Asal Usul Kota Pekanbaru

Diposting pada

Definisi Kota Pekanbaru

Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama “Senapelan” yang pada saat itu dipimpin oleh seorang Kepala Suku disebut Batin. Daerah yang mulanya sebagai ladang, lambat laun menjadi perkampungan. Kemudian perkampungan Senapelan berpindah ke tempat pemukiman baru yang kemudian disebut Dusun Payung Sekaki yang terletak di tepi muara sungai Siak.

Nama Payung Sekaki tidak begitu dikenal pada masanya, melainkan Senapelan. PerkembanganSenapelan berhubungan erat dengan perkembangan Kerajaan Siak Sri Indrapura. Semenjak Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah menetap di Senapelan, beliau membangun istananya di Kampung Bukit berdekatan dengan perkampungan Senapelan. Diperkirakan istana tersebut terletak di sekitar Mesjid Raya sekarang. Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah mempunyai inisiatif untuk membuat Pekan di Senapelan tetapi tidak berkembang.

Usaha yang telah dirintis tersebut kemudian dilanjutkan oleh putranya Raja Muda Muhammad Ali di tempat baru yaitu disekitar pelabuhan sekarang. Selanjutnya pada hari Selasa tanggal 23 Juni 1784 M, berdasarkan musyawarah datuk-datuk empat suku, negeri Senapelan diganti namanya menjadi “Pekan Baharu” selanjutnya diperingati sebagai hari lahir Kota Pekanbaru. Mulai saat itu sebutan Senapelan sudah ditinggalkan dan mulai populer sebutan “PEKAN BAHARU”, yang dalam bahasa sehari-hari disebut PEKANBARU.

 

√ Asal Usul Kota Pekanbaru : Sejarah , Bahasa dan Perkembangan Kota Pekanbaru

Asal Mula Nama Provinsi Riau

Apalah arti sebuah nama? begitu pertanyaan Shakespeare yang melegenda. Bagi orang Melayu, nama sangatlah bermakna. Nama merupakan identitas. Itu sebabnya, asal muasal sebuah nama layak dikaji. Kali ini, saya menelusuri asal  mula nama Provinsi Riau. Menurut Hasan Junus, seorang peneliti naskah Melayu Riau, ada tiga kemungkinan asal mula kata riau;

  1. Rio; dari bahasa Portugis, artinya sungai.
  2. Riahi; dari Bahasa Arab yang berarti gelombang. Kata-kata ini ditemukan

dalam Kitab Alfu Laila Wa Laila, yang berarti kisah seribu satu malam, sebuah dongeng dari Irak.

  1. Riuh atau Rioh; Bahasa Melayu yang berarti hiruk pikuk, ramai org bekerja.

Kemungkinan ketiga dinilai lebih mendekati. Nama Riau dari bahasa setempat, konon berasal dari suatu peristiwa ketika didirikannya negeri baru di Sungai Carang (di Bintan, Kepulauan Riau) untuk dijadikan pusat kerajaan. Hulu sungai itulah yang kemudian bernama Ulu Riau. Peristiwa itu kira-kira mempunyai teks sebagai berikut:

Tatkala perahu-perahu dagang yang semula pergi ke makam Tauhid (ibukota Kerajaan Johor) diperintahkan membawa dagangannya ke Sungai Carang di Pulau Bintan (suatu tempat sedang didirikan negeri baru) di muara sungai itu mereka kehilangan arah. Bila ditanyakan kepada awak-awak perahu yang hilir, “Dimana tempat orang-orang raja mendirikan negeri” mendapat jawaban “di sana di tempat yang rioh” sambil mengisyaratkan ke hulu sungai. Menjelang sampai ke tempat yang dimaksud, jika ditanya ke mana maksud mereka, selalu mereka menjawab, “mau ke rioh’. 

Pembukaan negeri baru yang bernama Riau itu, terjadi pada 27 September 1673, atas perintah Sultan Johor, Abdul Jalil Syah III (1623- 1677) kepada Laksamana Abdul Jamil. Setelah negeri Riau berdiri, dinobatkanlah Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah menjadi Sultan Riau pertama, pada 4 Oktober 1722.  Setelah itu, nama ini dipakai untuk menunjukkan satu diantara empat daerah utama kerajaan Johor, Pahang, Riau dan Lingga.

Setelah Perjanjian London 1824 yang membelah daerah  tersebut menjadi dua  bagian, maka nama Riau digabungkan dengan Lingga, sehingga terkenal pula sebutan kerajaan Riau- Lingga. Dalam zaman pemerintahan Belanda, nama ini dipergunakan untuk daerah kepulauan Riau, ditambah dengan Pesisir  Timur Sumatera. Begitu pula pada zaman Jepang. Pada zaman kemerdekaan, awalnya nama itu dipergunakan untuk nama sebuah kabupaten dalam wilayah Provinsi Sumatera  Tengah.

Baca Juga :  Pengertian Demokrasi Pancasila

Setelah Provinsi Riau terbentuk pada tahun 1958, . maka nama itu disamping dipergunakan untuk nama sebuah kabupaten, dipergunakan pula sebagai nama sebuah provinsi.  (Sebelum dimekarkan menjadi dua Provinsi;  Riau dan Kepulauan Riau pada 1 Juli 2004) wilayah Provinsi Riau meliputi Kepulauan Riau serta sebagian dari Pulau Sumatera bagian tengah sebelah timur. Kawasan ini telah dirintis oleh Sang Sapurba, salah satu Raja  Melayu yang mencoba menghidupkan kembali kerajaan Melayu raya di Selat Melaka.

Sang Sapurba telah mencoba mempersatukan Bintan (daerah Kepulauan Riau) dengan daerah Kuantan di belahan pulau, Sumatera.  Selepas itu, Raja Kecik yang tidak dapat bertahan di Riau  (Bintan) lalu mundur ke Siak pada 1722, juga mempunyai ambisi untuk mempersatukan belahan di pesisir timur Sumatera, diantaranya Siak.


Sejarah Pekanbaru

Menurut sejarah kota Pekanbaru berasal dari sebuah dusun keci dengan nama Dusun Senapelan. Pada perkembangannya, Dusun Senapelan pindah pemukiman baru yang disebut Dusun Payung Sekaki, berada di tepi Muara Sungai Siak. Dusun Senapelan ini juga erat hubungannya pada perkembangan sebuah Kerajaan Siak Sri Indrapura.

Pada saat itu, raja Siak Sri Indrapura keempat, bernama Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah, yang bergelar Tengku Alam, menetap pada Dusun Senapelan, yang seanjutnya membangun sebuah istana di Kampung Bukit dekat Dusun Senapelan. Kemudian, Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah mendirikan pasar di Dusun Senapelan, namun tak berkembang. Yang kemudian dilanjutkan putranya, bernama Raja Muda Muhammad Ali di tempat baru.

Selanjutnya, pada 21 Rajab 1204 H, Dusun Senapelan berubah namanya yakni Pekan Baharu. Sejak itulah, setiap 23 Juni ditetapkan menjadi hari jadi dari Kota Pekanbaru. Dan kemudian Dusun Senapelan lebih populer dengan sebutan Pekan Baharu. Seiring waktu sekarang lebih di kenal dengan nama Kota Pekanbaru, yakni ibukota Provinsi Riau.


Bahasa dan Perkembangannya

Bahasa sehari-hari yang biasa dipakai ialah bahasa Siak, Perawang, Tapung, dan Gasib, karena mereka banyak yang berlalu-lalang melewati Sungai Siak. Pada waktu itu pengaruh dari bahasa lain seperti bahasa Kampar, Minang, dan Pangkalan Kota Baru belum masuk ke dalam lingkungan masyarakat yang hidup di sepanjang Sungai Siak. Namun, pada saat Sultan Abdul Djalil Alamuddin Syah menempatkan pusat pemerintahan Kerajaan Siak berada di Sungai Mempura ke Dusun Senapelan, sehingga para pembesar kerajaan serta para keluarganya ikut pindah juga ke Senapelan.

Dan saat itu pulalah tradisi dan budaya, bahasa sehari-hari terbawa ke dusun Senapelan. Di dusun Senapelan, sultan juga membangun istana dan juga mendirikan masjid, masjid itu masih berukuran kecil, yang dibangun dari kayu, karena saat ini masjid tersebut tak dapat kita lihat lagi. Dari dasar masjid inilah yang kemudian sebagai awal mula Masjid Raya Pekanbaru yang berada di Pasar Bawah saat ini.

Sultan Abdul Djalil Alamuddin Syah juga membangun sebuah jalan raya yang tembus Senapelan sampai dengan Teratak Buluh. Sultan Abdul Djalil Alamuddin Syah mendirikan pasar, yang operasionalnya hanya seminggu sekali. Namun, belum sempat berkembang, beliau kemudian wafat tahun 1765 masehi dan dikebunikan tepat di sebelah Masjid Raya Pekanbaru, saat ini dengan bergelar Marhum Bukit. Selanjutnya pasar pekan itu diteruskan putranya yakni Raja Muda Muhammad Ali dan dibantu seorang keponakannya yang bernama Said Ali.

Pada masa Raja Muda Muhammad Ali itulah kemudian dusun Senapelan mulai memiliki kemajuan amat pesat. Pasar yang didirikan yang pada pelaksanaannya cuma satu kali dalam sepekan itu kemudian melahirkan kata ekanbaru. Pekan yang mempunyai arti pasar satu kali dalam sepekan. Pada saat itulah mulai nama Senapelan menjadi lama kelamaan semakin dan tidak popuer lagi dan menghilang, orang lebih mengenal dengan menyebutnya Pekanbaru.

Dalam perkembangannya sesudah kota Pekanbaru menjadi semakin ramai muncullah banyak para pendatang mulai dari pelosok negeri seperti dari Pangkalan Kota baru, Pangkalan Kota baru, Minang Kabau, Pasir Pengaraian, Taluk Kuantan, Pangkalan Kota baru, dan wilayah-wilayah lain. Pada Awalnya kedatangan mereka hanya untuk berdagang, namun lama kelamaan mereka yang berdagang itu kemudian menetap. Dengan menetapnya para pedagang pendatang itu di Pekanbaru dari situlah para pedagang itu melahirkan para generasi anak dan cucu serta cicit. Anak, cucu, serta cicit tersebut kemudian menjadi orang-orang di Pekanbaru. Masing-masing para pedagang yang datang serta menetap di Pekanbaru tersebut dengan membawa bahasa dan tradisi dari asal daerah masing-masing dulunya.

Baca Juga :  Pengertian Sistem Peredaran Darah

Sehingga mereka pun mewariskan pada keturuna anak cucu serta cicit mereka. Dari sanalahmulai hilangnya bahasa asli dan tradisi asli masyarakat Pekanbaru yang bermuladari Kerajaan Siak. Apabila ingin mengetahui secara lebih jelas lagi terkaitsejarah, bahasa dan tradisi asli dari masyarakat Pekanbaru, tanyakanlah padaorang-orang Pekanbaru yang nenek moyangnya mereka itu yang berasal dari Siak dannenek moyangnya mereka itu orang-orang yang juga hidup pada lingkungan masyarakatKerajaan Siak.


Dongen Puteri Kaca Mayang Asal Mula Kota Pekanbaru

Alkisah, pada zaman dahulu kala, di tepi Sungai Siak berdirilah sebuah kerajaan yang bernama Gasib. Kerajaan ini sangat terkenal, karena mempunyai seorang panglima yang gagah perkasa dan disegani, Panglima Gimpam namanya. Selama ia menjadi penglima Kerajaan Gasib, tiada satu pun kerajaan lain yang dapat menaklukkannya. Selain itu, Kerajaan Gasib juga mempunyai seorang putri yang kecantikannya sudah masyhur sampai ke berbagai negeri, Putri Kaca Mayang namanya. Meskipun demikian, tak seorang raja pun yang berani meminangnya. Mereka merasa segan meminang sang Putri, karena Raja Gasib terkenal mempunyai Panglima Gimpam yang gagah berani itu.

asal mula kota pekanbaru

Pada suatu hari, Raja Aceh memberanikan dirinya meminang Putri Kaca Mayang. Ia pun mengutus dua orang panglimanya untuk menyampaikan maksud pinangannya kepada Raja Gasib. Sesampainya di hadapan Raja Gasib, kedua panglima itu kemudian menyampaikan maksud kedatangan mereka. “Ampun, Baginda! Kami adalah utusan Raja Aceh. Maksud kedatangan kami adalah untuk menyampaikan pinangan raja kami,” lapor seorang utusan. “Benar, Baginda! Raja kami bermaksud meminang Putri Baginda yang bernama Putri Kaca Mayang,” tambah utusan yang satunya.

“Maaf, Utusan! Putriku belum bersedia untuk menikah. Sampaikan permohonan maaf kami kepada raja kalian,” jawab Raja Gasib dengan penuh wibawa. Mendengar jawaban itu, kedua utusan tersebut bergegas kembali ke Aceh dengan perasaan kesal dan kecewa.

Di hadapan Raja Aceh, kedua utusan itu melaporkan tentang penolakan Raja Gasib. Raja Aceh sangat kecewa dan merasa terhina mendengar laporan itu. Ia sangat marah dan berniat untuk menyerang Kerajaan Gasib.
serangan yang mungkin terjadi, karena ia sangat mengenal sifat Raja Aceh yang angkuh itu. Panglima Gimpam memimpin penjagaan di Kuala Gasib, yaitu daerah di sekitar Sungai Siak.
Rupanya segala persiapan Kerajaan Gasib diketahui oleh Kerajaan Aceh. Melalui seorang mata-matanya, Raja Aceh mengetahui Panglima Gimpam yang gagah perkasa itu berada di Kuala Gasib. Oleh sebab itu, Raja Aceh dan pasukannya mencari jalan lain untuk masuk ke negeri Gasib. Maka dibujuknya seorang penduduk Gasib menjadi penunjuk jalan.

“Hai, orang muda! Apakah kamu penduduk negeri ini?, tanya pengawal Raja Aceh kepada seorang penduduk Gasib. “Benar, Tuan!” jawab pemuda itu singkat. “Jika begitu, tunjukkan kepada kami jalan darat menuju negeri Gasib!” desak pengawal itu. Karena mengetahui pasukan yang dilengkapi dengan senjata itu akan menyerang negeri Gasib, pemuda itu menolak untuk menunjukkan mereka jalan menuju ke Gasib. Ia tidak ingin menghianati negerinya. “Maaf, Tuan! Sebenarnya saya tidak tahu seluk-beluk negeri ini,” jawab pemuda itu. Merasa dibohongi, pengawal Raja Aceh tiba-tiba menghajar pemuda itu hingga babak belur. Karena tidak tahan dengan siksaan yang diterimanya, pemuda itu terpaksa memberi petunjuk jalan darat menuju ke arah Gasib.

Baca Juga :  Pengertian BUMS


Kecamatan Kota Pekanbaru Dan Kode Post

Kota Pekanbaru terdiri dari 12 kecamatan dan 83 kelurahan:

Bukit Raya

  • Kelurahan Tangkerang Labuai (Kodepos: 28281)
  • Kelurahan Simpang Tiga (Kodepos: 28284)
  • Kelurahan Tangkerang Selatan (Kodepos: 28288)
  • Kelurahan Tangkerang Utara (Kodepos: 28289)
  • Kelurahan Air Dingin (Kodepos: 28284)

Lima Puluh

  • Kelurahan Rintis (Kodepos: 28141)
  • Kelurahan Sekip (Kodepos: 28142)
  • Kelurahan Tanjung Rhu (Kodepos: 28143)
  • Kelurahan Pesisir (Kodepos: 28144)

Marpoyan Damai

  • Kelurahan Maharatu (Kodepos: 28125)
  • Kelurahan Sidomulyo Timur (Kodepos: 28125)
  • Kelurahan Wonorejo (Kodepos: 28125)
  • Kelurahan Tangkerang Barat (Kodepos: 28282)
  • Kelurahan Tangkerang Tengah (Kodepos: 28282)

Payung Sekaki

  • Kelurahan Air Hitam (Kodepos: 28292)
  • Kelurahan Labuh Baru Barat (Kodepos: 28292)
  • Kelurahan Labuh Baru Timur (Kodepos: 28292)
  • Kelurahan Tampan (Kodepos: 28291)
  • Kelurahan Sungai Sibam (Kodepos: 28292)
  • Kelurahan Bandar Raya (Kodepos: 28292)
  • Kelurahan Tirta Siak (Kodepos: 28292)

Pekanbaru Kota

  • Kelurahan Suka Ramai (Kodepos: 28111)
  • Kelurahan Suma Hilang (Kodepos: 28111)
  • Kelurahan Kota Tinggi (Kodepos: 28112)
  • Kelurahan Kota Baru (Kodepos: 28114)
  • Kelurahan Tanah Datar (Kodepos: 28115)
  • Kelurahan Simpang Empat (Kodepos: 28116)

Sail

  • Kelurahan Cinta Raja (Kodepos: 28131)
  • Kelurahan Suka Maju (Kodepos: 28131)
  • Kelurahan Suka Mulia (Kodepos: 28131)

Senapelan

  • Kelurahan Sago (Kodepos: 28151)
  • Kelurahan Kampung Dalam (Kodepos: 28152)
  • Kelurahan Kampung Bandar (Kodepos: 28153)
  • Kelurahan Kampung Baru (Kodepos: 28154)
  • Kelurahan Padang Terubuk (Kodepos: 28155)
  • Kelurahan Padang Bulan (Kodepos: 28156)

Sukajadi

  • Kelurahan Sukajadi (Kodepos: 28121)
  • Kelurahan Harjosari (Kodepos: 28122)
  • Kelurahan Kedungsari (Kodepos: 28123)
  • Kelurahan Kampung Melayu (Kodepos: 28124)
  • Kelurahan Jadirejo (Kodepos: 28126)
  • Kelurahan Pulau Karam (Kodepos: 28127)
  • Kelurahan Kampung Tengah (Kodepos: 28128)

Rumbai

  • Kelurahan Sri Meranti (Kodepos: 28261)
  • Kelurahan Palas (Kodepos: 28264)
  • Kelurahan Rumbai Bukit (Kodepos: 28264)
  • Kelurahan Umban Sari (Kodepos: 28265)
  • Kelurahan Muara Fajar Timur (Kodepos: 28267)
  • Kelurahan Muara Fajar Barat (Kodepos: 28267)
  • Kelurahan Rantau Panjang (Kodepos: 28264)
  • Kelurahan Agrowisata (Kodepos: 28264)
  • Kelurahan Maharani (Kodepos: 28264)

Rumbai Pesisir

  • Kelurahan Limbungan (Kodepos: 28261)
  • Kelurahan Limbungan Baru (Kodepos: 28261)
  • Kelurahan Lembah Sari (Kodepos: 28262)
  • Kelurahan Lembah Damai (Kodepos: 28263)
  • Kelurahan Meranti Pandak (Kodepos: 28266)
  • Kelurahan Tebing Tinggi Okura (Kodepos: 28287)
  • Kelurahan Sungai Ukai (Kodepos: 28287)
  • Kelurahan Sungai Ambang (Kodepos: 28262)

Tampan

  • Kelurahan Delima (Kodepos: 28291)
  • Kelurahan Tuah Karya (Kodepos: 28291)
  • Kelurahan Simpang Baru (Kodepos: 28293)
  • Kelurahan Sidomulyo Barat (Kodepos: 28294)
  • Kelurahan Air Putih (Kodepos: 28291)
  • Kelurahan Tuah Madani (Kodepos: 28298)
  • Kelurahan Bina Widya (Kodepos: 28295)
  • Kelurahan Sialang Munggu (Kodepos: 28293)
  • Kelurahan Tobek Godang (Kodepos: 28297)

Tenayan Raya

  • Kelurahan Rejosari (Kodepos: 28281)
  • Kelurahan Sail (Kodepos: 28285)
  • Kelurahan Kulim (Kodepos: 28286)
  • Kelurahan Tangkerang Timur (Kodepos: 28289)
  • Kelurahan Bambu Kuning (Kodepos: 28141)
  • Kelurahan Industri Tenayan (Kodepos: 28143)
  • Kelurahan Sialang Sakti (Kodepos: 28131)
  • Kelurahan Tuah Negeri (Kodepos: 28282)
  • Kelurahan Sialang Rampai (Kodepos: 28286)
  • Kelurahan Pebatuan (Kodepos: 28289)
  • Kelurahan Pematang Kapau (Kodepos: 28289)
  • Kelurahan Mentangor (Kodepos: 28286)
  • Kelurahan Melebung (Kodepos: 28285)

Luas Kota Pekanbaru

Sebelum tahun 1960 Pekanbaru hanyalah kota dengan luas 16 km² yang kemudian bertambah menjadi 62,96 km² dengan 2 kecamatan yaitu kecamatan Senapelan dan kecamatan Limapuluh. Selanjutnya pada tahun 1965 menjadi 6 kecamatan, dan tahun 1987 menjadi 8 kecamatan dengan luas wilayah 446,50 km², setelah Pemerintah daerah Kampar menyetujui untuk menyerahkan sebagian dari wilayahnya untuk keperluan perluasan wilayah Kota Pekanbaru, yang kemudian ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1987. Kemudian pada tahun 2003 jumlah kecamatan pada kota ini dimekarkan menjadi 12 kecamatan.


Agama Kota Pekanbaru

Agama Islam merupakan salah satu agama yang dominan dianut oleh masyarakat Kota Pekanbaru, sementara pemeluk agama Kristen, Buddha, Katolik, Khonghucu dan Hindu juga terdapat di kota ini.


Peta Pekanbaru

demikianlah artikel dar duniapendidikan.co.id mengenai Asal Usul Kota Pekanbaru : Definisi, Sejarah, Luas Kota, Agama, Dongen Puteri Mayang, Kecamatan, Kode Post, Peta, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda