Armada Laut Kerajaan Majapahit

Diposting pada

Armada Laut Kerajaan Majapahit

Di Zaman kejayaan kerajaan Majapahit pada abad XIII masa Prabu Hayam Wuruk ada 2 tokoh militer jenius, yaitu Mahapatih Gajahmada dan Laksamana Mpu Nala. Laksamana Mpu Nala sebagai Panglima Angkatan Laut Majapahit menempatkan puluhan kapal perang untuk menjaga 5 titik penting perairan Nusantara.

Armada Laut Kerajaan Majapahit

Dalam buku Kisah Para Kesatria Penjaga Samudra karya Agus Soeroso dan juga Majapahit Peradaban Maritim karya karya Irawan Joko menuliskan kehebatan armada laut Majapahit. Armada gugus ke-1 bertugas di sebelah barat Sumatera sebagai gugus kapal perang penjaga Samudera Hindia di bawah pimpinan laksamana yang berasal dari Jawa Tengah. Armada gugus ke-2 kapal perang penjaga Laut Kidul atau sebelah selatan Jawa di bawah pimpinan seorang laksamana putra Bali.

Armada gugus ke-3 bertugas menjaga perairan Selat Makassar dan wilayah Ternate, Tidore, dan Halmahera di bawah pimpinan seorang laksamana putra Makassar. Armada gugus ke-4 menjaga Selat Malaka dan Kepulauan Natuna di bawah pimpinan seorang laksamana dari Jawa Barat.

Terakhir adalah armada gugus ke-5 menjaga Laut Jawa sampai ke arah timur hingga kepulauan rempah-rempah Maluku. Armada Jawa tersebut mengibarkan bendera Majapahit ditambah lagi bendera emas simbol istana Majapahit biasanya dipimpin seorang laksamana berasal dari Jawa Timur.

Setiap armada gugus kapal perang ada kapal bendera tempat kedudukan pimpinan komando tertinggi bagi semua kapal penyerang, kapal perbekalan, dan pelindung kapal bendera. Dari ke-5 armada Majapahit tersebut, beban berat adalah menjaga perairan Selat Malaka dan Laut Cina Selatan yang penuh perompak yang berpangkalan di sekitar wilayah Campa, Vietnam, dan Tiongkok.

Armada Ke-4 yang menjaga Selat Malaka tersebut biasanya dibantu armada pertama penjaga Samudera Hindia kalau perompak melarikan diri ke barat laut menyusuri Selat Malaka.

Begitu juga Armada Laut Selatan biasanya membantu Armada Jawa dalam menjaga keamanan kapal-kapal dagang pembawa rempah-rempah yang lewat Selat Sunda yang lebih aman menuju India dan Timur Tengah. Tugas lain armada Laut Kidul ialah menjaga Selat Bali dan perairan selatan Nusa Tenggara, bahkan di sebelah selatan pulau Bali ada galangan kapal-kapal Majapahit yang cukup besar.

Armada ke-3 bertugas menjaga kapal penyusup dari wilayah Mindanao, Filipina, serta menjaga kepulauan rempah-rempah Maluku kalau kekuatan armada Jawa sedang dipusatkan di perairan Jawa untuk mengawal Sang Prabu Hayam Wuruk beranjangsana ke wilayah pesisir timur Jawa.

 Armada Jawa merupakan kekuatan terbesar armada gugus kapal perang Majapahit karena tugasnya paling berat menjaga pusat kerajaan istana Majapahit. Armada tersebut sekaligus menguasai jalur laut menuju kepulauan rempah-rempah Maluku yang dikuasai langsung pemerintah pusat Majapahit.

Setiap kapal perang Majapahit bersenjatakan meriam Jawa yang disebut dengan cetbang Majapahit. Pandai besi yang mengecor meriam itu terletak di Blambangan. Cetbang Majapahit merupakan karya penemuan Mahapatih Gajahmada yang konon pernah diasuh tentara Mongol atau Tartar yang menyerang kerajaan Singosari dengan kekuatan 1.000 kapal.

Baca Juga :  Sejarah Geografi Dan Suku Bangsa

Semua jenis kapal perang Majapahit, mulai kapal perbekalan sampai kapal bendera adalah kreasi jenius dari Mpu Nala yang sekaligus seorang laksamana laut yang andal. Nala menciptakan kapal-kapal dari sejenis kayu raksasa yang hanya tumbuh di suatu pulau yang dirahasiakan. Pohon raksasa dan cocok untuk dibuat kapal itu yang membuat kapal-kapal Majapahit cukup besar ukurannya di masa itu.

Sesudah Gajahmada dan Mpu Nala wafat, kekuatan Majapahit pun berangsur lemah, apalagi ketika terjadi Perang Paregreg, kapal-kapal Majapahit saling serang satu sama lain dan kehancuran tak terelakkan lagi bagi seluruh armada..

Sesudah Majapahit lemah, hanya tersisa armada Jawa yang menguasai perairan Laut Jawa dan jalur laut menuju kepulauan rempah-rempah. Lalu datang bangsa kulit putih yang tujuan utamanya adalah menguasai daerah penghasil rempah-rempah itu dengan modal kapal-kapal gesit dan lincah, tak terlalu besar ukurannya dibanding kapal Majapahit.

Kapal asing itu bersenjata lebih unggul meriam yang dapat memuntahkan bola-bola besi dengan jarak tembak lebih jauh dibanding kemampuan jarak tembak cetbang Majapahit


Sejarah Berdirinya Kerajaan Majapahit

Sebelum kerajaan Majapahit terbentuk, sebelumnya terdapat kerajaan Singhasari yang merupakan kerajaan paling kuat di tanah Jawa. Hal ini kemudian terdengar ke penguasa Dinasti Yuan di China yang bernama Kubilai Khan. Kemudian, sang penguasa mengutus seorang utusan yang bernama Meng Chi untuk menemui Kertanegara (raja kerajaan Singhasari yang terakhir) untuk menuntut pembayaran upeti.

Akan tetapi, Kertanegara menolak untuk membayar upeti dan kemudian juga mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajah dan memotong telinganya. Berita itu terdengar ke telinga Kubilai Khan, karenanya penguasa tersebut marah dan kemudian segera mengirim ekspedisi besar ke tanah Jawa untuk memerangi kerajaan Singhasari pada tahun 1293 M.

Ketika itu, Jayakatwang yang merupakan seorang adipati Kediri telah berhasil memerangi dan membunuh raja Kertanegara. Saat yang sama, Raden Wijaya (menantu Kertanegara) datang menemui Jayakatwang dan menyerahkan diri. Atas dasar saran dari Aria Wiraraja, menantu dari Kertanegara  tersebut diberikan pengampunan.

Setelah itu, Aria Wiraraja mengirim utusan ke Daha dengan membawa serta sebuah surat yang berisi pernyataan bahwa Raden Wijaya telah menyerahkan diri dan ingin mengabdi di bawah kepemimpinan Jayakatwang. Surat penyerahan diri tersebut dibalas dengan pengampunan dan juga Raden Wijaya diberikan hutan Tarik. Sejak saat itu, Raden Wijaya membuka lahan dan membangun desa di hutan tersebut. Nama Majapahit sendiri berasal dari sebuah pohon “Maja” yang terdapat di hutan itu, pahit yang merupakan rasa dari buah yang berasal dari pohon maja tersebut.

Pada saat pasukan Mongol yang merupakan utusan dari Kubilai Khan tiba di tanah Jawa, Raden Wijaya bekerja sama dengan mereka dan menjadi sekutu untuk menjatuhkan Jayakatwang. Hasil pertempuran tersebut dimenangkan oleh pasukan Mongol dan Raden Wijaya dan Jayakatwang berhasil dikalahkan. Namun, setelah berhasil mengalahkan Jayakatwang, pasukan Raden Wijaya berbalik menyerang pasukan Mongol. Pasukan Mongol terpaksa menarik kembali pasukannya dari tanah Jawa pada saat itu, ditambah dengan kondisi mereka yang harus secepat mungkin bertemu dengan angin muson agar dapat kembali pulang ke Dinasti Yuan atau harus kembali menunggu 6 bulan berikutnya.


Kehidupan Politik Kerajaan Majapahit

Kehidupan politik di kerajaan Majapahit banyak dilalui dengan pemberontakan-pemberontakan dari orang dalam kerajaan itu sendiri. Dimulai saat raja Raden Wijaya memerintah, banyak pemberontakan yang terjadi seperti pemberontakan yang dilakukan oleh Ranggalawe, Sora, dan Nambi dan pemberontakan lain yang ditujukan untuk menggulingkan Raden Wijaya. Namun, dengan kecakapan yang dimiliki Raden Wijaya, pemberontakan-pemberontakan tersebut berhasil dipadamkan. Akhirnya, Raden WIjaya meninggal pada tahun 1309 M.

Baca Juga :  Gigi

Pengganti Raden Wijaya setelah meninggal adalah anaknya yang masih berumur 15 tahun bernama Jayanegara. Berbeda dengan perawakan ayahnya yang cakap, Jayanegara tidak memiliki keahlian dalam memimpin kerajaan, sehingga Jayanegara dijuluki dengan sebutan “Kala Jemet” yang berarti lemah dan jahat.

Pada saat masa pemerintahannya, Jayanegara banyak mengalami pemberontakan-pemberontakan dari orang-orang kepercayaannya. Salah satu pemberontakan yang hampir menggulingkan pemerintahannya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Ra Kuti. Namun, pada saat itu, Gajah Mada berhasil menumpas pemberontakan tersebut dan menyelamatkan Jayanegara ke sebuah desa yang bernama Badander. Namun, Jayanegara berhasil dibunuh oleh seorang tabib yang bernama Tancha yang mengobati operasi Jayanegara karena tabib tersebut memiliki dendam kepada Jayanegara. Gajah Mada pun menangkap Tancha dan membunuhnya.


Kehidupan Sosial Ekonomi Kerajaan Majapahit

Di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk,rakyat Majapahit hidup aman dan tentram. Hayam Wuruk sangat memperhatikan rakyatnya. Keamanan dan kemakmuran rakyat diutamakan. Untuk itu dibangun jalan-jalan dan jembatan-jembatan. Dengan demikian lalu lintas menjadi lancar. Hal ini mendukung kegiatan keamanan dan kegiatan perekonomian,terutama perdagangan.

Lalu lintas perdagangan yang paling penting melalui sungai. Misalnya Sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas. Akibatnya desa-desa di tepi sungai dan yang berada di muara serta di tepi pantai,berkembang menjadi pusat–pusat perdagangan. Bahkan di daerah pantai berkembang perdagangan antar daerah,antar pulau,bahkan dengan pedagang dari luar. Kemudian timbullah kota-kota pelabuhan sebagai pusat pelayaran dan perdagangan. Beberapa kota pelabuhan yang penting pada zaman Majapahit,antara lain Canggu,Surabaya,Gresik,Sedayu,dan Tuban. Pada waktu itu banyak pedagang dari luar seperti dari Cina India,dan Siam.

Kegiatan pertanian juga dikembangkan. Sawah dan ladang dikerjakan secukupnya dan dikerjakan secara bergiliran. Hal ini maksudnya agar tanah tetap subur dan tidak kehabisan lahan pertanian. Tanggul-tanggul di sepanjang sungai diperbaiki untuk mencegah banjir.


Perkembangan Sastra dan Budaya Kerajaan Majapahit

Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk,bidang sastra mengalami kemajuan. Karya sastra yang paling terkenal pada zaman Majapahit adalah Kitab Negarakertagama. Kitab ini ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365 M. Kitab lain yang penting adalah Sutasoma. Kitab ini disusun  oleh Mpu Tantular. Kitab Sutasoma memuat kata-kata yang sekarang menjadi semboyan negara Indonesia,yakni Bhineka Tunggal Ika.

Bidang seni juga berkembang. Banyak bangunan candi telah dibuat. Misalnya Candi Penataran dan Sawentar di daerah Blitar,Candi Tigawangi dan Surawana di dekat Pare,Kediri,serta Candi Tikus di Trowulan.


Raja-Raja yang Memerintah Kerajaan Majapahit

  1. Raden Wijaya (1294-1309),dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Ia adalah sebagai pendiri dan sebagai raja pertama.
  2. Kala Gamet (1309-1328),putra Raden Wijaya,dengan gelar Sri Jayanegara.
  3. Gayatri,istri Raden Wijaya,namun karena Gayatri menjadi biksuni (pendeta wanita agama Buddha)maka kedudukannnya sebagai raja diwakilkan kepada Tribhuwanatunggadewi (1328-1350),putrinya.
  4. Hayam Wuruk (1350-1389),dengan gelarnya Rajasanegara.
  5. Wikramawardhana(1389-1401),suami Kusumawardhani putri Hayam Wuruk.
  6. Suhita (1401-1406)

Peninggalan Sejarah Kerajaan Majapahit


  • Celengan Majapahit

Benda ini memang unik, meskipun ditemukan dalam bentuk pecahan, namun celengan (tempat menabung uang-jawa) ini berhasil disatukan kembali dan berbentuk babi. Celengan ini ditemukan di trowulan, Jawa Timur dan dipergunakan sekitar abad 14-15. Sekarang merupakan koleksi Museum Gajah, Jakarta.

Baca Juga :  Fungsi Pers

celeng majapahit

  • Arca Emas

Arca ini menggambarkan Bidadari Majapahit yang anggun. Arca cetakan emaspara ini (bidadari surgawi) gaya khas Majapahit menggambarkan dengan sempurna zaman kerajaan Majapahit sebagai “zaman keemasan” nusantara.

arca emas

  • Surya Majapahit

Surya Majapahit adalah lambang yang umumnya dapat ditemui di reruntuhan Majapahit, sehingga Surya Majapahit mungkin merupakan simbol kerajaan Majapahit. Lambang ini mengambil bentuk Matahari bersudut delapan dengan bagian lingkaran di tengah menampilkan dewa-dewa Hindu. lambang ini membentuk diagram kosmologi yang disinari jurai Matahari khas “Surya Majapahit”.

surya majapahit


Letak Geografis Kerajaan Majapahit

Secara geografis letak kerajaan Majapahit sangat strategis karena adanya di daerah lembah sungai yang luas, yaitu Sungai Brantas dan Bengawan Solo, serta anak sungainya yang dapat dilayari sampai ke hulu

peta majapahit

Runtuhnya Kerajaan Majapahit


  • Terjadi Perang Saudara (Perang Paregreg)

Kejayaan kerajaan Majapahit pada awal abad ke 14 Masehi di bawah tampuk kekuasaan raja Hayam Wuruk berangsur-angsur sirna pasca ia meninggal di tahun 1389.

Karena tidak memiliki anak laki-laki dari permaisurinya, tampuk kekuasaan kerajaan lantas diserahkan kepada putri mahkota Kusumawardhani yang kemudian menikahi sepupunya sendiri, yakni Pangeran Wikramawardhana.

Namun, setelah ditelisik, rupanya Hayam Wuruk memiliki seorang putra dari salah seroang selirnya. Putra Hayam Wuruk yang bernama Pangeran Wirabhumi tersebut lantas menunutut haknya atas tahta kerajaan. Karena tunututan ini, terjadilah konflik perebutan kekuasaan yang lantas menyebabkan pecahnya perang saudara.


  • Tidak Ada Tokoh Majapahit Yang Mampu Memimpin

Selepas mangkatnya 2 tokoh sentral dalam kepemimpinan kerajaan Majapahit, yakni Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, kerajaan ini berangsur-angsur mengalami kemunduran. Tidak adanya tokoh pemimpin yang cakap pada tampuk kekuasaan menyebabkan wibawa kerajaan Majapahit semakin pudar. Hal ini membuat kepercayaan dan ketaatan raja-raja kecil di daerah kekuasaan Majapahit kian berkurang terlebih karena pada pucuk pimpinan kerajaan tersebut terdapat konflik perebutan kekuasaan.


  • Lepasnya Daerah Kekuasaan

Akibat kondisi politik dan kepemimpinan raja-raja penerus Hayam Wuruk yang carut marut, ketaatan raja-raja di daerah kekuasaan Majapahit lambat laun menjadi kian memudar. Keadaan ini lantas membuat daerah-daerah kekuasaan Majapahit satu persatu melepaskan diri dari pengaruh Majapahit.

Daerah-daerah yang awalnya selalu memberikan upeti untuk kerajaan, kemudian tidak lagi melakukan hal yang sama karena keadaan tersebut. Hal ini lantas membuat kerajaan Majapahit mengalami pailit atau kebangkrutan dari segi ekonomi yang lantas berimbas pada berbagai aspek lainnya seperti militer dan pertahanan.


  • Datangnya Armada Laksamana Cheng Ho

Pada masa kepemimpinan Wikramanwardhana, wilayah Majahapit diserang dengan serangkaian ekspedisi laut dinasti Ming, China yang dipimpin oleh laksamana Cheng Ho.

Melalui serangkaian ekspedisi tersebut, Laksamana Cheng Ho yang seorang jendral muslim China lantas mendirikan komunitas Muslim China di beberapa kota pelabuhan di Pantai Utara Jawa, seperti Demak, Semarang, Tuban, dan Ampel. Komunitas-komunitas Islam inipun menjadi pijakan masuknya Islam di Jawa yang kemudian menggerus eksistensi pengaruh Kerajaan Majapahit.


  • Pengaruh Perkembangan Islam

Pengaruh perkembangan Islam di pantai Utara Jawa mendorong terlahirnya beberapa kerajaan bercorak Islam, contohnya seperti kerajaan Demak, Banten, Cirebon, dan lain sebagainya. Karena pengaruh perkembangan islam ini pula lah pengaruh kekuasaan Kerajaan Majapahit berangsur memudar sehingga menjadi faktor penyebab runtuhnya kerajaan Majapahit.


demikianlah artikel dari duniapendidikan.co.id mengenai Armada Laut Kerajaan Majapahit : Sejarah Berdiri, Kehidupan Politik, Sosial, Ekonomi, Perkembangan Sastra, Budaya, Raja, Peninggalan, Letak Geografis, Runtuhnya, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semuanya.

Posting pada SD