dan lain-lain.
Konflik pribadi, dapat muncul karena minat yang berlawanan, tidak ada keuletan, atau tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri


Macam – Macam Konflik Sosial

Munculnya konflik dikarenakan adanya perbedaan dan keragaman. Berdasarkan pernyataan tersebut, Indonesia adalah salah satu negara yang berpotensi konflik. Dapat kita lihat berita – berita di media massa, berbagai konflik terjadi di Indonesia baik konflik horizontal maupun vertikal. Konflik horizontal menunjuk pada konflik yang berkembang di antara anggota masyarakat.

Konflik horizontal adalah konflik yang bernuansa suku, agama, ras dan antargolongan, seperti di Papua, Poso, Sambas, dan Sampit. Konflik vertikal adalah konflik yang terjadi antara masyarakat dengan negara. Umumnya konflik terjadi karena ketidakpuasan akan cara kerja pemerintah, seperti konflik dengan para buruh, konflik Aceh, serta daerah – daerah yang muncul gerakan separatisme. Namun, dalam kenyataannya ditemukan banyak konflik dengan bentuk dan jenis yang beragam.


1. Menurut Soerjono Soekanto

Soerjono Soekanto (1989) berusaha mengklasifikasikan bentuk dan jenis – jenis konflik tersebut. Menurutnya, konflik mempunyai beberapa bentuk khusus, yaitu sebagai berikut.


A. Konflik Pribadi

Konflik terjadi dalam diri seseorang terhadap orang lain. Umumnya konflik pribadi diawali perasaan tidak suka terhadap orang lain yang pada akhirnya melahirkan perasaan benci yang mendalam. Perasaan tersebut mendorong untuk memaki, menghina, bahkan memusnahkan pihak lawan. Pada dasarnya konflik pribadi sering terjadi dalam masyarakat. Misalnya individu yang terlibat hutang atau masalah pembagian warisan dalam keluarga.


B. Konflik Rasial

Konflik rasial umumnya terjadi di suatu negara yang memiliki keragaman suku dan ras. Lalu apa yang dimaksud dengan ras? Ras merupakan pengelompokan manusia berdasarkan ciri – ciri biologisnya, seperti bentuk muka, bentuk hidung, warna kulit, dan warna rambut. Secara umum, ras di dunia dikelompokkan menjadi lima ras, yaitu Australoid, mongoloid, Kaukasoid, Negroid dan ras – ras khusus. Hal ini berarti kehidupan dunia berpotensi munculnya konflik juga jika perbedaan antar ras dipertajam. Misalnya orang – orang kulit hitam dengan kulit putih akibat diskriminasi di Afrika.


C. Konflik Antarkelas Sosial

Kelas – kelas di masyarakat terjadi karena adanya sesuatu yang dihargai, seperti kekayaan, kehormatan, dan kekuasaaan. Semua itu menjadi dasar penempatan seseorang dalam kelas – kelas sosial, yaitu kelas sosial atas, menengah dan bawah. Seseorang yang memiliki kekayaan dan kekuasaan yang besar menempati posisi atas, sedangkan orang yang tidak memiliki kekayaan dan kekuasaan berada pada posisi bawah. Dari setiap kelas mengandung hak dan kewajiban serta kepentingan yang berbeda – beda. Jika perbedaan ini tidak dapat diatasi, maka situasi kondisi tersebut mampu memicu munculnya konflik rasial. Misalnya konflik antara buruh dengan pimpinan dalam sebuah perusahaan yang menuntut upah.


D. Konflik Politik Antargolongan

Dunia perpolitikan pun tidak lepas dari munculnya konflik sosial. Politik adalah cara bertindak dalam menghadapi atau menangani suatu masalah. Konflik politik terjadi karena setiap golongan di masyarakat melakukan politik yang berbeda – beda pada saat menghadapi suatu masalah yang sama. Perbedaan inilah yang menjadi peluang terjadinya konflik antargolongan terbuka lebar.

Salah satu contoh adalah undang – undang pornoaksi dan pornografi sedang direncanakan. Masyarakat Indonesia terbelah menjadi dua pemikiran, sehingga terjadi pertentangan antara kelompok masyarakat yang setuju dengan kelompok yang tidak menyetujuinya.


E. Konflik Bersifat Internasional

Konflk internasional biasanya terjadi karena perbedaan kepentingan yang menyangkut kedaulatan negara yang saling berkonflik. Akibat dari konflik ini adalah seluruh rakyat dalam suatu negara merasakannya. Pada umumnya, konflik internasional berlangsung dalam kurun waktu yang lama dan pada akhirnya menimbulkan perang antar bangsa. Misalnya konflik antara negara Irak dan Amerika Serikat yang melibatkan beberapa negara besar.


2. Menurut Mulyasa

Mulyasa (2003) membagi konflik berdasarkan tingkatannya menjadi enam, yaitu sebagai berikut.

A. Konflik Intrapersonal

Konflik intrapersonal yaitu konflik internal yang terjadi dalam diri seseorang. Konflik intrapersonal akan terjadi ketika individu harus emilih dua atau lebih tujuan yang saling bertentangan, dan bimbang mana yang harus dipilih untuk dilakukan. Misalnya, konflik antara tugas sekolah dengan acara pribadi. Konflik ini bisa diibaratkan seperti makan buah simalakama, dimakan salah tidak dimakan juga salah, dan kedua pilihan yang ada memiliki akibat yang seimbang. Konflik intrapersonal juga bisa disebabkan oleh tuntutan tugas yang melebihi kemampuan.


B. Konflik Interpersonal

Konflik interpersonal yaitu konflik yang terjadi antarindividu. Konflik yang terjadi ketika adanya perbedaan tentang isu tertentu, tindakan dan tujuan di mana hasil bersama sangat menentukan. Misalnya konflik antartenaga kependidikan dalam memilih mata pelajaran unggulan daerah.


C. Konflik Intragrup

Konflik intragrup yaitu konflik antara anggota dalam satu kelompok. Setiap kelompok dapat mengalami konflik substantif atau efektif. Konflik substantif terjadi karena adanya latar belakang keahlian yang berbeda, ketika anggota dari suatu komite menghasilkan kesimpulan yang berbeda atas data yang sama. Sedangkan konflik efektif terjadi karena tanggapan emosional terhadap suatu situasi konflik tersebut.


D. Konflik Intergrup

Konflik intergrup yaitu konflik yang terjadi antar kelompok. Konflik intergrup terjadi karena adanya saling ketergantungan, perbedaan persepsi, perbedaan tujuan dan meningkatnya tuntutan akan keahlian. Misalnya konflik antarkelompok guru kesenian dengan kelompok guru matematika. Kelompok guru kesenian memandang bahwa untuk membelajaarkan lagu tertentu dan melatih pernafasan perlu disuarakan dengan keras, sementara kelompok guru matematika merasa terganggu karena para peserta didiknya tidak konsentrasi belajar.


E. Konflik Intraorganisasi

Konflik intraorganisasi yaitu konflik yang terjadi antarbagian dalam suatu organisasi, misalnya konflik antara bidang kurikulum dengan bidang kesiswaan.


F. Konflik Interorganisasi

Konflik interorganisasi adalah hal yang tidak asing lagi bagi organisasi manapun. Konflik ini menyebabkan sulitnya koordinasi dan integrasi dari kegiatan yang berkaitan dengan tugas – tugas dan pekerjaan. Dalam setiap kasus, hubungan interorganisasi harus diatur sebaik mungkin untuk mempertahankan kolaborasi dan menghindari semua konsekuensi disfungsional dari setiap konflik yang mungkin timbul.

Baca Juga :  Langkah Memulai Usaha


3. Menurut Dahrendorf

Menurut Dahrendorf (1986), konflik dibedakan menjadi 4 macam, antara lain sebagai berikut.
a. Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan – peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran).

b. Konflik antara kelompok – kelompok sosial (antarkeluarga, antargeng).
c. Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa)
d. Konflik antarsatuan nasional (perang saudara)


Bentuk Konflik Sosial

Soerjono Soekanto menyebutkan ada lima bentuk khusus konflik yang terjadi dalam masyarakat. Kelima bentuk itu adalah konflik pribadi, konflik politik, konflik sosial, konflik antarkelas sosial, dan konflik yang bersifat internasional.

Konflik pribadi, yaitu konflik yang terjadi di antara orang perorangan karena masalah-masalah pribadi atau perbedaan pandangan antarpribadi dalam menyikapi suatu hal. Misalnya individu yang terlibat utang, atau masalah pembagian warisan dalam keluarga.

Konflik politik, yaitu konflik yang terjadi akibat kepentingan atau tujuan politis yang berbeda antara seseorang atau kelompok. Seperti perbedaan pandangan antarpartai politik karena perbedaan ideologi, asas perjuangan, dan cita-cita politik masing-masing. Misalnya bentrokan antarpartai politik pada saat kampanye.

Konflik rasial, yaitu konflik yang terjadi di antara kelompok ras yang berbeda karena adanya kepentingan dan kebudayaan yang saling bertabrakan. Misalnya konflik antara orang-orang kulit hitam dengan kulit putih akibat diskriminasi ras (rasialisme) di Amerika Serikat dan Afrika Selatan.


Sumber Konflik Sosial

Konflik yang terjadi pada manusia bersumber pada berbagai macam sebab. Begitu beragamnya sumber konflik yang terjadi antar manusia, sehingga sulit itu untuk dideskripsikan secara jelas dan terperinci sumber dari konflik. Hal ini dikarenakan sesuatu yang seharusnya bisa menjadi sumber konflik, tetapi pada kelompok manusia tertentu ternyata tidak menjadi sumber konflik, demikian halnya sebaliknya.


1. Perbedaan pendapat

Suatu konflik yang terjadi karena pebedaan pendapat dimana masing-masing pihak merasa dirinya benar, tidak ada yang mau
mengakui kesalahan, dan apabila perbedaan pendapat tersebut amat tajam maka dapat menimbulkan rasa kurang enak, ketegangan dan sebagainya.


2. Salah paham

Salah paham merupakan salah satu hal yang dapat menimbulkan konflik. Misalnya tindakan dari seseorang yang tujuan sebenarnya baik tetapi diterima sebaliknya oleh individu yang lain.


3. Ada pihak yang dirugikan

Tindakan salah satu pihak mungkin dianggap merugikan yang lain atau masing-masing pihak merasa dirugikan pihak lain sehingga seseorang yang dirugikan merasa kurang enak, kurang senang atau bahkan membenci.


4. Perasaan sensitif

Seseorang yang terlalu perasa sehingga sering menyalah artikan tindakan orang lain. Contoh, mungkin tindakan seseorang wajar, tetapi oleh pihak lain dianggap merugikan.
Baron & Byrne (dalam Kusnarwatiningsih, 2007) mengemukakan konflik disebabkan antara lain oleh perebutan sumber daya, pembalasan dendam, atribusi dan kesalahan dalam berkomunikasi.


Faktor Penyebab Konflik


a. Perbedaan individu

Perbedaan kepribadian antar individu bisa menjadi faktor penyebab terjadinya konflik, biasanya perbedaan individu yang menjadi sumber konflik adalah perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia adalah individu yang unik, artinya setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbedabeda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.


b. Perbedaan latar belakang kebudayaan

Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok

Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan
yang berbeda.


Upaya Mengatasi Konflik Sosial

Pengendalian suatu konflik hanya mungkin dapat dilakukan apabila berbagai pihak yang berkonflik terorganisir secara jelas. Menekankan sebuah konflik agar tidak berlanjut menjadi sebuah tindak kekerasan memerlukan strategi pendekatan yang tepat.


1. Pengendalian Secara Umum

Secara umum, terdapat beberapa cara dalam upaya mengendalikan atau meredakan sebuah konflik, yaitu sebagai berikut.

a. Konfiliasi (consiliation)

Konsiliasi merupakan bentuk pengendalian konflik sosial yang dilakukan oleh lembaga – lembaga tertentu yang dapat memberikan keputusan dengan adil. Dalam konsiliasi berbagai kelompok yang berkonflik duduk bersama mendiskusikan hal – hal yang menjadi pokok permasalahan. Contoh bentuk pengendalian bentuk seperti ini adalah melalui lembaga perwakilan rakyat.

b. Arbitrasi (arbitration)

Arbitrasi merupakan bentuk pengendalian konflik sosial melalui pihak ketiga dan kedua belah pihak yang berkonflik menyetujuinya. Keputusan – keputusan yang diambil pihak ketiga hanya dipatuhi oleh pihak – pihak yang berkonflik

c. Mediasi (mediation)

Mediasi merupakan bentuk pengendalian konflik sosial di mana pihak – pihak yang berkonflik sepakat menunjuk pihak ketiga sebagai mediator. Namun berbeda dengan arbitrasi, keputusan – keputusan pihak ketiga tidak mengikat manapun.

d. Adjudication

Adjudication merupakan cara penyelesaian konflik melalui pengadilan yang tetap dan adil. Pada bentuk ini, telah terjadi konflik yang terjadi antara dua belah pihak, kemudian pihak tersebut memilih untuk menyelesaikan konfliknya di pengadilan.

e. Segregasi (segregation)
Upaya saling menghindar atau memisahkan diri untuk mengurangi ketegangan.

f. Stalemate
Konflik yang berhenti dengan sendirinya karena kekuatan yang seimbang.

g. Kompromi (compromise)

Kedua belah pihak yang bertentangan berusaha mencari penyelesaian dengan mengurangi tuntutan. Contohnya perjanjian antarnegara tentang batas wilayah perairan.

h. Coercion

Penyelesaian konflik dengan paksaan. Hal ini terjadi disebabkan salah satu pihak berada dalam keadaan yang lemah dibandingkan dengan pihak lawan.

i. Konversi

Salah satu pihak mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain.

j. Gencatan Senjata

Penghentian konflik untuk sementara waktu yang biasanya dalam bentuk peperangan untuk menyembuhkan korban.

demikianlah artikel dari duniapendidikan.co.id mengenai Contoh Konflik Sosial : Pengertian, Faktor, Penyebab, Dampak, Contoh, Macam, Bentuk, Sumber, Cara Mengatasi, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semuanya.

Posting pada SD