Cerita Putri Kemarau

Diposting pada

Sejarah Putri Kemarau

Alkisah Zaman dahulu kala, di Sumatra Selatan ada seorang putri raja bernama Putri Jelitani. Tapi, Dia akrab dipanggil Putri Kemarau sebab dilahirkan pada musim kemarau. Dia adalah putri semata wayang sang Raja. Ibunda sang Putri baru saja wafat sebagai putri tunggal dia juga samat disayangi oleh ayahnya. Sedangkan ayahnya adalah seorang pemimpin yang arif dan juga bijaksana. Negeri dan rakyatnya juga hidup makmur dan tenteram.

Suatu ketika, negeri itu sedang dilanda kemarau yang sangat panjang. Sungai-sungai kekeringan dan air danau juga menjadi surut. Padang rumput telah hangus terbakar terik matahari. Ternak-ternak warga juga banyak yang mati. Tanah menjadi kering dan pecah-pecah sampai hasil panen juga gagal. Warga banyak yang terserang penyakit serta dilanda kelaparan. Melihat keadaan itu, sang Raja yang arif dan bijaksana itu pun langsung bertindak. Dia segera mencari peramal untuk mencari jalan keluar dari kesulitan itu. Telah banyak peramal yang ditemui, Tapi belum seorang pun yang bisa memberinya jalan keluar.


Legenda Putri Kemarau

Suatu ketika, sang Raja mendengar kabar bahwa di sebuah desa yang terpencil ada seorang peramal yang terkenal sakti Dia pun mendatangi peramal tersebut.

Wahai, tukang ramal Negeriku sedang dalam kesulitan Tolong katakan bagaimana caranya mengatasi masalah ini, kata sang Raja.

Baginda, petunjuk tentang jalan keluar dari kesulitan akan lewat mimpi putri Baginda, kata peramal itu.

Baiklah, kalau begitu Hal ini akan kutanyakan langsung pada putriku, ucap sang Raja.

Sesampainya di istana, sang Raja melihat putrinya sedang duduk termenung seorang diri di taman.

Ayahanda baru saja menemui seorang juru ramal yang sakti, ucap sang Raja pada putrinya.

Mendengar itu, Putri Kemarau langsung menatap wajah ayahandanya.

Apa kata peramal itu Ayahanda? kata Putri Kemarau.

Menurut juru ramal itu bahwa petunjuk tentang jalan keluar dari kesulitan ini akan datang lewat mimpi Andanda. Apakah Ananda sudah bermimpi tentang hal tersebut? kata Raja.

Belum, Ayahanda kata Putri Kemarau ,Tapi alangkah baiknya kalau semua masalah ini kita serahkan pada Tuhan Yang Mahakuasa, kata sang Putri.

Sang terkejut saat sang Raja mendengar perkataan putrinya. Dia tidak pernah mengira sebelumnya kalau putri kesayangannya itu mempunyai pemikiran yang cerdas. Dia juga menyadari kekeliruannya selama ini.

Benar juga katamu Putriku Perkataanmu itu membuat aku sadar. Maafkan Ayah, Putriku! ujar raja.

Putri Kemarau lalau menyarankan kepada Ayandanya supaya seluruh rakyat negeri itu melakukan upacara berdoa bersama kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Maka, dari doa bersama itu, Putri Kemarau pun mendapat petunjuk lewat mimpinya. Dalam mimpi tersebut, sang Putri didatangi oleh ibundanya.

Wahai, Putriku. Kesulitan yang dialami negeri akan berubah kalau ada seorang gadis yang mau berkorban dengan menceburkan diri ke laut, kata ibu Putri Kemarau.

Begitu terjaga, sang Putri langsung menceritakan tentang mimpi itu kepada ayahandanya. Ternyata, sang Raja pun sudah bermimpi mendapat bisikan gaib yang menyampaikan pesan yang sama. Maka, pada esok harinya, sang Raja segera mengumpulkan semua rakyatnya untuk menyampaikan pesan tersebut.

Wahai, semua rakyatku. Ketahuilah bahwa negeri ini akan kembali makmur kalau ada seorang gadis yang dengan ikhlas mengorbankan dirinya mencebur ke dalam laut. Siapakah di antara kalian yang mau melakukannya demi kebaikan kita semua? kata sang Raja di depan rakyatnya.

Tapi, tidak seorang pun gadis yang berani mengajukan diri. Di tengah keheningan, tiba-tiba Putri Kemarau yang duduk di samping ayahandanya bangkit dari tempat duduknya kemudian berkata.

Ananda rela mengorbankan jiwa hamba dengan ikhlas demi kemakmuran rakyat negeri ini  ucap Putri Kemarau.

Seketika semua yang hadir tersentak kaget, terutama sang Raja. Dia tidak mau anak semata wayangnya itu yang menjadi korbannya.

Jangan, Putriku Kamu adalah satu-satunya milik Ayahanda. Kamulah yang akan meneruskan tahta kerajaan ini. Jangan lakukan itu, Putriku! ujar sang Raja.

Tapi, Putri Kemarau tetap pada pendiriannya. Keinginan sang Putri sudah tidak bisa dibendung lagi.

Lebih baik Ananda saja yang menjadi korban daripada semua rakyat negeri ini, kata sang Putri, Mungkin ini sudah menjadi takdir Ananda.

Sang Raja juga tak kuasa menahan keinginan putrinya. Maka, pada malam harinya sang Putri dengan diantar oleh ayahanda dan semua rakyat pergi ke ujung tebing laut. Sebelum terjun ke laut, Dia berpesan pada ayahanda dan rakyatnya.

Ikhlaskan kepergian Ananda, maafkan semua kesalahan Ananda, kata sang Putri.

Sang Raja tidak kuasa menahan rasa haru Air matanya pun menetes membasahi kedua pipinya. Tapi, apa boleh dibuat, tak seorang juga yang sanggup menahan keinginan putrinya. Putri Kemarau langsung terjun ke laut. Disertai dengan terceburnya tubuh sang Putri ke dalam air laut, langit menjadi mendung. Petir menyambar-nyambar serta hujan pun turun dengan lebatnya. Dalam waktu singkat, selursemuauh wilayah negeri itu pun digenangi air. Tentu saja hal tersebut menjadi pertanda bahwa tumbuh-tumbuhan akan kembali menghijau dan tanah menjadi subur.

Semua rakyat negeri itu dirundung rasa suka cita, terutama sang Raja. Di satu sisi, negerinya akan kembali makmur, tapi di sisi lain dia sudah kehilangan putri yang amat disayanginya. Demikian juga yang dirasakan oleh semua rakyatnya.

Hujan semakin deras Sang Raja dan rakyatnya pun langsung meninggalkan tebing laut itu. Sesampainya di istana, raja itu langsung tertidur karena kelelahan. Betapa terkejutnya dia karena tiba-tiba mendengar suara bisikan yang menyuruhnya kembali ke tebing laut.

Segeralah kembali ke tebing laut Temuilah putrimu di sana! suara bisikan tersebut.

Ketika terbangun, sang Raja bersama rakyatnya pun langsng kembali ke tebing itu. Sesampainya di sana, mereka melihat Putri Kemarau berdiri di atas sebuah karang di tengah laut dengan membawa penerangan serta harapan baru. Ternyata, sang Putri diselamatkan oleh Tuhan Yang Mahakuasa karena keikhlasannya berkorban demi kepentingan orang banyak. Tapi ajaibnya, semula tidak ada batu karang di tengah laut itu.

Terima kasih, Tuhan!  Sudah menyelamatkan putriku, kata sang Raja.

Setelah berucap syukur, raja itu langsung memerintahkanpengawalnya untuk menjemput sang Putri dan membawanya kembali ke istana.Beberapa tahun kemudian, sang Raja akhirnya menyerahkan kekuasaannya padaputrinya. Sejak itulah, Putri Kemarau menjadi ratu di negeri itu. Diamemerintah dengan arif dan bijaksana. Rakyatnya juga hidup makmur dansejahtera.

Baca Juga :  Pankreas


Naskah Drama Putri Kemarau

Narator          : Dahulu di Sumatera Selatan, ada seorang putri raja bernama Putri Jelitani.   Namun, ia akrab dipanggil Putri Kemarau karena dilahirkan pada musim kemarau. Ia merupakan putri sematawayang sang Raja. Ibunda sang putri baru saja wafat. Sebagai putri tunggal,
ia sangat disayangi oleh ayahnya. Negeri yang dipimpin ayahnya makmur dan tentram. Suatu ketika, negeri itu dilanda kemarau yang sangat panjang.

Rakyat 1            : “Apakah kau melihat keadaan kerajaan beberapa bulan terakhir ini?”

Rakyat 2             : “Ya, negeri kita saat ini sangat menyedihkan. Banyak rakyat yang mengeluh karena kekurangan air.”

Rakyat 1            : “Apa sebaiknya kita menghadap raja saja untuk menangani hal ini?”

Rakyat 2            : “Baiklah, ayo kita menghadap raja!”

( Di perjalanan, mereka bertemu rakyat lainnya)

Rakyat 3            : “Hei, kalian mau ke mana?”

Rakyat 1            : “Kami mau menghadap raja.”

Rakyat 3            : “Ada masalah apa?”

Rakyat 2             : “Kami ingin meminta raja untuk menindaklanjuti kekeringan ini. Apa kau mau ikut?”

Rakyat 3            : “Ya, sawahku sudah sangat kering akibat kemarau berkepanjangan ini.”

( Mereka berjalan menuju kerajaan )

Pengawal          : ( Membawa rakyat menemui raja )

Raja                  : “Wahai rakyatku, apa yang membawamu kemari?”

Rakyat 1            : “Baginda, maafkan kedatangan kami yang tiba-tiba. Maksud kedatangan kami ke sini ingin meminta baginda untuk menindaklanjuti permasalahan yang ada di negeri kita tercinta ini.”

Raja                  : “Ya, saya telah memikirkan hal tersebut. Siang ini para peramal akan berkumpul di kerajaan ini untuk mencari jalan keluar dari permasalahan ini.”

Rakyat 2            : “Baiklah, kami akan menunggu kabar baik dari raja.” ( Berjalan keluar dari singgasana )

( Para peramal datang ke kerajaan )

Peramal 1         : “Ada apakah Baginda mengundang kami kemari?”

Raja                  : “Saya mengundang kalian ke sini untuk menyelesaikan kekeringan yang terjadi di negeri ini.”

Peramal 2         : “Maaf Baginda, saya tidak bisa menemukan solusi dari masalah ini.”

Peramal 3         : “Begitu juga dengan kami.”

Raja                  : “Lantas siapa yang dapat menyelesaikan permasalahan di negeri ini

                           ( Menghentakkan tongkat ke lantai ). Kasihan semua rakyatku menderita akibat kemarau ini.”

Peramal 2         : “Maafkan kami Baginda, kami telah berusaha semaksimal mungkin.”

Raja                  : “Baiklah, kalian boleh kembali ke rumah kalian.”

Peramal 1         : “Baiklah, kami undur diri.”

( Peramal pergi dari kerajaan )

( Raja dan pengawal berkumpul di ruang pertemuan )

Raja                  : “Bagaimana ini, tidak ada yang bisa mengatasi masalah ini! Aku merasa sangat bersalah kepada rakyatku.”

Pengawal          : “Mohon maaf Baginda, namun saya mendengar kabar bahwa ada seorang peramal yang sangat sakti. Ia tinggal di sebuah desa yang sangat terpencil dan jauh dari kerajaan ini.”

Raja                  : “Benarkah? Cepat siapkan kereta! Aku akan berangkat ke desa itu.”

Pengawal          : “Siap Baginda!” ( Pergi dari hadapan raja )

( Raja bersiap-siap untuk pergi menemui peramal tersebut )

(  Seluruh keluarga kerajaan berkumpul )

Raja                  : “Anakku, ayah akan pergi untuk menemui peramal di desa terpencil. Untuk sementara, ayah percayakan kerajaan ini padamu.”

Putri                  : “Baiklah, ayah. Kau bisa mempercayakan kerajaan ini padaku.”

Raja                  : ( Pergi meninggalkan kerajaan )

( Raja sampai ke kediaman peramal dan mengetuk pintu )

Peramal            : ( Membuka pintu ) “Suatu kehormatan Baginda jauh-jauh datang ke rumah saya. Silahkan masuk ke rumah saya yang sederhana ini.”

( Raja pun masuk ke dalam rumah )

Peramal            : “Apa yang membuat Baginda datang kemari?”

Raja                  : “Wahai peramal, negeriku sedang dalam kesulitan. Tolong katakan cara untuk mengatasinya.”

Peramal            : ( Meramal ) “Baginda, petunjuk mengenai jalan keluar dari kesulitan negeri baginda akan muncul melalui mimpi putri baginda.”

Raja                  : “Baiklah. Hal ini akan kutanyakan kepada putriku. Terimakasih, wahai peramal.”

Peramal            : “Baiklah, Baginda.”

( Raja meninggalkan kediaman peramal )

( Raja sampai di kerajaan dan menemui putrinya )

Raja                  : “Putriku, ayah telah bertemu dengan peramal tersebut. Katanya, petunjuk mengenai jalan keluar dari kesulitan ini akan datang melalui mimpimu. Apakah dirimu sudah bermimpi tentang hal itu?”

Putri                  : “Belum, ayah. Tapi, alangkah baiknya jika kita menyerahkan masalah kekeringan ini kepada Tuhan.”

Raja                  : “Benar juga apa yang kau katakan, putriku. Perkataanmu itu membuat ayah sadar. Maafkan ayah, putriku.”

( Putri Kemarau sedang tidur )

Ibu                     : “Wahai putriku, kesulitan yang dialami negeri ini akan berakhir jika ada seorang gadis yang mau berkorban dengan menceburkan diri ke laut.”

( Putri Kemarau terbangun dari tidurnya )

( Raja masuk ke dalam kamar Putri Kemarau )

Raja                  : ( Menenangkan Putri Kemarau ) “Ada apa putriku?”

Putri                  : “Ayah, aku sudah mendapatkan mimpi yang ayah katakan. Aku bertemu ibu. Ibu bilang kesulitan negeri kita ini akan berakhir bila ada seorang gadis yang mau berkorban dengan menceburkan dirinya ke laut.’’

Raja                  : ’’Jika begitu, mari kita beritahu rakyat tentang hal ini, putri. Ayah akan mengadakan sayembara untuk mencari orang yang bersedia mengorbankan dirinya untuk kerajaan ini’’ (Mereka berjalan keluar)

( Keesokan harinya )

Raja                  : “Siapakah dari kalian yang mau mengajukan dirinya untuk menjalankan amanah ini?” (berbicara pada rakyat)

( Suasana hening )

Putri                  : “Maaf bila saya lancang, tetapi saya rela mengorbankan jiwa saya dengan ikhlas demi kemakmuran rakyat di negeri ini.” (sambil bangkit berdiri)

Raja                  : “Jangan putriku! Engkaulah satu-satunya yang aku miliki. Engkau yang akan meneruskan tahta kerajaan ini.” ( Terkejut )

Putri                  : “Lebih baik saya saja yang menjadi korban daripada seluruh rakyat. Barangkali ini sudah menjadi takdir saya.”

Raja                  : “Baiklah putri. Nanti malam kita akan pergi ke tepi laut.” (sedih)

( Pada malam hari di tepi jurang )

Raja                  : “Putriku, apakah kau yakin akan melakukan semua ini?”

Putri                  : “Saya sangat yakin ayah. Ikhlaskan kepergianku, maafkan semua kesalahanku.” ( Mulai berjalan ke tepi tebing )

( Putri terjun ke laut )

Raja                  : “Baiklah rakyatku, mari kita kembali ke rumah kita masing-masing.” (Sedih)

( Rakyat meninggalkan istana )

( Raja tidur dalam kamarnya )

Suara gaib        : “Segeralah kembali ke tebing di dekat laut dan temuilah putrimu di sana.”

( Raja terbangun dan menemui rakyatnya )

Raja                  : “Rakyatku, mari kita kembali ketebing. Ada suara yang mengatakan aku harus kembali kesana untuk menemui putriku.” (berbicara pada rakyat)

( Raja menuju ke tebing dan melihat putrinya )

Raja                  : “Terimakasih Tuhan, Engkau telah menyelamatkan putriku.” (bersyukur kepada Tuhan)

Raja                  : “Itu putriku. Pengawal bawa putriku kemari.” ( Memerintah pengawal )

Baca Juga :  Naruto x Boruto Ninja Voltage Mod Apk

Narator             : Raja punmemerintahkan pengawal untuk menjemput putrinya dan membawanya ke istana. Beberapa tahun kemudian, raja menyerahkan kekuasaan pada putrinya. Sejak itu, Putri Kemarau menjadi ratu di negeri tersebut. Ia memerintah dengan arif dan bijaksana sehingga rakyatnya hidup makmur dan tentram.


Hikayat Putri Kemarau

Opening :

Cerita dalam adegan ini dimulai dengan sebuah tarian yang menggambarkan malapetaka dari sebuah negeri. Beberapa orang masuk membawa peralatan panen, beberapa lagi diantaranya bergerak (tari) menyerupai ngengat (hewan perusak tanaman). Musik sangat mencekam, para petani ingin memanen padinya kecewa ketika melihat seluruh tanamannya hancur.

Beberapa saat kemudian musik berubah menegangkan, tampak seorang perempuan dikejar-kejar beberapa lelaki. Perempuan itu akan di tumbalkan pada dewa, agar malapetaka yang melanda negeri segera berakhir. Perempuan itu sangat ketakutan, ia berlari kesana kemari menghindari para lelaki yang akan menangkapnya, meski pada akhirnya ia tertangkap juga.

Bagian Pertama
Seorang lelaki berdiri diatas sebuah singgah sana, hatinya meracau, jiwanya keluh. Batinnya berperang dengan sengit. Seorang peramal terus-terusan merapal doa-doa tanpa henti. Asap dupa menyeruak mengisi ruang. Perdana Menteri coba menenangkan Raja.
Perdana Menteri
Baginda…saya rasa sebaiknya beristirahat dulu.
Raja

Aku tidak dapat beristirahat dengan tenang perdana menteri. Malapetaka terus bergentayangan menghantui negeri ini. Kepergian permaisuri menghadap dewata, begitu membuatku kalut. Dan sekarang kegagalan panen serta kelaparan akibat kemarau yang berkepanjangan, telah menyayat jantungku. Setengah mati aku memikirkannya. Entah esok malapetaka apa lagi yang akan menghantui negeri ini.

Perdana Menteri
Semua ini adalah ujian yang diberikan oleh dewata pada baginda, percayalah bahwa disetiap kesulitan yang digariskan alam tentu ada hikmah yang terkandung didalamnya.
Raja
Aku mengerti itu perdana menteri, tapi harus sampai kapan malapetaka itu menggerogoti hidupku. Aku gemetar membayangkan malapetaka yang jauh lebih menakutkan. Peramal, apa yang kau lihat tentang masa depan negeri ini?

Peramal
Menurut penglihatan mata batin hamba, malapetaka masih akan menghantui negeri ini. Kita harus segera melaksanakan upacara pemujaan pada dewata kala murka.
Raja
Aku telah memerintahkan para hulubalang untuk mengumpulkan gadis-gadis yang akan di jadikan syarat upacara itu, kenapa upacaranya belum juga kau lakukan.

Peramal
Baginda, menurut perbincangan batin saya dengan para dewata kala murka. Syarat utama dalam upacara itu adalah gadis belia yang masih suci dan iklas menjadi tumbal dalam upacara itu.
Perdana Menteri
Tapi peramal, sebanyak gadis yang ditangkap oleh para hulubalang, tidak seorang pun yang iklas menjadi tumbal upacara itu.

Peramal
Harus segera didapatkan, jika malapetaka dinegeri ini mau berakhir.
Perdana Menteri
Tetapi pencarian itu telah menyebabkan kekacauan, para rakyat semakin terdesak dan ketakutan.
Peramal
Masalah ini silahkan perdana menteri tanyakan langsung pada baginda raja, karena pada akhirnya upacara ini akan dilakukan atas izin baginda pula.

Raja
Perdana menteri aku cukup mengerti arah bicaramu, sebagai seorang raja melindungi segenap rakyat adalah tanggung jawabku. Tetapi dalam perkara ini aku di tuntut untuk memutuskan sesuatu yang sangat berat bagiku. Oleh karena itu aku memilih malapetaka ini harus segera berakhir, denegan cara apapun.
Perdana Menteri
Termasuk dengan cara menumbalkan gadis suci?

Raja
Mau tidak mau aku harus melakukannya, meski aku tahu itu melanggar tanggung jawabku sebagai raja.
Perdana Menteri
Peramal, coba pandangan batinmu buka sekali lagi. Kau lihat dengan lebih teliti, mungkin saja kau salah.
Peramal
Perdana Menteri, hamba tidak akan berani sembarang bicara. Apalagi untuk permasalahan yang menyangkut kebijakan raja. Telah tujuh purnama hamba bertanya pada dewata kala, tetapi jawabannya selalu sama.

Raja
Perdana Menteri malapetaka di negeri ini harus di akhiri, segala cara akan aku lakukan meski harus menumbalkan seorang dari bagian negeri ini. Peramal, ikut aku keruang tawanan. Aku sendiri yang akan meminta keiklasan dari gadis-gadis yang kita tawan.

Bagian Kedua
Putri Rindang Kencana sedang membicarakan keadaan yang terjadi dalam negeri pada Dayang kepercayaan.
Putri Rindang Kencana
Telah tiga belas purnama berlalu, tetapi petaka yang membungkus negeri ini enggan minggat. Apakah dosa-dosa pemimpin negeri ini yang begitu hitam hinggah dewata menghukum kita.

Dayang
Putri, sudah hampir gelap.
Putri Rindang Kencana
Aku memang menunggu gelap yang sempurna Dayang, karena dalam kegelapanlah kita bisa melihat cahaya. Negeri ini sudah terlampau sesak, semua orang berebut ingin terlihat seperti cahaya. Bahkan ayahanda maharaja telah disilaukan cahaya.

Dayang
Kita tidak pernah tahu makna kilatan cahaya. Telah beratus pendekar, pengembara, dan ahli pikir yang mencoba memaknai cahaya, tapi tidak satupun yang mampu memberi warna.
Putri Rindang Kencana
Aku akan menghadapi cahaya dan prajurit bayangan yang meski telah berkali-kali kita tikam dengan pisau yang sangat tajam ia tetap tak rebah.

Dayang
Aku tidak paham apa yang bersarang dalam kepala Putri saat ini?
Putri Rindang Kencana
Dayang, keputusan ayahanda Raja untuk melaksanakan upacara pemujaan pada dewata kala murka telah memperparah keadaan negeri ini. Aku akan menghentikannya.

Dayang
Maksud tuanku putri?
Putri Rindang Kencana
Aku telah memikirkan sesuatu, meski sebenarnya aku ragu. Tapi dorongan rasa kemanusiaanku terus bergejolak untuk membebaskan malapetaka yang kian berkecamuk.

Dayang
Tuanku Putri akan menentang Baginda Raja?
Putri Rindang Kencana
Bukan menentang, tapi aku hanya ingin meluruskan benang-benang yang tak terpintal tepat.
Perdana Menteri yang sejak tadi mendengar percakapan Putri Rindang Kencana dan Dayang tiba-tiba muncul, kehadiran Perdana Menteri membuat keduanya terperanjat kaget.

Perdana Menteri
Malapetaka itu sepertinya telah merampas segalanya dari kita. Semua orang mencari-cari, mengembara, menembus lembah-lembah berhantu. Tanpa kita sadari lama-lama kita akan menjelma seperti para hantu.
Putri Rindang Kencana
Perdana Menteri, kau mendengar semuanya?

Perdana Menteri
Maafkan aku Putri, sama seperti malapetaka yang tiba-tiba memberangus negeri ini, aku pun hadir disini tiba-tiba saja ketika melintas dan mendengar percakapan keras kalian.
Putri Rindang Kencana
Apa kau akan membantu? Atau justru akan memecah semuanya menjadi kepingan debu.
Perdana Menteri
Mengapa kau seperti meragukan keehadiranku?

Putri Rindang Kencana
Karena aku ingin mengakhiri semburat jingga yang sedang membungkus ayahanda raja.
Perdana Menteri
Dayang, bisakah kau membiarkan kami bicara empat mata?

Dayang
Baiklah tuanku, hamba mohon undur diri. ( out )

Perdana Menteri
Aku tak berharap kau melakukan semua yang bersarang dikepalamu saat ini.

Baca Juga :  Definisi Hak Asasi Manusia

Putri Rindang Kencana
Aku tidak tahu kenapa kau datang, dan untuk siapa kau datang?. Biarkanlah semua mesiu yang aku siapkan di kepala ini meledak seperti yang aku harapkan.

Perdana Menteri
Boleh aku tahu seperti apa rentetan mesiu yang tampak sempurna itu?

Putri Rindang Kencana
Kau tentu tahu tentang kepanikan rakyat atas kebijakan ayahanda raja mengumpulkan gadis-gadis untuk tumbal upacara pemujaan dewata kala. Bagiku itu bukan langkah tepat yang diputuskan ayahanda raja. Aku akan mengakhiri ketakutan itu.

Perdana Menteri
Kau akan mengakhiri semuanya?

Putri Rindang Kencana
Harus. Bukankah menurut peramal istana, malapetaka di negeri ini akan berakhir bila ada tumbal gadis suci yang iklas menjalani upacara. Aku akan mengantikan para gadis itu.

Perdana Menteri
(marah) Rindang Kencana, jangan main-main dengan ucapanmu. Ini menyangkut kehidupan negeri ini.

Putri Rindang Kencana
Kau ini kenapa Perdana Menteri? Apa kau ingin membiarkan malapetaka ini terus berlalu hingga menghapuskan segalanya.

Perdana Menteri
Tentu saja tidak

Putri Rindang Kencana
Apa kau ingin membiarkan rakyat semakin sengsara dengan malapetaka ini?

Perdana Menteri
Tidak

Putri Rindang Kencana
Lantas kenapa kau ingin menutup jalan yang aku lintasi?

Perdana Menteri
Karena aku mencintaimu!

Putri Rindang Kencana
Celaka ! dalam situasi musim yang menakutkan seperti ini kau masih juga memikirkan pribadimu. Bagiku cinta padamu urusan nomor dua, nomor satu adalah cinta pada negeri ini.

Perdana Menteri
Apa kau tidak pedulikan itu?

Putri Rindang Kencana
Semua akan melintasi waktunya. Untuk kepentingan negeri ini, aku titipkan cintaku padamu sementara pada cakrawala, biarkan ia kelak akan dilukis pelangi bersama hujan yang mucrat dari celah-celah langit bersamaan dengan berakhirnya malapetaka negeri ini.(meninggalkan perdana menteri)

Perdana Menteri
Rindang kencana tunggu, aku belum selesai bicara

Putri Rindang Kencana
Masih ada waktu lain untuk membicarakan tentang kita

Perdana Menteri
(mengejar) Rindang Kencana..Tungguuuuuuu…

Bagian Tiga
Raja dan Peramal mendatangi tempat tawanan para gadis-gadis yang akan di jadikan tumbal upacara. Tidak seorangpun bersedia menjadi tumbal. Maka Raja menjadi murka.

Raja
Negeri ini sedang sakit. Tanah air ini sedang menderita, malapetaka begitu mencintainya. Negeri ini butuh pahlawan. Maafkan aku rakyatku, semua ini harus aku lakukan. Peramal, apa waktu pelaksaan upacara itu telah datang.

Peramal
Baginda, musim barat telah berlalu. Sekarang sudah masuk dalam hitungan bulan kala. Upacara tolak balak sudah bisa kita laksanakan, semakin cepat kita lakukan maka semakin cepat malapetaka akan menjauh dari negeri ini.

Raja
Baiklah, silahkan kau siapkan upacaranya.
Tiba-tiba terdengar suara teriakan Perdana Menteri

Perdana Menteri

Baginda….bagindaaaaaaaa…gawattt

Raja
Kau ini kenapa perdana menteri?

Perdana Menteri
Para gadis-gadis yang ditawan tidak ada ditempatnya, mereka hilang ditelan bumi.
Raja

Apa? Kau jangan bercanda perdana menteri, aku tidak akan segan-segan memotong kepalamu.
Perdana Menteri
Aku sungguh-sungguh baginda. Sepertinya ada orang yang sengaja membebaskan para gadis yang kita tawan.

Raja
Peramal, apa yang sebenarnya terjadi. Malapetaka apa lagi ini?

Peramal
Baginda, dari pandangan mata batin saya, memang betul ada orang yang dengan sengaja membebaskan para gadis itu.

Raja
Kurang ajar, siapa yang berani mengacaukan segala rencanaku. Perdana menteri, kau siapkan seratus hulubalang, tangkap siapapun orang yang berani menentangku.
Tiba-tiba Putri Rindang Kencana muncul dengan sangat bijaksana

Putri Rindang Kencana
Tidak perlu mengelurkan ratusan hulubalang untuk menangkap orang itu, ayahanda. (move) (berbicara dengan tenang) orang yang kalian cari ada di hadapan kalian.

Raja
Rindang Kencana, apa maksudnmu dengan semua ini?

Putri Rindang Kencana

Aku hanya tidak ingin ayah menumbalkan rakyat dalam bencana negeri ini. Seorang pemimpin seharusnya melindungi rakyat, bukan menyengsarakan rakyatnya seperti yang dilakukan banyak pemimpin negeri ini.

Raja
Rindang kencana, kau berani menentang ayahmu?

Putri Rindang Kencana
Bukan menentang, aku hanya ingin ayahanda lebih bijak melihat.

Raja
Tapi malapetaka ini harus diakhiri. Aku hanya meminta keiklasan rakyatku untuk tumbal upacara tolak bala.

Putri Rindang Kencana
Tidak seorangpun yang iklas menjadi tumbal, bagaimana mungkin upacara bisa dilaksanakan.

Peramal
Tuan putri, tapi upacara itu harus dilaksanakan.

Putri Rindang Kencana
Upcara akan tetap dilaksanakan

Raja
Bagaimana mungkin upacara akan dilaksanakan bila semua gadis suci yang di tawan telah kau bebaskan.

Putri Rindang Kencana
Aku yang akan menggantikan mereka

Raja
(terkejut) Rindang Kencana, kau jangan main-main. Ini bukan permasalahan ringan.

Putri Rindang Kencana
Aku tidak sedang bermain-main dengan pilihan. Pertanyaannya adalah, apakah ayahanda iklas menjadikan aku tumbal upcara ini?

Raja
Putriku, setelah kepergian ibundamu menghadap dewata, kini tinggal kau satu-satunya orang yang ayah cintai, bagaimana aku bisa iklas menumbalkanmu.

Putri Rindang Kencana
Nah..seperti itu juga yang dirasakan oleh para orang tua yang anak gadisnya akan ayah tumbalkan dalam upacara. sebagai seorang raja, seharusnya ayah lebih memikirkan perasaan rakyat, bukan memikirkan perasaan ayah sendiri. Peramal, siapkan upacaranya. (out)

Raja
Rindang kencana, tunggu

Putri Rindang Kencana
Ini keputusan seorang putri raja, aku ingin ayah mengiklaskannya.

Raja
(meratap) Akhhhhhhhhhhhh…dewata agung, cobaan apa lagi yang kau berikan padaku, kenapa kau memilih putriku dalam perkara ini.(teriak) jika semua ini karena dosaku..biarkan aku yang menjadi tumbalnya.(mennagis)

Peramal
Baginda…apa permintaan putri rindang kencana dikabulkan, jika baginda mengizinkan maka upacara akan hamba laksanakan.

Raja
Peramal, itu sudah menjadi keputusannya. Dan demi kesejahteraan negeri ini aku iklaskan putriku menjadi tumbal upacara pemujaaan dewata kala. Kau siapkan upacaranya.

Peramal
Baik baginda.

Atas izin Raja, upacara tola bala dilakukan. Satu persatu penari muncul dengan gerakan teatrikal, mereka membawa orang-orangan sawah yang dibuat dari ilalang kering. Beberapa penari lainnya membawa sesaji.
Dibagian lain, Putri Rindang Kencana muncul dengan sikap yang anggun dari kumpulan penonton. Peramal tampak siap dengan mantra-mantranya, berkeliling panggung sambil menaburkan bebungaan. Dengan sangat yakin Putri

Rindang Kencana berjalan menuju altar suci.
Beberapa penari membuat komposisi gerak menyerupai orang-orang yang memuja, para penari lelaki berkeliling membawa api obor. Lalu Putri Rindang Kencana masuk kedalam api.


demikianlah artikel dari duniapendidikan.co.id mengenai Cerita Putri Kemarau : Sejarah, Legenda, Naskah Drama, Hikayat, Gamabar, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semuanya.